Reuni

Keheningan menyelimuti kebersamaan Luna dan Nathan di meja makan. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir keduanya hanya terdengar suara sendok dan piring yang saling bersentuhan.

Sesekali Luna menatap pemuda yang duduk di depannya, memperhatikan gestur tubuhnya dengan seksama. Dan Luna akui jika Nathan memang sangat cool dan menawan. Tapi ada satu kekurangan Nathan yang sangat mencolok, yakni dia dingin, menyebalkan dan bermulut tajam. Itulah kekurangannya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Nathan yang merasa tidak nyaman ditatap sedetail itu oleh Luna akhirnya melayangkan protesnya.

Gadis itu menggeleng. "Tidak ada, aku hanya heran saja kenapa di dunia ini ada manusia menyebalkan sepertimu!! Sebenarnya kau itu sangat tampan, tapi sayangnya sifatmu sangat menyebalkan!!"

Nathan mendengus. Apa tidak bisa sekali saja, Luna tidak menghancurkan moodnya. Bukankah terbalik ya, yang menyebalkan itu sebenarnya bukan dirinya, melainkan Luna.

"Aku sudah selesai!!" Nathan meletakkan sendoknya dan bangkit dari kursinya. sontak Luna mengangkat wajahnya dan menatap lelaki itu penuh tanya.

"Bahkan kau belum menyentuh makananmu sedikitpun,"

"Aku sudah tidak berselera lagi," ucap Nathan dan pergi begitu saja.

Luna mendesah berat. Memang sulit menghadapi pria arogan dan menyebalkan seperti Nathan. Lalu kenapa Luna harus peduli padanya? Dia mau makan atau tidak, itu bukanlah urusannya. Luna mengangkat bahunya dan melanjutkan kembali sarapannya.

Setelah selesai sarapan Luna kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian. dia hendak menghadiri reuni tahunan bersama teman-teman lamanya. Tahun lalu Luna tidak bisa menghadiri acara tahunan alumni sekolahnya karena berada di luar negeri.

Gadis itu menuruni tangga dan menghampiri Nathan yang sedang sibuk bertelepon dengan seseorang. Luna tidak tahu siapa yang dihubungi oleh Nathan, tetapi kedengarannya sangat penting.

Dan terapkan langkah kaki seseorang yang datang seketika mengalihkan perhatiannya.

"Nanti aku hubungi lagi. Aku tutup dulu," kemudian akan berbalik dan mendapati Luna berdiri di depannya. pemuda itu memicingkan matanya melihat Luna yang telah rapi. "Kau mau pergi kemana?"

"Aku akan menghadiri acara tahunan bersama teman-teman alumni sekolahku dulu, ganti pakaianmu dan ikut pergi bersamaku. Aku akan menunggumu di luar," ucap Luna dan pergi begitu saja.

Gadis itu menunggu di dalam mobil, sembari menunggu kedatangan Nathan dia menyibukkan dirinya dengan ponselnya mungkin saja ada berita penting yang telah dia lewatkan.

Ternyata tidak ada yang menarik sama sekali, lagi-lagi berita tentang perselingkuhan para artis. Dan dia sudah bosan dengan berita semacam itu.

Cklekkk...

Luna menoleh setelah mendengar suara pintu mobil disamping kirinya dibuka dari luar. Nathan sudah menempati tempat duduknya, dia tidak mengganti pakaiannya dan hanya menambahkan blazer sebagai luaran pakaian lengan terbukanya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Luna menggeleng. "Tidak apa-apa sudah jalankan saja mobilnya, aku sudah hampir terlambat." Keheningan seketika menyelimuti kebersamaan Luna dan Nathan di dalam mobil. Mereka sama-sama diam dalam keheningan. Luna terus menatap keluar jendela dan Nathan yang fokus mengemudi.

Sebenarnya Luna adalah tipe gadis yang sangat bawel, tetapi ketika bersama dengan Nathan dia berubah menjadi gadis yang pendiam. Bukan karena apa, tetapi karena sifat Nathan yang terlalu dingin, arogan dan susah diajak bercanda.

Sekalinya bicara, endingnya malah terlibat perdebatan yang ujung-ujungnya saling mengejek dan menjatuhkan, begitulah mereka berdua.

-

-

Di sebuah restoran mewah yang terkenal di kalangan anak muda. Terlihat beberapa pria dan wanita berkumpul di satu meja, dan jumlah mereka lebih dari 20 orang. Dilihat dari pakaian dan perhiasan yang mereka kenakan, sudah bisa dipastikan jika mereka berasal dari kalangan berada.

Hidangan-hidangan mewah dari berbagai negara terlihat memenuhi meja panjang yang dikelilingi lebih dari dua puluh orang tersebut. Mulai makanan pembuka sampai makanan penutup, semuanya mewah dan tentu saja harganya tidak murah.

"Oh ya, di mana Luna kenapa aku belum melihat batang hidungnya? Atau jangan-jangan dia tidak berani datang kemari karena tidak ingin sakit hati melihat kemesraan Veronica dan Gilbert," ucap seorang perempuan yang duduk barisan kursi sebelah kiri.

"Jangan berkata begitu, Denada. Ucapanmu bisa menyinggung perasaan orang lain," ucap.perempuan bernama Veronica tersebut.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, Vero. Lagi pula semua orang juga tahu bagaimana tergila-gilanya dia pada Gilbert dulu, dia mati-matian mengejarnya meskipun Gilbert berkali-kali menolaknya."

Veronica pura-pura merasa tidak enak ada yang lain atau ucapan Denada. Padahal sebenarnya mereka berdua sudah bekerja sama untuk merancangnya. Denada sebagai kompor meleduk, sedangkan Veronica sebagai si gadis polos nan lemah lembut.

"Dena, sudah. Jangan bicara omong kosong lagi. Kau tidak perlu menjelek-jelekkan orang lain, apalagi orangnya tidak ada di sini. Tidak enak pada yang lain," Veronica menyenggol lengan Denada.

"Diamlah, Vero. Lagi pula yang aku katakan adalah fakta, toh semua orang sudah tahu juga. Kau tidak perlu merasa tidak enak segala,"

Veronica menatap teman-temannya dan meminta maaf atas ucapan Denada. Dia merasa tidak enak, pura-pura tidak enak lebih tepatnya.

Yang Veronica harapkan adalah sebuah pujian dari orang lain. Dia ingin dikenal sebagai gadis yang baik oleh orang lain.

Pucuk dicinta ulan pun tiba. Panjang umur, baru saja dibicarakan dan orangnya sudah datang. Luna tidak datang sendirian, tapi ada sosok lelaki tampan yang berjalan beriringan bersamanya. Dan untuk berapa saat, Veronica sampai tidak berkedip melihat pemuda yang berjalan di samping Luna.

"Maaf, aku datang terlambat." Ucap Luna sedikit merasa tak enak hati.

"Tidak apa-apa, Luna. Kita juga belum lama datangnya," ucap Veronica menyahuti.

"Aku pikir kau tidak akan datang. Oya, Luna, apa kau sudah tahu tentang hubungan antara Gilbert dan Veronica? Mereka sudah jadian lo, rencananya Gilbert akan melamar Veronica secepatnya. Dan sayang sekali ya, dulu kau yang jatuh bangun mengejarnya ternyata malah Veronica yang mendapatkan cintanya. itu ucapkan selamat pada Veronica," ucap Denada panjang lebar.

Sepertinya dia benar-benar sengaja memanas-manasi Luna tentang hubungan Gilbert dan Veronica. Luna tersenyum lebar, kemudian dia menghampiri Gilbert dan mengucapkan selamat padanya.

"Akhirnya kau berhasil mendapatkan dia juga, aku ucapkan selamat untukmu, Gill. Dan untukmu, Denada. Sepertinya kau sudah salah paham, bukan aku yang selama ini mengejar Gilbert tetapi dia yang mati-matian mengejarku. Kau jangan mengatakan omong kosong di depan banyak orang!!"

Rasanya Luna ingin sekali merobek mulut wanita itu. Dia sudah terlalu banyak bicara, dan yang membuatnya kesal adalah Denada telah menyebarkan rumor yang tidak benar tentang dirinya. Bukan Luna yang mengejar Gilbert, melainkan dia yang mengejar gadis itu.

-

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

luna lawan aja teman yg nyebarin fitnah.....

2023-02-26

1

Sumawita

Sumawita

mantaaap luna

2023-02-24

0

Franda Frans

Franda Frans

beeehhhh malu beeett

2023-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!