Wajah pucat dan lemah ternyata hanya sebuah sandiwara, Clara bisa duduk dengan baik dan tersenyum sinis menyambut kedatangan Kirana.
"Ternyata kamu sedikit lebih cerdas dari dugaanku, kamu bisa mengetahui semuanya lebih cepat. Tapi sayang kebodohanmu lebih besar, buktinya selama ini cinta yang kau agungkan tidak mampu membuatmu bahagia, Reyhan tetap saja tidak pernah mencintaimu. Dan sekarang kamu lihat sendiri, siapa yang lebih dipedulikan oleh Reyhan? Kamu atau aku?"
"Jangan terlalu percaya diri, mungkin saat ini Reyhan belum tahu cinta siapa yang lebih tulus,"cibir Kirana, wanita itu terlihat tenang.
"Hahaha, jika Reyhan peduli denganmu, dia tidak akan pernah memintamu untuk memberikan darahnya padaku, disaat kondisimu sakit, lihatlah wajahmu lebih pucat dari mayat. Cintamu pada Reyhan ternyata membuat kamu sangat bodoh Kirana." ejek Clara. Wanita itu tak percaya Kirana begitu lemah di depan Reyhan.
"Clara, mungkin kamu benar, aku bodoh karena cinta. Tapi aku yakin Reyhan lambat laun akan tahu kalau cinta yang aku berikan padanya itu tulus. Lalu bagaimana jika Reyhan tahu kalau kekasihnya ternyata wanita yang matre, dan semua cintanya selama ini tak lebih dari sandiwara?" Kira kira apakah dia masih sudi melihat wajahmu?"
Kirana teringat kejadian lima tahun yang lalu, di sebuah Cafe Flower. Kirana meminta Clara untuk menemuinya. Kirana ingin menguji cinta Clara pada Reyhan dengan menawarkan uang satu miliar untuk pergi atau memilih Reyhan. Dugaan Kirana tidak meleset. Wanita itu memilih uang satu miliar dan berjanji meninggalkan Reyhan.
Namun, hari ini Kirana tahu kalau wanita itu mengingkari janji, ternyata selama ini dia tidak benar-benar pergi. Clara tetaplah wanita licik yang bisa ingkar dari sumpah setiap saat. Wanita itu masih ingin mengganggu rumah tangganya dengan memanfaatkan perasaan Reyhan yang masih mencintainya.
"Aku yakin Reyhan lambat laun akan menyadari kalau cinta yang tulus lebih membuatnya nyaman, daripada cinta yang penuh kepalsuan," cibir Kirana. "Lihat saja, dalam sebulan aku akan mendapatkan cinta Reyhan, aku dan suamiku akan bahagia bersama, dan mungkin saat itu tidak akan ada celah bagi orang ketiga untuk masuk dan merusak semuanya.
"Hahaha, Kirana, Kirana …." Clara tertawa sambil menepuk keningnya, menggelengkan kepala pelan. "Kamu itu selain bodoh, polos banget ya! Kamu kira Reyhan bertahan denganmu sampai saat ini itu demi cinta! Tidak Kirana! Reihan selama ini hanya memanfaatkan kekayaan kamu, tanpa semua harta yang kamu miliki, Reyhan tak akan sudi tinggal satu rumah bersama wanita sepertimu."
"Kenapa kamu bisa seyakin itu?" tanya Kirana.
"Reyhan sudah memberitahu semuanya padaku, setelah satu bulan nanti, dia akan menjadikan aku CEO di perusahaan yang seharusnya kalian berdua kelola. Bayangkan! Aku akan selalu bersanding dengannya di perusahaan."
"Apa!?" Kirana tak percaya, mulutnya menganga, tubuhnya lunglai, wajahnya semakin pucat. Sebisa mungkin wanita hamil muda ini untuk tetap berdiri dengan tegar seperti posisinya saat ini.
Satu bulan adalah waktu yang Kirana minta pada Reyhan sebelum waktu perceraian, Kirana berharap akan bisa memanfaatkan waktu dengan baik untuk mendapatkan cinta Reyhan. Tapi kenyataan yang dia dengar baru saja mematahkan semangatnya untuk meraih cinta suaminya. Kecewa Kirana semakin dalam, tak percaya Reyhan begitu cepat mengatakan semuanya pada Clara dan menyusun rencana untuk mereka berdua.
Kirana kembali mengingat awal pernikahan mereka, Atmaja sangat bahagia, Kirana bisa bersanding dengan lelaki yang dicintai, lelaki yang tampan dan memiliki kemampuan mengelola bisnis sangat baik adalah menantu idaman baginya.
Atmaja yakin Reyhan dan Kirana akan semakin bahagia dalam mengarungi bahtera rumah tangga setelah mendapat kepercayaan yang besar dari Atmaja. Salah satunya dengan menyerahkan perusahaan beserta anak cabangnya. mengingat Atmaja juga sudah tidak muda lagi, siapa lagi pewaris tahta kalau bukan suami Kirana, menantu satu-satunya.
"Kamu pasti terkejut, kenapa Reyhan memberitahuku semuanya, iya kan! Disini pasti kamu sudah paham, siapa wanita yang dicintai oleh Reyhan," ujar Clara tersenyum penuh kemenangan.
Kirana memejamkan mata mendengar semua kebenaran yang diucapkan Clara, sekuat hati menahan agar titik air mata tak sampai jatuh di pipi.
Kirana masih tak percaya Reyhan akan memberitahu semuanya secepat ini pada Clara. Sepertinya usaha keras untuk mendapat cinta Reyhan selama ini sia-sia. Tiada henti, Reyhan terus menyakitinya baik luar dan dalam.
"Kenapa diam aja?" Kaget ya aku tahu semuanya?" Sekali lagi Clara tersenyum penuh kemenangan.
Kirana diam dengan pandangan kosong. Bohong jika ucapan Clara baru saja membuatnya tetap baik dan tidak berpengaruh apa-apa pada dirinya.
"Oh, iya. Mumpung kamu disini aku akan membuat sebuah pertunjukan besar, lihat saja apa yang akan dilakukan Reyhan setelah pertunjukan ini." Wanita itu turun dari ranjang, mengambil air panas yang kebetulan ada di atas nakas, tadinya dia ingin menyeduh teh dengan air panas itu, tapi rencana Clara berubah. Clara mengambil air panas itu dan menyiram ke tubuhnya sendiri.
"Clara! Kamu gila ya!" Kirana tak percaya wanita itu melakukan hal ekstrim demi mengelabui semua orang dan membuat Reyhan semakin bersimpati.
"Lihat saja apa yang akan terjadi." Dengan tersenyum Clara lalu berteriak seolah dia adalah korban sebuah kekejaman.
" Aaaaaa, Tolooong! Ampun Kirana! Tolong jangan sakiti aku hiks … hiks …." Dengan cepat Clara merubah ekspresi mukanya menjadi ketakutan, dan kedua tangannya melindungi wajahnya sambil berlutut di depan Kirana, seolah Kirana yang telah menyiram air ke wajahnya.
"Clara!" Pintu terbuka. Reihan masuk dengan cepat begitu dia mendengar teriakan dari bangsal, tempat Clara di rawat.
Kirana diam dengan tatapan kosong. Melihat betapa Reyhan panik jika yang mengalami semuanya adalah Clara.
"Reyhan tolong aku, jangan biarkan aku sendiri, aku takut Reihan." Clara memeluk pinggang Reihan dengan ketakutan, rambut dan bajunya yang basah dia biarkan berantakan.
Kirana menggeleng. "Bukan aku yang melakukan semuanya Rey."
Kirana masih tak percaya ternyata Clara senekat itu dalam bersandiwara demi membuat Reyhan percaya dan bersimpati.
"Kamu! Aku akan buat perhitungan setelah ini" Reyhan mendekatkan telunjuknya di wajah Kinara dengan tatapan membunuh.
Kinara sudah tahu Reyhan pasti akan lebih percaya dengan acting Clara yang mirip artis profesional itu.
Rasanya percuma jika mendebatnya sekarang, yang ada Clara akan semakin bahagia mendapat pertunjukan gratis.
Reyhan membimbing Clara kembali duduk di ranjang, Reyhan mengambil handuk untuk mengeringkan rambut Clara, semua Reyhan lakukan penuh kelembutan di depan Kirana.
Kirana meneteskan air mata, melihat betapa besar perhatian dan kepercayaan yang Reyhan berikan pada Clara.
Bayangan Atmaja yang begitu menyayangi Reyhan kembali terlintas, Atmaja menyerahkan semua surat kuasa kepemilikan perusahaan tanpa ada sedikitpun keraguan. Satu persatu dokumen penting itu ditandatangani oleh Reyhan, Reyhan adalah pemilik sah semua perusahaan.
Kirana menghapus air matanya, menghapus memori lama yang terus bermunculan, dan mendekati mereka berdua. Kirana akan memanfaatkan perjanjian pra perceraian yang sudah Reyhan setujui.
"Aku ingin pulang."
"Pulanglah, kamu sudah tak lagi dibutuhkan."
"Antarkan aku pulang."
"Biar Niko yang antar."
"Rey …." Kirana mencengkeram lengan kokoh Reyhan. Reyhan menepis tangan Kirana dan memanggil perawat untuk menggantikan baju Clara. Perawat segera datang dengan membawa baju ganti untuk pasien.
Reyhan keluar disusul oleh Kirana di belakangnya. Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit.
Reyhan dan Kirana sudah Sampai di parkiran, Reihan segera membuka kunci dengan remote dan membiarkan Kirana membuka pintu sendiri. Sedangkan Reyhan dengan cepat duduk di depan kemudi dan menghidupkan mesin.
Sepanjang perjalanan Kirana tak sekalipun menatap Reyhan, pandangan Kirana tertuju pada pedagang kecil di pinggir jalan yang menurutnya lebih menarik untuk dilihat.
Sampai di depan rumah mereka, Kirana segera turun. Reyhan memutar kemudi dengan cepat dan terlihat kembali ke arah rumah sakit. Kirana tahu Reyhan pasti akan menemani kekasihnya.
Sampai di rumah sakit Reyhan segera menemui Dokter di ruang pribadinya, Niko mendapat tugas menjaga Clara.
Reyhan diminta duduk oleh Dokter, Reyhan duduk dengan tenang dan menanyakan tentang luka tusuk yang dialami kekasihnya.
"Bentuk luka kekasih anda kecil, dan tidak terlalu dalam, tim dokter mengindikasikan kalau luka ini disengaja untuk percobaan bunuh diri. Jika ini pembunuhan, mungkin saat ini kekasih anda sudah meregang nyawa karena ginjalnya sudah robek"
"Maksud anda luka tusuk ini dilakukan oleh korban sendiri." Tanya Reyhan ingin memperjelas ucapan Dokter baru saja.
"Benar, Tuan Rey." Dokter mengangguk.
Mendengar penjelasan singkat dari dokter, ini pertama kalinya Reyhan merasa bersalah karena telah menuduh Kirana tanpa bukti.
**
Tengah malam Kirana mendatangi kamar Reyhan, dia lega melihat suaminya tertidur pulas di atas ranjang, tadinya Kirana berfikir Reyhan akan menemani Clara di rumah sakit sampai pagi.
Kirana malam ini ingin sekali tidur bersama Reyhan. Bisa saja semua ini juga keinginan si kecil yang ada di rahimnya.
Kirana tidur di sebelah Reyhan dan memeluk suaminya yang sudah lelap. Ada sedikit kedamaian yang Kirana rasakan saat melakukan semuanya.
Tanpa Kirana tahu kalau dia telah menjatuhkan botol obat miliknya dari saku piyamanya semalam.
Pagi hari Kirana segera bangun, dia siapkan teh hangat dan nasi goreng seafood kesukaan Reyhan.
Reyhan mengambil botol kecil tersebut dan menyembunyikan di laci.
Tak lama masakan Kirana sudah matang, Reyhan memakan masakan Kirana yang menurutnya sangat enak, tidak kalah dengan restaurant seafood di luaran sana. Usai makan Reyhan kembali menemui dokter di rumah sakit X.
Dokter dan Reyhan kembali bertemu. Reyhan menunjukkan botol kecil yang ditemukan semalam."Dokter, tolong cari tahu obat apa ini?"
Dokter mengambil dari tangan Reyhan dan mengamati dengan jeli. Obat seperti itu tidak asing lagi baginya."Dimana anda menemukannya?" Tanya Dokter.
"Aku menemukan di saku istri saya," jawab Reyhan jujur.
"Istri anda tidak baik-baik saja, Tuan. Dia mengidap kanker stadium lanjut."
"Dokter apa anda tidak salah?" Reyhan terkejut dengan penuturan Dokter.
Dokter tersenyum melihat keraguan di mata Reyhan, terpaksa dia mengulangi kalimatnya. "Kali ini saya tidak mungkin salah, Tuan."
**
Tiba di rumah Reyhan segera ingin bertanya pada Kirana perihal penyakitnya. Melihat Kirana masih sibuk Reyhan memilih untuk bertanya nanti saja.
Diam-diam Reyhan melihat Kirana dari ruang kerjanya, istrinya terlihat pucat, meski wanita itu berusaha menutupi dengan sedikit memoles wajahnya.
Reyhan tak percaya Kirana telah mengidap penyakit ganas dan menyembunyikan kenyataan pahit ini dari dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Mantuges Lily Wahyuni
kasihan sekali Kirana...😭😭
2023-09-11
1
Hari Yani
Sedih bacanya....
2023-06-12
0
Dodi Sartini
sangat licik
2023-05-21
1