Sementara di tempat lain, sang CEO yang selesai solat duduk santai di kursi kebesarannya sembari menatap layar leptop dan sesekali melihat lembaran berkas yang tersaji didepannya. Tampak sangat serius dan fokus hingga tak terasa tiga jam sudah Fakhri berada di didepan leptopnya. Fakhri tampak menyudahi kegiatannya, dan meyandarkan punggungnnya kesandaran kursi.
“Hah.....” Fakhri menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
Sepertinya dia merasa lelah.
Tak berapa lama tampak tersungging senyuman di wajahnya. Dia menghubungi sekertarisnya.
“Selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu?." Terdengar suara dari ujung sambungan telpon.
“Fani tolong pesanankan makanan.“
“Iya pak. Bapak mau saya pesankan apa?.”
“Apa aja. Oh ya kalau bisa pesan makanaannya ke restoran Permata.”
“Oh ya pak, saya akan segera pesankan.“
“Oke....jangan pakai lama, karena satu jam lagi saya mau pulang.”
“Ya pak, siap.”
“Ok, terima kasih Fani."
“Sama-sama pak."
“Fani ... nanti kalau makanannya sudah datang, minta kurirnya langsung keruangan saya.”
Fakhri kembali memanggil Fani.
“Iya pak...” jawab Fani.
Fani langsung memesan makanan yang diminta oleh bosnya.
“Hampir jam pulang, malah pesan makanan. Kalau lapar kan bisa makan di rumah. Ada udang dibalik batu kayaknya nih.” Gumam Rita tanpa sadar menggelengkan kepalanya.
Sementara itu di Restoran Keinara.
“Keinara....” Sapa Beno teman Keinara yang bekerja di restoran itu juga.
“Ya kak....??.” Jawab Keinara.
“Nih ada pesanan, kamu antar gih...”
“Siap......bos."
Keinara bergegas menuju motornya. Tapi sesaat kemudian gadis itu kembali masuk .
“Kak Beno....!!!.”
“Ada apa kok balik lagi.“
“Kak...aku gak mau nganter makanan ini."
“Kenapa? Kan tugas kamu itu?!.”
“Iya sih...tapi....” Ucap Keinara nggantung.
“Tapi apa....??."
“Sebenarnya aku lagi males banget nganter makanan ke alamat ini.“
“Kenapa??.”
“Yang punya tempat nyebelin banget. Takutnya nanti ketemu dia lagi.”
“Yah mau gimana lagi, kita harus profesional Kei. Kita harus tetep melayani pelanggang dengan baik.” Tutur Beno bijak.
“ Tapi kak??."
“Nggak ada penolakan,ini tugas. Dah cepet berangkat...” ucap Beno sambil mendorong tubuh Keinara.
“Ternyata kesialanku hari ini masih bersambung...hadehhhh.....sabar...sabar Kei....bismillah.” Gumam Keinara yang merasa enggan untuk pergi.
Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa, karena itu sudah menjadi tugasnya sebagai kurir. Waktu sudah menunjukan pukul setengah lima sore, Keinara mempercepat laju motornya, takut tempat tujuannya tutup.
Lima menit kemudian ia sampai ditempat tujuannya, dan memarkir motornya dipinggir jalan. Ia tak memarkirkan motornya diteras kantor itu lagi, karena takut peristiwa tadi siang terulang kembali.
Dengan membaca Bismillah, Keinara masuk kegedung yang tadi siang sudah didatanginya. Dia langsung menemui sang Resepsionis, berharap mau membantunya.
“Mbak, aku mau ngater pesanannya pak Fakhri. Saya bisa titip sama mbak Rita?." Ucap Keinara dengan nada memohon.
“Maaf Kei nggak bisa, aku mau pulang. Jemputan aku sebentar lagi datang.”
“Oh.....” Gumam Keinara kecewa.
“Dah cepet anterin keruang pak Fakhri. Ruangannya ada dilantai tujuh. Kelamaan nanti orangnya murka lho." Ujar Rita menakut nakuti.
“Ih mbak Rita....” Ucap Kei lalu pergi dengan muka ditekuk.
“Maaf...” Ucap Rita lagi sambil tersenyum.
Sebenarnya Keinara malas ketemu Fakhri, karena mengingat kejadian tadi siang. Akhirnya dia berpikir untuk menitipkan pesanan Fakhri pada sekertarisnya. Tapi sayang orang yang dituju tidak berada ditempatnya. Dengan terpaksa Keinara harus mengantarkan pesanan itu langsung keorangnya.
“Tok....tok.....tok....” Keinara mengetuk pintu yang sedikit terbuka.
“Masuk.” Jawab penghuni ruang
Keinara mendorong pintu hingga terbuka lebar.
“Selamat sore pak. Saya mengatar pesanan bapak. Satu paket nasi, udang krispi, tumis cumi cabai ijo dan jus avocado." Tutur Keinara sembari meletakkan makanan diatas meja.
“Kok baru nyampe mbak?.” Tanya Fakhri.
“Iya pak, kenapa?.”
“Saya pesan dari hampir empat puluh menit yang lalu, kenapa sekarang baru datang.”
Keinara tampak bingung dengan perkataan Fakhri.
“Tadi saya langsung kesini setelah makanan yang bapak pesan siap. Saya rasa saya tidak terlambat, karena pesanan bapak langsung kami proses dan langsung saya antar.”
“Bagi saya mbak sudah terlambat." Jawab Fakhri seolah tak mau tau dengan penjelasan Keinara.
Sebenarnya itu hanya akal-akalannya dia saja, biar bisa lama-lama memandangi kecantikan gadis yang bertubuh ramping dan tidak terlalu tinggi itu.
“Jadi silahkan bawa kembali makanan itu." Ucap Fakhri lagi.
“Maksud bapak, bapak menolak makanan ini?.”
Fakhri hanya mengangguk.
“Sebenarnya apa maksud bapak. Seolah bapak sedang mencari-cari kesalahan saya. Bapak mau merusak reputasi saya dan restoran tempat saya bekerja?.Salah kami apa pak?.Selama ini kami berusaha melayani dengan baik.” Ucap Keinara yang berusaha untuk tetap tenang.
“Kamu menuduh saya?.”
“Saya tidak sedang menuduh. Tapi melihat sikap bapak, membuat saya beropini seperti itu. Baiklah pak, saya tidak mau berlama-lama. Kalau memang bapak menolak makanan ini, baiklah tidak apa-apa. Saya akan membawanya kembali." Ucap Keinara mencoba berbesar hati, dan mengambil makanan yang tadi dia letakkan diatas meja.
Kemudian ia mengambil SIMnya dari dalam tas kecil yang ia bawa.
“Ini SIM saya, saya jadikan jaminan. Karena sekarang saya tidak membawa uang untuk mengembalikan uang anda.” Ucap Keinara lagi.
Kartu SIM kemudian dia letakkan di atas meja tepat didepan Fakhri.
"Besok saya kesini lagi, untuk mengembalikan uang bapak. Saya permisi, Assalamu’alaikum.”
Dengan dada yang terasa sesak Keinara melangkah keluar dari ruang CEO. Dia tak menggubris, ketika pemilik ruangan itu memanggilnya.Gadis cantik itu, terus melangkah pergi. Menuruni lantai demi lantai dengan menggunakan lift hingga sampai dilantai satu.
Meskipun dia mencoba menahan rasa kecewa dan amarahnya, tapi raut mukanya menggambarkannya dengan jelas. Keinara menuju kamar mandi, dan memberikan makanan yang dibawanya kepada satpam yang kebetulan sedang memeriksa ruangan dimana dia sedang berada.
Di kamar mandi, Keinara meredakan rasa kecewa dan amarahnya. Dengan membasuh wajahnya berkali-kali. Sesekali dia beristighfar.
Cukup lama dia berada diruangan itu. Setelah merasa hatinya sudah sedikit membaik, dia memutuskan untuk segera keluar dari gedung tujuh lantai itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments