“Maaf aku sudah membuatmu menungguku. Apa kau bisa tidur nyenyak tadi malam sayang?” tanya Dante sambil memeluk pinggang istrinya.
“Hmmm…..aku tidak pernah bisa tidur nyenyak tanpamu disisiku, sayang.” ujarnya bermanja-manja dipelukan Dante.
“Kau tahu kan bagaimana kelakuan keempat temanku kalau sudah bertemu?”
“Iya sayang!” Tatiana tersenyum sambil tangannya memainkan kancing kemeja Dante. “Apakah teman-temanmu mencoba meracunimu dengan minuman dan wanita-wanita itu?”
“Tidak ada! Aku mengusir semuanya. Kami hanya membahas hal penting tadi malam. Aku hanya mengijinkan mereka mendatangkan satu wanita terbaik sebagai pelepas penat mata mereka. Hal yang kami bahas tadi malam sangat berat dan setelah selesai, mereka berempat saling memperebutkan wanita itu.”
Dante menjelaskan kegiatannya dengan terperinci pada istrinya, dia juga tahu keinginan istrinya. Tangannya masuk kedalam bathrobe yang dikenakan Tatiana dan tangannya menjelajahi area sensitif milik istrinya.
“Ahhh…...tahan dulu sayang. Sebentar lagi Alex bangun.”
“So? Tidak bisa sekarang ya? Sebentar saja, sayang.” ucap Dante sambil matanya melirik kearah ranjang, seorang anak laki-laki tertidur pulas disana. Dante pun menghentikan tangannya dan menarik tangannya keluar dari balutan bathrobe istrinya.
Dia menghela napas, setidaknya aku sudah membersihkan tanganku dengan tubuhmu Tatiana! Lirihnya dalam hati.
“Tadi malam Alex mencarimu saat makan malam di acara. Pergilah mendekat padanya.” ucap Tatiana yang dipatuhi Dante.
Pria itu duduk disisi tempat tidur lalu mengecup keningnya. ‘Maaf aku pulang terlambat Alex!’ bisiknya. Dante mendongakkan kepala menatap wanita yang berdiri disampingnya.
“Jam berapa kau pulang tadi malam?” tanya Dante pada istrinya. Tatapan matanya lembut dan penuh kasih sayang.
“Kalau tidak salah sekitar jam dua belas atau lewat sedikit. Aku lupa, setelah selesai acara kami berkumpul bersama panitia penyelenggara dan ada sedikit pesta kecil. Maafkan aku sayang, aku tidak bisa meninggalkan acara makanya aku pulang telat!” ucap Tatiana yang mendekat lalu memegang bahu Dante.
“Kau menyentuhku terus dari tadi, sepertinya kau ingin ya. Kemarilah!” ujar Dante lalu berdiri dan menarik tangan istrinya masuk kedalam wardrobe.
“Bagaimana kalau Alex bangun, sayang?” tanya Tatiana resah.
“Tidak lama, aku hanya akan membuatmu merasa enak. Apakah kau tak menginginkannya?”
“Sayang, kau tidak perlu memikirkanku!” Tatiana merasa tidak enak hati, tapi suaminya seakan tak peduli. Pria itu langsung mendudukkan Tatiana dipangkuannya lalu menarik tali bathrobe, siap main.
“Daddy!” baru saja serangan dimulai terdengar panggilan putranya.
“Alex sayang, kau sudah bangun?” tanya Dante kembali merapikan pakaian istrinya, lalu kembali ke kamar dan mengecup kening putranya.
Bocah laki-laki tampan berusia empat tahun itu terlihat menggemaskan dengan matanya yang masih mengantuk dan bibir mengerucut.
“Biar kuurus dulu Alex, mandilah dan ganti pakaianmu. Setelah itu kita sarapan bersama, bagaimana?” ucap wanita itu sambil menggendong putranya.
“Baiklah. Aku titip anak kita.” dante melirik anak laki-lakinya. “Setelah ganti baju, daddy akan menyiapkan sarapan kesukaanmu, bagaimana?”
“Oke daddy!” jawab Alex yang sudah lancar bicara.
“Alex sama mommy dulu ya.” Tatiana membuka tangannya, bocah laki-laki itu melemparkan diri kedalam pelukan ibunya.
“Aku titip Alex ya sayang.” Dante mengecup bibir istrinya sebelum pergi. Setelah keluar dari kamar dan menutup pintu, wajah dante yang tadi tersenyum kini kembali tegang. ‘Maafkan aku istriku.’
...*****...
“Ssshh…...” desis Bella yang tertidur pulas. Siapa sih yang nendang kakiku dari tadi? Resek banget sih jadi orang. Bella menggeliat lalu membalikkan tubuhnya ditempat tidur kala kakinya terusik oleh ulah seseorang yang menggoyangkan kakinya.
“Bangun! Apa kau masih mau tidur?”
Suara yang terdengar ditelinganya terasa familier tapi Bella enggan untuk bangun, matanya masih terpejam. Hingga sesuatu yang dingin menyentuh kulit kakinya. “Ssshhhh…..dingin!” sontak mata Bella terbuka lebar karena es batu yang menelusuri dari pangkal kaki hingga paha membuatnya terusik dan matanya terbelalak menatap orang yang berdiri dihadapannya.
“Kau?”
“Aku?” tanya orang itu.
“Eh---ma---maaf Tuan maksudku. Kapan anda kembali?” tanya Bella sedikit kesal lalu mengusap wajahnya dan menyugar rmabutnya kebelakang. Dia merasa salah tingkah menghadapi pria yang memegang gelas kosong yang menaruh gelas itu diatas nakas.
“Kau tidur seperti orang mati saja. Aku sudha membangunkanmu berulang kali. Jam berapa kau tidur tadi malam?”
“Jam berapa ya?” Bella malah mengulang pertanyaan dari dante yang berdiri bersidekap. Pria itu berdiri tegak disamping tempat tidurnya. Bella mencoba berpikir sambil memijit pelipisnya karena merasa pusing. Apa yang kulakukan ya setelah dia pergi? Gumamnya.
Bella berusaha mengingat-ingat rentetan kejadian tadi malam. Setelah pria itu pergi meninggalkannya, lalu dia ingat kalau dia memaki sampai puas, marah-marah ngak jelas sendirian hingga akhirnya dia merasa haus tapi saat dia ke dapur yang dilihatnya malah pantry yang penuh berisi minuman alkohol. Dia pun tergoda dan…...minum sampai mabuk.
Saat Bella hendak menjawab pertanyaan Dante, matanya mencari sesuatu, ‘Ah….ketemu….botol itu….huhhh aku minum banyak banget, masa habis satu botol? Ahhhh….dia datang dan aku belum siap! Mampuslah aku! Bella menelan salivanya menunjukan raut wajah khawatir dan semakin takut untuk menjawab Dante.
“Sssshhh…..” hanya rintihannya yang terdengar dari bibirnya yang menggoda.
“Ehem!”
“Maafkan aku, Tuan.” jawab Bella yang reflek melirik Dante.
“Apa sudah ingat jam berapa kau tidur tadi malam?” tanya Dante dengan nada tinggi, mengulang kembali pertanyaannya sambil menatap tajam kearah Bella.
“Tidak, Tuan! Aku tidak ingat!”
“Kau minum?” pria dihadapan Bella kembali bertanya sambil memicingkan mata.
“Maaf!” Bella menggangguk takut. “Aku minum satu botol itu. Aku harap anda tidak marah, aku haus sekali tadi malam tapi tidak ada air minum didapur.” ucap Bella mendongakkan kepala menatap ptia dihadapannya. Matanya berkabut menahan air mata, dia takut.
“Haus? Tidak ada air minum katamu? Apa minuman alkohol meredakan dahagamu?”
Aiss…..dia benar! Aduh kenapa aku merasa tenggorokan sakit sekali, sudah berapa lama aku tidak minum air putih. Kenapa aku baru sadar sekarang? Tenggorokanku benar-benar kering dan sakit Bella refleks memgang leher jenjangnya setelah dante mnyodorkan pertanyaan demi pertanyaan.
Bella tak mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Dante, justru kini kesadarannya sudah kembali dan tenggorokannya terasa makin sakit.
“Kenapa kau diam? Aku masih bertanya padamu!” bentak Dante enggan beranjak karena Bella belum menjawab pertanyaannya.
“Maaf Tuan. Tenggorokanku sakit, kering dan aku merasa tak nyaman.” jawab Bella jujur.
“Aku tanya sekali lagi, sejak jam berapa kau tidur?” Dante tak peduli soal tenggorokan Bella yang sakit. Untuk ketiga kalinya dia kembali menanyakan pertanyaan yang sama dan dia mulai kesal.
“Aku tidak ingat, Tuan. Setelah anda pergi aku tidak langsung tidur tapi setelah menghabiskan satu botol itu aku langsung tertidur. Aku tidak ingat jam berapa.” ujar Bella mencoba menahan emosi. ‘Dasar pria brengsek! Tidak punya hati, sudah dibilang tenggorokanku sakit dia amsih tidak peduli. Apa pentingnya sih aku tidur jam berapa? Nanya mulu dari tadi, sebel! Gerutunya dalam hati.
......Visual Tatiana Rivera.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 609 Episodes
Comments
beby
hayooo
2023-03-15
1