Keterlaluan bener sih jadi orang! Dia bahkan tidak menyediakan bathrobe disini. Tak henti-hentinya dia mengomel lalu membuka pintu kamar dan turun ke lantai dasar. “Permisi Tuan.”
“Makananku sudah siap?” tanya Dante yang mengalihkan pandangan dari laptop pada Bella.
“Aku baru akan menyiapkannya, Tuan. Tapi aku mau jujur pada Tuan kalau aku tidak bisa memasak.”
“Aku hanya mau makan, tidak penting kau bisa masak atau tidak.”
‘Dasar! Kalau begitu, silahkan saja terima apa yang akan aku buatkan untukmu tuan arogan! Awas saja kalau nanti kau protes ya, gerutu Bella dalam hatinya. Gadis itupun membalikkan badan berjalan menuju dapur karena tak mendapat respon apapun lagi dari Dante yang lebih fokus pada laptopnya.
‘Tidak ada pria yang pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya, cuek banget sih jadi orang.’ Bella mengomel pelan sambil membuka kulkas. Hanya ada telur, sosis dan kentang beku. Hmmm….aku buat telur mata sapi saja kalau buat telur dadar tidak ada bahannya.
Aku juga bisa goreng sosis dan kentang. Ini sudah malam, tidak baik memberinya kopi atau the, jus lebih baik. Tanpa pikir panjang, bella mengeluarkan semua bahan yang diperlukannya dan mulai memasak.
“Permisi Tuan. Makananya sudah siap.” ucap Bella setelah tiga puluh menit berkutat didapur.
“Kuharap kau tidak mengecewakanku!” kata Dante beranjak ke meja makan. “Kau tidak makan?”
“Apakah saya boleh duduk bersama anda?”
Dante tidak menjawab hanya langsung mengambil makanan dan mulai mencicipi.
“not bad.” jawabnya melirik Bella. “Kau tidak makan? Bukankah kau tadi lapar?” Dante mengulang kembali pertanyaannya.
“Saya akan makan kalau begitu,Tuan.” dia pun langsung mengambil piring dan meletakkan di meja makan dan mulai makan.
“Kau masih ingat apa yang kukatakan padamu? Setiap pagi ada orang yang datang membersihkan apartemen ini, paham?”
“Iya, Tuan. Saya masih ingat.” Bella mengganggukkan kepala meskipun tak semua perkataan Dante diingatnya.
“Apa ada hal lain yang ingin kau tanyakan?”
“Saya tidak berpakaian, apakah mereka akan melihat saya tanpa pakaian setiap hari?”
Dante menatap Bella dengan senyuman tipis, dia tak menjawab dan kembali mengunyah makanannya.
“Buka handukmu.” perintah Dante sambil terus menyantap makanannya.
“Hah? Handuk?” Bella memandangi tubuhnya dan tangannya pun melepaskan lilitan handuk lalu kembali duduk dihadapan Dante.
“Apakah anda menyukai penampilan seperti ini Tuan?”
Tak ada respon dari pria itu, hanya melirik sekejap lalu kembali menyantap makanan. Bella menghela napas.
‘Kenapa sih dia tidak pernah menjawab pertanyaanku? Dia boleh bertanya tapi aku tidak boleh. Dasar pria aneh! Baru kali ini aku dapat pelanggan aneh seperti ini, ahhh dia bukan pelangganku. Mungkin baginya aku ini hanyalah budak.
Lihat saja dia, masa sih tak membolehkanku berpakaian? Mulutnya berdecak kesal tapi dia masih berusaha menjaga sikapnya dihadapan Dante. Tak ingin mengganggu makan malam pria itu.
“Kau tahu kenapa aku menemuimu malam ini?”
“Kepuasan? Apakah begitu?” ujar Bella spontan.
“Kepuasan? Apa kau pikir kau mampu memuaskanku? Belum tentu aku pun mau dipuaskan olehmu.” untuk kesekian kalinya Dante mengucapkan kata-kata sarkas penuh sindiran. Pria itu tak lagi memegang alat makannya,tatapan matanya lurus pada Bella.
“Aku kan belum pernah mencobanya, Tuan. Kalau anda memberiku kesempatan baru aku akan tahu.” jawab Bella sedikit ragu. Dia takut jika jawabannya akan membuat pria itu marah dan mengamuk.
“Ha ha ha ha ha ha.” Dante tertawa terbahak-bahak. “Dengarkan aku baik-baik ya. Apa menurutmu orang sepertiku akan tertarik pada seorang wanita yang sudah ditiduri oleh seribu pria?”
Glek!
Bella menelan salivanya. Untuk kesekian kalinya kata-kata Dante menusuk hatinya. Dia mengumpat dalam hati, ‘Kalau tidak tertarik kenapa menyentuhku terus dan menyuruhku telanjang begini dihadapannya?
“Bagaimana menurutmu? Benar kan apa yang kukatakan?”
“Maaf ya Tuan. Mungkin harus saya perjelas pada anda. Semua wanita setiap bulannya mengalami PMS. Saat saya sedang PMS saya tidak melayani tamu! Dan tidak semua tamu juga meniduri saya karena saya punya aturan main sendiri yang harus diikuti oleh pelanggan! Jadi….”
“Maksudmu, jumlahnya tidak seribu?”
“Ya sepertinya begitu.”
“Kurang atau lebih, bagiku tetap saja jumlahnya seribu orang yang sudah menyentuh tubuhmu, kau pikir aku minat menyentuh wanita bekas?” tanya Dante dengan senyum yang sulit diartikan oleh Bella.
Pria itu duduk sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, matanya menatap gadis itu dengan tatapan yang tidak bisa dipahami oleh Bella. “Kemarilah!”
Dasar brengsek! Katanya aku wanita bekas pakai, tidak minat tapi kenapa malah menyuruhku mendekat? Bella meletakkan alat makannya dan melangkah mendekati Dante.
“Duduk!” Dante bicara sambil menepuk pangkuannya mengisyaratkan Bella untuk duduk disana.
Aisss…...apa juga kubilang, tak tertarik tapi nyuruh aku duduk dipangkuannya. Dasar manusia munafik. Gerutunya dalam hati.
Bella pun duduk dipangkuan Dante. Dia merasa menang kali ini dan sangat yakin jika pria itu akhirnya tertarik padanya. “Apa kau merasakan ada sesuatu yang bangun?” tanya Dante.
Bella langsung menggelengkan kepala. “Jadi menurutmu aku tertarik padamu?”
Gadis itu menyadari jika benar tidak ada pergerakan dibawah, milik pria itu tak bangun berarti dia memang tak tertarik. Benarkah begitu? Atau mungkin dia memiliki kontrol diri yang kuat? Atau jangan-jangan dia penyuka sesama jenis? Atau bisa jadi dia punya kelainan. Mana ada pria normal yang tak tertarik pada wanita cantik yang tampil polos? Bella mencoba mencari kesimpulan untuk menyakinkan pikirannya.
Akhirnya dia pun menggelengkan kepala. “Kenapa kau geleng kepala?” tanya Dante meminta penjelasan.
“Mungkin benar kalau anda tidak tertarik padaku, Tuan.”
“Oh jadi begitu keputusanmu?”
Meskipun agak ragu tapi Bella kembali mengganggukkan kepala.
“Kalau begitu, apa aku harus mengembalikanmu ke club?”
“Tidak….jangan Tuan.” jawab Bella cepat diikuti gelengan kepala. “Aku mohon jangan kembalikan aku kesana, Tuan! Kalau anda memang tidak tertarik padaku, tolong katakan apa yang ahrus kulakukan untuk membuat anda merasa puas?” Tatapan bella lurus pada Dante. Pria itu hanya tersenyum tipis.
“Apa kau masih ingat apa yang akan terjadi jika aku tidak puas?” ucap Dante lagi sambil tangannya menurunkan tangan Bella yang menutupi bagian kembarnya.
“Saya mengerti Tuan!” jawab Bella saat jari Dante mempermainkan kedua titik sensitifnya.
“Jauhkan tanganmu dari tubuhku!” printah Dante ketika Bella hendak memegang jas yang dipakainya.
“Apa anda tidak ingin Tuan?” tanya Bella memberanikan diri sambil mengepalkan tangannya menjauh dari tubuh pria itu.
“Kapan aku bilang kalau aku menginginkanmu? Kau pikir aku sudah dengan wanita yang sudah tidur dengan seribu pria? Cih!” hinaan kembali dilontarkan Dante meskipun tangannya tak berpindah dari tempat yang sama, mempermainkan Bella sehingga membuat gadis itu mulai terhanyut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 609 Episodes
Comments
Bu Neng
sekarang aja ngata ngatain ..awas nanti bucin tingkat dewa...😂
2023-11-02
1
beby
giod
2023-03-15
1