"Kau mau tetap di sini atau pulang?" Luna menoleh setelah mendengar suara dingin seseorang berkaur di telinganya. terlihat Nathan berjalan menghampirinya.
Gadis itu menghela nafas. "Kita pulang saja, terlalu lama di sini juga tidak ada gunanya. Bersama mereka hanya membuatku muak, mereka terlalu menyebalkan!!"
"Kalau begitu aku akan menunggumu di luar!!" Luna mengangguk.
Luna kembali pada teman-temannya untuk berpamitan, berada di antara mereka terlalu lama membuat Luna merasa tidak nyaman. terutama adanya Denada dan Veronica. Mereka berdua adalah wanita bermuka dua, itulah yang membuat Luna merasa tak nyaman berada di dekat mereka berdua.
"Maaf, aku tidak bisa mengikuti acara ini sampai selesai. Aku ada urusan, aku duluan." Luna menyambar tasnya yang ada diatas meja dan pergi begitu saja. Namun sebuah seruan keras menghentikan langkahnya.
"Cincin berlianku hilang!!"
Semua orang pun bangkit dari kursi masing-masing setelah mendengar teriakan Veronica lalu menghampirinya. Wanita itu mengatakan jika cincin berliannya hilang. Dan tentu saja hal itu mengejutkan semua orang.
"Vero, memang cincin berlian itu kau simpan di mana? Apa kau tidak memakainya?" tanya Gilbert.
Veronica menggeleng. "Cincin itu masih baru dan aku belum pernah memakainya, aku menyimpannya di dalam tas. Tetapi ketika aku hendak mengambil ponselku, aku menemukan jika cincin itu sudah tidak ada!!" jelasnya.
"Omo!!" Denada menutup mulutnya dengan mata membulat sempurna. Dia berpura-pura terkejut. "Jangan-jangan ada maling diantara kita, bagaimana kalau kita geledah satu persatu tas mereka?" usul Denada.
"Sepertinya itu adalah ide yang bagus. Luna, maaf. Tapi bisakah kau tidak pergi dulu, kau juga harus diperiksa." Seru Gilbert.
"Benar sekali, tidak ada yang boleh pergi!! Karena bisa saja jika pencurinya ada diantara kita yang disini, dan yang paling mencurigakan adalah kau Luna!! Di saat kami masih asik berkumpul disini, tapi kau malah memutuskan untuk pulang terlebih dulu!! jadi bisa saja kau adalah pencurinya!!" ucap Denada sambil menunjuk Luna.
"Memangnya atas dasar apa kau menuduhku?! Apa kau memiliki buktinya? Jangan sampai aku menuduhmu atas pencemaran nama baik!!" balas Luna tak mau kalah.
"Kalau begitu serahkan tasmu untuk digeledah!!" Denada mengulurkan tangannya meminta tas Luna.
Gadis itu tersenyum miring. "Kenapa harus tasku terlebih dulu? Bagaimana jika tasmu saja yang lebih dulu digeledah. Karena bisa saja kau dan Veronica bekerja sama untuk menjebakku!! Siapa yang tahu?!" ucap Luna sambil mengangkat bahunya.
"Kau~!!" Denada menunjuk Luna yang sedang menyeringai padanya.
"Benar juga kata, Luna. Denada, berikan tasmu dan biarkan kami yang menggeledahnya!!" ucap salah seorang perempuan yang diketahui bernama Belinda.
Semua kecurigaan mengarah pada Denada, ucapan Luna menyadarkan mereka jika mungkin memang Denada adalah pelakunya. Bisa saja dia dan Veronica bekerjasama untuk menjebak Luna.
Denada seketika menjadi panik. jika tas-nya sampai digeledah bisa-bisa semuanya terbongkar, niatnya untuk menjebak Luna malah dia sendiri yang kena batunya. kemudian wanita itu memberi kode pada Veronica.
"Tidak perlu dicari lagi, cincin itu sudah ketemu!!" seru Veronica sambil menunjukkan sebuah cincin berlian pada semua orang. "Ini terselip di dalam tasku, maaf sudah membuat panik kalian semua. Luna, maaf ya."
Luna mendecih sebal. "Kalian berdua hanya membuang-buang waktuku saja!!" ucapnya dan pergi begitu saja.
Denada mengepalkan tangannya kesal. Niatnya untuk menjebak Luna dan membuat namanya buruk malah gagal total.
.
.
"Kenapa lama sekali?" Nathan membuang rokoknya saat melihat kedatangan Luna.
Gadis itu menghela nafas. "Manusia-manusia menyebalkan itu mencoba menjebakku dengan membuat drama cincin hilang. Tapi sayangnya mereka tidak tau dengan siapa berhadapan, aku kok dilawan. Sama saja mereka dengan cari mati!!"
"Baguslah kalau kau bisa menyelesaikan masalahmu sendiri!! Dengan begitu Aku tidak perlu repot-repot turun tangan untuk membantumu menyelesaikan masalah!! Sudah cepat naik, kau sudah membuatku menunggu terlalu lama!!"
Dengan kesal Luna melemparkan tasnya kepada Nathan. "Dasar manusia kulkas menyebalkan, aku tidak tahu ibumu ketika hamil dirimu dulu ngidam apa, sampai-sampai melahirkan anak menyebalkan sepertimu!!"
"Kau terlalu berisik!!"
"Bodoh amat!! Lagi pula yang aku katakan adalah fakta. Jika kau itu sangat menyebalkan!!" Luna menjulurkan lidahnya pada Nathan dan pergi begitu saja. Kemudian gadis itu berbalik badan. "Tinggalkan saja mobilnya disini, temani aku jalan-jalan sebentar!!"
Luna terus berjalan tanpa menghiraukan Nathan akan mengikutinya atau tidak. Yang penting dia sudah memintanya.
Luna ingin menikmati suasana malam kota Seoul yang terlihat lebih hidup daripada siang hari.
Pukk...
Luna menoleh saat merasakan sesuatu yang hangat jatuh diatas bahunya. Gadis itu tersenyum lebar pada orang yang memberikan jas itu padanya. Sedangkan orang itu tak berekspresi sama sekali, datar.
"Terimakasih," ucapnya masih dengan senyum yang sama.
Nathan tak bersuara sama sekali. Bahkan dia juga tak membalas ucapan terimakasih dari Luna. Pemuda itu terus mengekor dibelakang Luna yang berjalan di depannya.
Mata hitamnya terus menatap punggung di depannya. Dan Nathan mulai merasakan getaran aneh, apalagi ketika Luna berbalik badan dan tersenyum padanya. Perasaan asing tiba-tiba bertamu ke dalam hatinya.
"Lihat bintang-bintang diatas sana. Bukankah mereka terlihat indah? Apakah kau percaya jika orang yang telah tiada akan menjadi salah satu dari bintang-bintang itu?!" Luna menoleh dan menatap Nathan. Gadis itu berhenti membuat Nathan ikut berhenti juga.
"Entah, aku tidak tau. Karena aku tidak mempercayai mitos semacam itu!!"
-
-
Bersambung.
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
nathan dah mulai ada getaran2 cinta....
2023-02-26
1
Sumawita
luna cocok bersanding dg nathan
2023-02-24
0
Munti Ani
lanjutkan thor
2023-01-06
0