“Sshhhh! Kau membuatku tak sabar.” Dante kembali mendekat dan tangannya hampir menyentuh dua kembar milik Bella. Namun ponselnya berbunyi sehingga dia menghentikan apa yang hendak dilakukannya. ‘Ah….syukurlah! Hampir saja aku kelepasan atau aku akan menyesal seumur hidup.’
Dante langsung mengambil ponselnya, dia tak ingin membuat keributan yang akan mengusik tidur Bella. Dai pun berjalan keluar dari kamar.
“Halo sayang. Ada apa kau meneleponku?”
“Apa kau sedang bersama teman-temanmu?” tanya Tatiana yang menelepon.
“Tidak sayang. Aku sedang menunggu seseorang, pemilik club di jakarta. Aku masih ada urusan dengannya.”
“Ok.Baiklah kalau begitu selesaikan urusanmu dulu ya sayang. Maaf aku sudah mengganggumu.”
“Tidak apa-apa, sayang. Kau tidak pernah menggangguku. Kaatkan apdaku ada apa kau meneleponku?”
“Ah bukan hal penting. Sudahlah.”
“Maafkan aku meninggalkanmu malam ini.”
“Tenanglah, tidak masalah. Aku hanya khawatir padamu, biasanya kau tidak keluar lagi dimalam hari tapi kau keluar malam ini. Dan saat kita bersama, kau terlihat resah so aku khawatir kau sedang ada masalah berat.”
“Oh begitu. Jangan khawatir, sayang. Aku tidak ada masalah seperti dugaanmu.”
“Benarkah?”
“Hem….maaf jika tadi aku tidak mengabarimu saat aku pergi. Aku melihatmu sudah tidur pulas dan aku tidak mau mengganggumu. Aku langsung keluar karena tidak ingin mengusik tidurmu. Ada beberapa urusan bisnis yang harus ku selesaikan.”
‘Maafkan aku Tatiana. Aku memang sengaja menunggumu tidur. Aku tidak tenang akrena aku mengkhawatirkannya. Jam satu malam aku malah menemuinya, ucap hati Danteyang berdecak kesal pada dirinya karena situasi yang tengah dihadapinya.
“Aku mengerti, sayang….jangan terlalu dipikirkan. Aku mempercayaimu. Aku mau mengecek Alex dulu. Kau juga jaga dirimu baik-baik ya. Istirahat yang cukup.”
“Tidurlah dengan Alex supaya kau tidak kesepian.”
“Hem….aku juga berpikir begitu. Hati-hati dijalan dan menjauhlah dari masalah. Kami menunggumu dirumah, sayang.”
“Masalah adalah temanku, sayang. Bagaimana mungkin aku menghindar?” ucap Dante yang ditutup dengan tawa renyah.
“Aku senang mendengar tawamu. Kau harus ingat ya aku dan Alex mencintaimu. Makanya kau harus menghindari masalah, aku harap kau bisa segera keluar dari dunia itu.Kita bisa memulai hidup baru. Kau, aku dan Alex.”
“Maafkan aku. Soal itu kurasa akan sulit. Kita sudah sering membicarakan itu, bukan?”
“Ya. Tapi kita belum pernah mencobanya.”
“Tatiana! Kau tahu hukum didunia yang kugeluti sekarang, setelah aku melepaskan semuanya maka hidup kita tidak akan pernah tenang. Kita harus selalu lari dari orang-orang yang melawanku. Mereka akan menyerang kita balik dan pihak berwajib juga pasti akan mencari kambing hita,. Tanpa kekuatan yang kumiliki maka akan mudah bagi lawanku menjadikan aku kambing hita. Selamanya aku harus kuat untuk melindungi Alex dan dirimu. Apa kau paham?”
“Ya aku mengerti. Sudahlah tidak perlu dibahas lagi. Maafkan aku.”
“Maaf jika aku harus membicarakan hal ini ditelepon.”
“Tidak apa-apa, sayang. Aku paham kok, lanjutkanlah pekerjaanmu.”
“Istirahatlah. Aku akan pulang setelah urusanku disini selesai.”
“baiklah. Aku dan Alex emncintamu. Kami menunggumu dirumah, sayang.”
Sambungan telepon terputus, Dante menghela napas panjang. ‘Maafkan aku Tatian. Bukan niatku untuk membohongimu tapi aku tidak mungkin menceritakan semua ini padamu dan menyakiti hatimu. Gumam dante yang merasa begitu terbebani dengan perasaannya sendiri.
Dia pun memasukkan kembali ponselnya ke saku celana, menghindari rasa sakit saat menatap foto di wallpaper yang menampakan dua orang yang mencintainya setia menanti kepulangannya dirumah.
“Dante!” terdengar suara Nick yang baru keluar dari lift.
“Kau sudah datang.” tanya Dante langsung turun ke lantai dasar. Raut wajahnya kembali serius dan dingin. Sejenak dia melupakan semua beban perasaannya.
“Dia yang kau cari kan?” tanya Nick mendorong Julian dengan tangan kirinya hingga pria itu terhempas kehadapan Dante yang tampak marah.
“Ya!” Dante hanya berdehem dan sorot matanya tajam menghunus bak pedang yang siap memotong tubuh Julian. “Apa yang kau berikan pada Bella?” dia langsung bertanya tanpa basa basi pada lawan bicaranya. Tatapan matanya sangat tajam penuh kemarahan.
“Kau menyebut nama siapa tadi?” tanya Nick. Pria itu bingung saat mendengar sahabatnya menyebutkan nama seorang wanita. ‘Bukankah selama ini tidak ada seorang wanitapun yang berada didekatnya selain isrtinya? Pikiran Nick berkecamuk dan heran melihat sahabatnya itu.
Tapi saat dia melihat tatapan Dante padanya, dia pun tidak berani lagi bertanya.”Maaf aku salah bicara.” Nick memilih duduk di sofa dan hanya menjadi penonton dan pendengar yang baik. Dia merasa penasaran apa sebenarnya yang terjadi.
Kenapa tiba-tiba Dante memintanya membawa Julian ke penthouse malam-malam begini. Nick duduk bersidekap dengan tatapan matanya lurus kedepan memeprhatikan kedua pria yang berdiri herhadapan.
“Jawab! Kenapa kau diam?” bentak Dante pada Julian.
“Saya tidak memberikan apa-apa, Tuan.” jawab Julian dengan wajah ketakutan dan suara bergetar. Dia tak mengerti kenapa Dante tiba-tiba mengirim orang untuk membawanya. Apalagi pertanyaan pria itu membuatnya semakin bingung.
“Aku ulangi sekali lagi. Obat apa yang kau berikan padanya? Apa kau lupa apa yang selama ini telah kau berikan padanya, ha?” teriak Dante penuh amarah.
“Obat?” Akhirnya Julian paham. “Obat itu…..” dia tak melanjutkan ucapannya. ‘Jadi dia ingin tahu soal itu? Akhirnya Julian pun mengerti maksud pertanyaan Dante.
“Jelaskan padaku perihal obat itu. Obat apa yang kau berikan?”
“Emm...begini Tuan. Awalnya Bella tidak bisa diajak bekerjasama. Dia selalu menolak melayani tamu dan berontak. Dia selalu ketakutan saat melihat pria, jadi saat dia mendapatkan tamu kami langsung memaksanya minum obat perangsang agar dia tidak sadar apa yang dilakukannya. Kami selalu memberikan padanya setiap hari sebelum dia melayani tamu.”
Bug! Bug! Bug!
Pukulan demi pukulan dilayangkan Dante pada Julian. Amarahnya memuncak setelah mendengar penjelasan pria itu. Nick yang melihatnya hanya bisa melotot. Dia belum pernah melihat sahabatnya itu memukuli orang secara langsung. Bahkan teman-temannya mengira jika Dante tak tega memukul, biasanya dia menyuruh anak buahnya.
Tapi apa yang baru saja dia lakukan? Dia memukuli Julian dengan tangannya sendiri, bahkan tak mempedulikan keberadaanku disini. Dia bahkan tidak memintaku untuk melakukannya. Bella? Bukankah itu nama wanita kemarin? Ada apa dengan Dante hingga membuatnya semarah ini? Gumam Nick tak habis pikir.
‘Tunggu dulu…..’ Nick memandangi sekelilingnya. Matanya mengedari setiap sudut penthouse mewah itu, keningnya mengeryit heran. Kenapa dia tinggal disini? Apa yang dilakukannya di penthouse ini? Bukankah dia tinggal di mansion? Nick mengeryitkan keningnya. Bella? Apakah wanita itu berada disini bersamanya? Apa Dante menyimpan wanita itu disini?
Tidak mungkin dia melakukan itu, Dante sangat mencintai istrinya Tatiana. Dia bahkan tidak pernah mau tidur dengan wanita lain.’ Pikiran Nick dipenuhi begitu banyak pertanyaan yang membuatnya heran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 609 Episodes
Comments
beby
seruu
2023-03-15
1