Episode 2

Sila menapakkan kakinya dan melangkah ke jembatan tempat mobil Andra di temukan 3 tahun yang lalu. Sebelum ke sana, ia sudah meyakinkan pak Budi bahwa dia tidak akan berbuat macam-macam, seperti percobaan bunuh diri, seperti saat itu.

Ibu dua anak itu memandang air sungai yang mengalir deras dari pinggir jembatan yang terhalangi pagar rendah. Perlahan, air mata Sila jatuh tanpa komando. Kerinduan yang ia rasakan sangat mendalam pada sosok suaminya itu.

Sila sebenarnya telah mencoba untuk merelakan kepergian Andra yang menurutnya sangat misterius. Jika ia meninggal, seharusnya tidak lama setelah itu ia bisa melihat jasad suaminya.

Polisi bahkan menutup kasusnya karena tidak dapat menemukan pelaku dan korban dalam kejadian itu. Hingga ia melewati 3 tahun ini dengan kepahitan, dalam kehancuran hati yang tidak bisa di gambarkan.

"Seharusnya aku melupakanmu mas, tapi entah mengapa aku yakin kamu masih hidup. Aku percaya kamu masih ada di sebuah tempat yang aku tidak tahu itu di mana. Mas... di manapun kamu berada, cepatlah kembali, aku dan anak-anak menantikan kehadiranmu. Aku kangen kamu, mas..." Air mata Sila mengalir dengan deras mewakili perasaannya yang sedang tidak menentu saat ini. Beban kerinduan yang lama ia pendam membuatnya rapuh.

"Berhentilah menangis, jika seseorang yang kamu tangisi itu telah tiada, ia akan sedih memandangmu dari atas sana," Sila mendengar suara seseorang. Ia menengok ke arah sumber suara dan mendapati seorang laki-laki yang memandang ke arahnya.

"Aku tidak percaya dia telah meninggal, aku merasa dia akan kembali dalam kehidupanku suatu saat nanti," Sila mencoba menjawab lelaki itu sambil menyeka air matanya.

"Sebelumnya, perkenalkan namaku Robby, kalau kamu tidak nyaman, tidak perlu menyebutkan siapa namamu. Aku mengalami hal yang sama denganmu. 4 tahun yang lalu, istriku hanyut di sungai ini dan hilang," Pria yang mengaku bernama Robby itu memulai ceritanya yang berhasil sedikit menarik perhatian Sila untuk mendengarkannya.

Visual Robby (by: Google.Com)

"Aku Sila. Berbeda dengan istri anda, suamiku hilang tanpa penjelasan. Tidak ada bukti yang menguatkan bahwa ia telah hanyut di sungai ini. Hanya saja, tepat di sini, mobil dan barang-barang suamiku di temukan." Sila menunjuk tempat yang tidak jauh dari tempatnya berdiri untuk menunjukkan tempat di temukannya mobil suaminya pada pria asing itu.

"Menurutku, tidak menutup kemungkinan suamimu di bunuh oleh musuhnya dan bisa jadi jasadnya juga di hanyutkan di sungai ini," Robby memberikan pendapat tentang cerita Sila.

Wanita itu berpikir, siapa orang yang menjadi musuh Andra. Selama ini ia tidak pernah melihat suaminya punya masalah dengan siapapun.

"Suamiku bukan orang jahat, mana mungkin ia memiliki musuh," Sila coba menyangkal pendapat dari lelaki yang ada di sampingnya dengan jarak beberapa meter itu.

"Musuh tidak selalu datang karena kita jahat, tetapi juga karena orang iri. Bisa jadi, musuh suamimu adalah rekan bisnis yang merasa tersaingi, lalu menghabisi nyawanya agar tidak ada lagi saingan yang menjatuhkan bisnis mereka." Pendapat Robby kali ini dapat di terima oleh Sila. Bisa jadi ada orang yang tidak suka dengan kesuksesan Andra lalu nekat menghabisi nyawa suaminya.

"Mungkin untuk kali ini Pendapatmu cukup masuk akal, Rob. Tapi kenapa harus suamiku? Ia mempunyai dua anak balita, yang sangat butuh perhatian, dan aku, aku menangisinya setiap malam dan berharap semuanya hanya mimpi. Saat terbangun, aku tetap mendapati kenyataan pahit bahwa apa yang terjadi dalam hidupku adalah sebuah kenyataan." Air mata Sila kembali berderai.Ia mengambil tissu dari tas kecilnya dan menghapus air matanya sendiri.

"Kehilangan memang menyakitkan. Tapi kamu harus menyikapinya dengan positif. Perbanyak pergaulan agar kamu dapat terhibur, juga banyak mensyukuri apa yang kamu miliki saat ini. Lakukan banyak aktivitas yang bisa membuat kamu merasa bahagia," Robby yang suka membaca buku tentang psikologis itu mencoba memberikan motivasi untuk Sila.

"Terima kasih untuk saranmu, Robby. Sepertinya aku harus segera pergi." Sila melangkahkan kakinya dengan langkah panjang. Ia tidak menyadari bahwa lelaki yang bernama Robby itu menatap kepergiannya dengan senyuman.

"Cantik sekali wanita itu, meskipun telah beranak dua, ia masih tampak begitu anggun. Seandainya aku bisa memilikinya. Ah sepertinya otakku mulai rusak, sebaiknya aku bersiap ke kantor sekarang," Robby meninggalkan tempat itu.

Di kantor Sila...

"Ibu Sila, hari ini kita ada meeting dengan Robin Group. Apa ibu akan menggadirinya?" Seorang wanita yang berdandan layaknya sekertaris sedang memberitahukan jadwal Sila hari ini.

"Terima kasih atas infonya. Segera siapkan berkas, saya akan menghadirinya," Ujar Sila dengan semangat. Ia setiap hari selalu seperti itu. Penyemangatnya saat ini adalah Alana dan Alandra. Kedua balita itu membuat Sila merasa tetap harus bertahan hidup.

Sila memandang foto pernikahannya dengan Andra yang terpampang di mejanya. Ia hanya bisa mengelus gambar wajah Andra. Sila menghembuskan nafas panjang sambil memejamkan mata, sesaat... ia mengenang semua kenangan manis saat bersama Andra terutama di ruang kantornya itu.

#Flashback On...

"Sayang...!" Aku memanggil Andra dengan suara lantang. Berlari ke arahnya dan memeluknya dari belakang. Aku menjadikan bahunya sebagai topangan kepalaku.

"Cup" Aku mengecup sekilas pipi suamiku yang lembut.

"Mas, aku kangen banget tau sama kamu, sampai aku ngerasa perjalaman kesini jauh banget, loh." Celotehku. Andra tersenyum sambil menumpuk map yang ada di hadapannya, tanda ia ingin konsentrasi bicara denganku.

"Kamu memang manja, sayang. Hari ini beda, sikap manjamu itu berlebihan, sampai seperti bukan kamu. Tapi mas malah seneng banget kamu manja gini," Andra menarikku kepangkuannya, melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Syukur deh, kalau mas nggak ngerasa terganggu. Bukannya bantuin kerja, malah ganggu gini. Tapi memang pengennya deket mas terus," Aku menegakkan posisi dudukku. Memiringkan badanku sedikit agar aku bisa menikmati pemandangan wajah tampan suamiku ini.

"Kalau seperti ini, mas jadi pengen cepet-cepet pulang. Mas makin sayang sama kamu, jangan pernah tinggalin mas, ya." Andra mengelus pipiku sekilas. Perlakuannya ku balas dengan menggigitnya pelan dan sekilas karena gemas.

"Auh, sakit Sila..." Keluhnya, aku hanya tertawa.

"Dih, kenapa gitu pengen cepet pulang?" Aku menggodanya dan pura-pura tidak tahu apa yang dia inginkan.

"Pengen itu..." Andra memberiku kode. Bukan kode morse ya, kalau itu sih saat kita pramuka.

"Itu apa? Hayooo..." Aku meledek Andra, ia tersipu malu.

"Nanti, tunggu di rumah, aku langsung minta jatahku," ia menyeringai. huh, aku jadi makin gemas sama dia.

"Mas, diem dulu sebentar..." Pintaku padanya.

"Ada apa?" Andra tampak penasaran. Lalu mengikuti instruksiku untuk diam. Aku segera memanfaatkan kesempatan ini untuk meng-kiss bibirnya yang merah alami itu. Aku tidak perduli apa pendapatnya tentangku hari ini.

Sampai beberapa menit aku tidak melepaskan kiss-ku. Tentu saja dia membalas perlakuanku dengan penuh semangat. Sampai akhirnya aku puas melakukannya. kulepaskan kiss-ku perlahan.

"Sayang, kamu benar-benar nakal," Bisik Andra. Aku bisa merasakan miliknya terbangun di bawah sana. Mungkin nanti sampai di rumah, dia akan membalas kejahilanku ini.

"Maaf, mas. aku kelepasan. Habisnya kamu gemesin. imut, ganteng, huh! Sepertinya aku menggilaimu, mas," Aku salah tingkah sendiri di hadapannya. Sejak kami menikah hampir satu tahun, aku baru sekali ini bertindak agresif padanya.

"Bisa aja, istriku, pulang yuk.." Ajaknya tiba-tiba. Aku melirik kerjaannya yang masih menumpuk. pasti karena kelakuan nakalku, Andra jadi ingin pulang. Aku seketika jadi merasa bersalah.

"Aku lihat kerjaan mas masih numpuk, pulangnya nanti aja. Gimana kalai aku bantuin mas ngerjain semuanya? Aku nggak akan nakal lagi, kok." Aku mencoba bernegoisasi. Semoga Andra mau menunda niatnya untuk pulang.

"Baiklah, tapi nanti di rumah, jangan lupa jatahku ya," Godanya dengan senyuman mesum.

"Iya deh, iya. Nanti aku kasih. Sekarag, mas kerja dulu, aku bantuin, ya..." Aku mengambil beberapa berkas dan aku bawa ke mejaku. Andra diam-diam melirikku, aku pura-pura serius.

#Flashback Off..

"Mas, ingatkah kamu semua itu? Apa kamu benar-benar sudah meninggal? Kenapa aku masih ragu untuk mempercayai kenyataan ini, kamu terlalu sulit untuk aku lupakan mas, kamu terlalu membekas di hatiku," Titik-titik airmata berjatuhan dari mata wanita cantik itu. Andra, kamu di mana?

Terpopuler

Comments

irtaza

irtaza

jd misteri

2021-02-01

1

Fhita Iftha

Fhita Iftha

semoga andra masih hdp andra dan sila bersatu 😘

2020-10-31

1

Ainun Basri

Ainun Basri

Thor pasti andra dbawa sm kakek nya ya gak mungkin kan ngilang gtu aja jasad nya gak ditemukan klu dia emang metong

2020-10-21

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Cuitan Author
14 Flashback 4 Chapter Sweet memories Of Perfect Husband
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Epidode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Author Menyapa
62 Episode 61
63 Episode 62
64 Episode 63
65 Episode 64
66 Episode 65
67 Episode 66
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84 (Epilog)
86 Pengumuman
87 Perfect Husband S3 Lounching
88 Tentang Novel Suami Simpanan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Cuitan Author
14
Flashback 4 Chapter Sweet memories Of Perfect Husband
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Epidode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Author Menyapa
62
Episode 61
63
Episode 62
64
Episode 63
65
Episode 64
66
Episode 65
67
Episode 66
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84 (Epilog)
86
Pengumuman
87
Perfect Husband S3 Lounching
88
Tentang Novel Suami Simpanan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!