Perfect Husband 2
"Bodoh! Kenapa kamu lakukan ini Sila!" Seseorng menangkap tangan Sila. Tubuh wanita itu menggantung, sudah tinggal jatuh ke bawah sana. Arus air sungai itu sangat deras. Jika ia terjatuh, selesai sudah. Sila tidak akan selamat lagi dan tinggal nama.
"Lepas! Biarkan aku mati! Aku tidak ingin hidup lagi! Aku hanya ingin bersama Andra!" Sila berucap dengan lantang di sela ketakutannya saat melihat ke bawah. Di mana ia melihat air yang begitu deras mengalir.
"Bodoh! Pikirkan anakmu, mereka masih bayi. Mereka membutuhkanmu sebagai ibunya. Apa kamu tega membiarkan mereka berdua hidup tanpa ayah dan ibu?"Kalimat yang di ucapkan pria itu membuat Sila trrsadar dan teringat akan Alana dan Alandra. Ia mengeratkan genggaman tangannya.
"Aku akan membantumu, bertahanlah!" Beberapa orang berusaha untuk menyelamatkan Sila.
Setelah memakan waktu cukup lama, akhirnya Sila dapat di selamatkan meskipun dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ia di bawa ke rumah sakit terdekat dari tempat kejadian.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
3 tahun kemudian...
"Ayah...!" Alana dan Alandra memanggil riang sosok yang baru saja keluar dari mobil. Pria itu jongkok menyambut dua bocah kembar itu.
"Apa kabar sayang, Ayah merindukan kalian. Maaf beberapa hari ayah tidak bisa menemui kalian karena ayah sibuk," Pria itu menggendong Alana dan Alandra kiri dan kanan lalu masuk ke dalam rumah.
"Baik ayah, ayah apa kabar?" Tanya Alandra dengan lincah. Sementara Alana hanya diam sambil memperhatikan wajah pria yang mereka panggil ayah itu.
"Ayah sangat baik sayang, mana bunda kalian?" Pria itu memandang kedua bocah kembar tak identik it bergantian.
"Bunda ada di kamar ayah," Kini giliran Alana yang menjawab pertanyaan lelaki itu.
"Ya sudah, ayo sini duduk di kursi, kita main bersama," Pria itu menurunkan Alana dan Alandra ke sofa. Ia duduk dengan begitu dengan ke sisi dua balita itu.
Tuk..tuk..ruk..
Suara sepatu Sila terdengar nyaring saat menuruni tangga. Ia telah bersiap untuk datang ke Panti sekaligus mengontrol ke perusahaan Andra.
Semenjak kehilangan Andra, Sila menjadi orang tua tangguh untuk Alana dan Alandra.Tidak hanya seorang ibu, tapi dia juga menjadi ayah. Ia juga mengurus semuanya, termasuk pekerjaan Andra.
"Alana dan Alandra sudah ada pengasuh. Seharusnya kakak tidak perlu datang kemari lagi," Sila ketus terhadap pria yang ia sangat kenali itu. Ia adalah Andre.
Kedua pengasuh Alana dan alandra segera mengambil kedua balita itu. Mereka tahu, setiap Sila dan Andre bertemu mereka pasti keduanya berseteru. Padahal kedua pengasuh itu yakin bahwa tujuan Andre baik.
Semenjak hilangnya Andra, sampai hari ini, Andre selalu berusaha menjadi sosok Ayah untuk anak kembarnya. Andre selalu datang hanya untuk.melihat anak-anak. Ia tidak pernah ikut campur urusan Sila.
Andre merasa bertanggung jawab atas kehidupan kedua bocah yang sedang lucu-lucunya itu. Terkadang, seharian Andre bermain dengan mereka. Tanpa peduli sikap yang di tunjukkan Sila padanya.
"Aku sudah menganggap mereka seperti anakku sendiri, Aku tidak perlu persetujuanmu! Aku akan merawat mereka dengan baik, dengan atau tanpa restumu." Andre menatap Sila tajam. Selama ini ia sering kontra dengan Sila perihal ia yang suka datang dan bermain dengan Si Kembar.
"Apa kakak lupa? Mereka anak-anakku, darah dagingku, kakak sama sekali tidak mempunyai hak untuk bersama dengan mereka." Ujar Sila sinis.
"Sila, mereka juga butuh sosok ayah. Mereka berhak merasakan bagaimana hangatnya pelukan ayah, Andra adalah adik kandung sekaligus saudara kembarku, jadi, apa aku bersalah jika melakukan ini pada mereka berdua?!" Andre bangkit dan mendatangi Sila yang masih berdiri tidak jauh darinya.
"Kak, aku lelah Setiap bertemu denganmu selalu berantem karena masalah ini!. Aku hanya mau kamu jauhi anak-anak. Jangan mengusik hidup mereka," Omel Sila.
"Kenapa aku harus menjauhi mereka? Apa alasannya? Selama ini kamu hanya memberikanku penegasan tanpa alasan. Hari ini, aku mau dengar dari mulutmu, apa alasanmu melarangku dekat dengan Alana dan Alandra?!" Lagi-lagi Andre menatap tajam ibu dua anak itu, Sila pun sama, menatap kakak iparnya itu dengan tatapan benci.
"Kakak benar-benar ingin tahu, kenapa aku tidak suka kakak mendekati anakku?!" Sila melontarkan pertanyaan yang tengah di pertanyakan oleh Andre. Ia menatap pria itu dengan penuh amarah. Matanya memerah, menahan air mata kekecewaan.
"Katakanlah," Andre menunggu kalimat apa yang akan keluar dari bibur Sila. Ia merasa kesal karena Sila selalu melarangnya untuk dekat dengan keponakannya sendiri.
"Karena kakak saudara kembar Andra! Setiap.melihat kakak, aku merasa perih. Aku merasa terkhianati. Dia pergi membawa janji yang ia ingkari sendiri. Aku benci mengingatnya, aku benci setiap melihatmu aku selalu ingat juga padanya! Aku sakit kak, aku tidak ingin melihat kakak lagi."
"Dia membiarkan aku berjuang sendirian, membesarkan Alana dan Alandra. Membiarkan aku menangis setiap malam selama tiga tahun ini hanya karena meratapinya. Tidak pulas tidurku karena mimpi buruk tentangnya, itu sangat tidak nyaman. Di tambah lagi aku harus melihatmu, itu sangat menyiksa batinku,"
"Aku sangat mencintainya, kak. Aku merasa separuh jiwaku telah mati. Hidupku sangat hampa dan aku melewatinya dengan penuh kerapuhan. Aku merindukan pelukannya, candanya, senyumannya, dan tatapan matanya yang teduh. Aku tidak sanggup untuk melihatmu, Kak. Tolong hargai keputusanku." Sila tidak mampu lagi untuk menahan airmatanya agar tidak jatuh. Kedua belah pipinya telah basah, ia bahkan sampai histeris.
Andre iba melihat Sila yang begitu rapuh. Ia berusaha mwnarik wanita itu ke dalam pelukannya, tapi wanita itu menolak dan mendorong Andre untuk.menjauh.
Lelaki itu tetap bersikeras untuk meraih Sila ke pelukannya. Lelah melawan dan rasa sedih yang semakin menyeruak, membuat Sila diam sesaat di.dalam pelukan kakak iparnya itu.
"Jangan kamu anggap aku siapapun. Menangislah sepuasmu, Sila. Aku minta maaf, kalau kehadiranku justru membuatmu tidak nyaman, tapi maaf, aku tidak bisa berhenti. Tujuanku hanya si kembar, aku tidak ada niat mengganggumu," Andre memberikan penegasan bahwa ia sudah tidak perduli pada Sila. Andre mengatakan dengan benar, ia melakukan ini hanya untuk Alana dan Alandra. Perasaannya pada wanita itu telah lama luntur.
" Terima kasih atas kebaikan kakak, sepertinya aku harus segera pergi!" Sila menjauh dari Andre, menghapus air matanya dan berjalan ke arah luar. Ia tiba-tiba ingin mampir ke jembatan tempat mobil Andra di temukan.
"Wanita malang. Meskipun dia pernah membuatku berada dalam posisi yang sama sepertinya saat ini, tetap saja aku merasa tidak sampai hati melihatnya rapuh seperti itu. Semoga kamu segera menemukan seseorang yang pantas untuk kamu cintai, Sila." Andre berbicara seorang diri. Ia melangkah ke luar sambil.merogoh ponselnya dan menelepon seseorang.
"Awasi mobil Sila. Baru saja ia keluar rumah. Pastikan ia aman sampai kembali. Jika tergores sedikit saja atau dia dalam masalah, aku tidak akan segan-segan untuk menembakmu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
like favorit👍❤💕
2023-05-27
0
Bundanya Pandu Pharamadina
favorit dulu👍❤
2023-05-27
0
Ambu Ju
apa ini penyebabnya sila punya anak dari andre yg bernama refand ,karena andra hilang misterius,jadi andre menggantikan posisi andra sebagai suami sila,sampai andre mempunyai anak dari sila ?
2021-09-16
0