Sila menapakkan kakinya dan melangkah ke jembatan tempat mobil Andra di temukan 3 tahun yang lalu. Sebelum ke sana, ia sudah meyakinkan pak Budi bahwa dia tidak akan berbuat macam-macam, seperti percobaan bunuh diri, seperti saat itu.
Ibu dua anak itu memandang air sungai yang mengalir deras dari pinggir jembatan yang terhalangi pagar rendah. Perlahan, air mata Sila jatuh tanpa komando. Kerinduan yang ia rasakan sangat mendalam pada sosok suaminya itu.
Sila sebenarnya telah mencoba untuk merelakan kepergian Andra yang menurutnya sangat misterius. Jika ia meninggal, seharusnya tidak lama setelah itu ia bisa melihat jasad suaminya.
Polisi bahkan menutup kasusnya karena tidak dapat menemukan pelaku dan korban dalam kejadian itu. Hingga ia melewati 3 tahun ini dengan kepahitan, dalam kehancuran hati yang tidak bisa di gambarkan.
"Seharusnya aku melupakanmu mas, tapi entah mengapa aku yakin kamu masih hidup. Aku percaya kamu masih ada di sebuah tempat yang aku tidak tahu itu di mana. Mas... di manapun kamu berada, cepatlah kembali, aku dan anak-anak menantikan kehadiranmu. Aku kangen kamu, mas..." Air mata Sila mengalir dengan deras mewakili perasaannya yang sedang tidak menentu saat ini. Beban kerinduan yang lama ia pendam membuatnya rapuh.
"Berhentilah menangis, jika seseorang yang kamu tangisi itu telah tiada, ia akan sedih memandangmu dari atas sana," Sila mendengar suara seseorang. Ia menengok ke arah sumber suara dan mendapati seorang laki-laki yang memandang ke arahnya.
"Aku tidak percaya dia telah meninggal, aku merasa dia akan kembali dalam kehidupanku suatu saat nanti," Sila mencoba menjawab lelaki itu sambil menyeka air matanya.
"Sebelumnya, perkenalkan namaku Robby, kalau kamu tidak nyaman, tidak perlu menyebutkan siapa namamu. Aku mengalami hal yang sama denganmu. 4 tahun yang lalu, istriku hanyut di sungai ini dan hilang," Pria yang mengaku bernama Robby itu memulai ceritanya yang berhasil sedikit menarik perhatian Sila untuk mendengarkannya.

Visual Robby (by: Google.Com)
"Aku Sila. Berbeda dengan istri anda, suamiku hilang tanpa penjelasan. Tidak ada bukti yang menguatkan bahwa ia telah hanyut di sungai ini. Hanya saja, tepat di sini, mobil dan barang-barang suamiku di temukan." Sila menunjuk tempat yang tidak jauh dari tempatnya berdiri untuk menunjukkan tempat di temukannya mobil suaminya pada pria asing itu.
"Menurutku, tidak menutup kemungkinan suamimu di bunuh oleh musuhnya dan bisa jadi jasadnya juga di hanyutkan di sungai ini," Robby memberikan pendapat tentang cerita Sila.
Wanita itu berpikir, siapa orang yang menjadi musuh Andra. Selama ini ia tidak pernah melihat suaminya punya masalah dengan siapapun.
"Suamiku bukan orang jahat, mana mungkin ia memiliki musuh," Sila coba menyangkal pendapat dari lelaki yang ada di sampingnya dengan jarak beberapa meter itu.
"Musuh tidak selalu datang karena kita jahat, tetapi juga karena orang iri. Bisa jadi, musuh suamimu adalah rekan bisnis yang merasa tersaingi, lalu menghabisi nyawanya agar tidak ada lagi saingan yang menjatuhkan bisnis mereka." Pendapat Robby kali ini dapat di terima oleh Sila. Bisa jadi ada orang yang tidak suka dengan kesuksesan Andra lalu nekat menghabisi nyawa suaminya.
"Mungkin untuk kali ini Pendapatmu cukup masuk akal, Rob. Tapi kenapa harus suamiku? Ia mempunyai dua anak balita, yang sangat butuh perhatian, dan aku, aku menangisinya setiap malam dan berharap semuanya hanya mimpi. Saat terbangun, aku tetap mendapati kenyataan pahit bahwa apa yang terjadi dalam hidupku adalah sebuah kenyataan." Air mata Sila kembali berderai.Ia mengambil tissu dari tas kecilnya dan menghapus air matanya sendiri.
"Kehilangan memang menyakitkan. Tapi kamu harus menyikapinya dengan positif. Perbanyak pergaulan agar kamu dapat terhibur, juga banyak mensyukuri apa yang kamu miliki saat ini. Lakukan banyak aktivitas yang bisa membuat kamu merasa bahagia," Robby yang suka membaca buku tentang psikologis itu mencoba memberikan motivasi untuk Sila.
"Terima kasih untuk saranmu, Robby. Sepertinya aku harus segera pergi." Sila melangkahkan kakinya dengan langkah panjang. Ia tidak menyadari bahwa lelaki yang bernama Robby itu menatap kepergiannya dengan senyuman.
"Cantik sekali wanita itu, meskipun telah beranak dua, ia masih tampak begitu anggun. Seandainya aku bisa memilikinya. Ah sepertinya otakku mulai rusak, sebaiknya aku bersiap ke kantor sekarang," Robby meninggalkan tempat itu.
Di kantor Sila...
"Ibu Sila, hari ini kita ada meeting dengan Robin Group. Apa ibu akan menggadirinya?" Seorang wanita yang berdandan layaknya sekertaris sedang memberitahukan jadwal Sila hari ini.
"Terima kasih atas infonya. Segera siapkan berkas, saya akan menghadirinya," Ujar Sila dengan semangat. Ia setiap hari selalu seperti itu. Penyemangatnya saat ini adalah Alana dan Alandra. Kedua balita itu membuat Sila merasa tetap harus bertahan hidup.
Sila memandang foto pernikahannya dengan Andra yang terpampang di mejanya. Ia hanya bisa mengelus gambar wajah Andra. Sila menghembuskan nafas panjang sambil memejamkan mata, sesaat... ia mengenang semua kenangan manis saat bersama Andra terutama di ruang kantornya itu.
#Flashback On...
"Sayang...!" Aku memanggil Andra dengan suara lantang. Berlari ke arahnya dan memeluknya dari belakang. Aku menjadikan bahunya sebagai topangan kepalaku.
"Cup" Aku mengecup sekilas pipi suamiku yang lembut.
"Mas, aku kangen banget tau sama kamu, sampai aku ngerasa perjalaman kesini jauh banget, loh." Celotehku. Andra tersenyum sambil menumpuk map yang ada di hadapannya, tanda ia ingin konsentrasi bicara denganku.
"Kamu memang manja, sayang. Hari ini beda, sikap manjamu itu berlebihan, sampai seperti bukan kamu. Tapi mas malah seneng banget kamu manja gini," Andra menarikku kepangkuannya, melingkarkan tangannya di pinggangku.
"Syukur deh, kalau mas nggak ngerasa terganggu. Bukannya bantuin kerja, malah ganggu gini. Tapi memang pengennya deket mas terus," Aku menegakkan posisi dudukku. Memiringkan badanku sedikit agar aku bisa menikmati pemandangan wajah tampan suamiku ini.
"Kalau seperti ini, mas jadi pengen cepet-cepet pulang. Mas makin sayang sama kamu, jangan pernah tinggalin mas, ya." Andra mengelus pipiku sekilas. Perlakuannya ku balas dengan menggigitnya pelan dan sekilas karena gemas.
"Auh, sakit Sila..." Keluhnya, aku hanya tertawa.
"Dih, kenapa gitu pengen cepet pulang?" Aku menggodanya dan pura-pura tidak tahu apa yang dia inginkan.
"Pengen itu..." Andra memberiku kode. Bukan kode morse ya, kalau itu sih saat kita pramuka.
"Itu apa? Hayooo..." Aku meledek Andra, ia tersipu malu.
"Nanti, tunggu di rumah, aku langsung minta jatahku," ia menyeringai. huh, aku jadi makin gemas sama dia.
"Mas, diem dulu sebentar..." Pintaku padanya.
"Ada apa?" Andra tampak penasaran. Lalu mengikuti instruksiku untuk diam. Aku segera memanfaatkan kesempatan ini untuk meng-kiss bibirnya yang merah alami itu. Aku tidak perduli apa pendapatnya tentangku hari ini.
Sampai beberapa menit aku tidak melepaskan kiss-ku. Tentu saja dia membalas perlakuanku dengan penuh semangat. Sampai akhirnya aku puas melakukannya. kulepaskan kiss-ku perlahan.
"Sayang, kamu benar-benar nakal," Bisik Andra. Aku bisa merasakan miliknya terbangun di bawah sana. Mungkin nanti sampai di rumah, dia akan membalas kejahilanku ini.
"Maaf, mas. aku kelepasan. Habisnya kamu gemesin. imut, ganteng, huh! Sepertinya aku menggilaimu, mas," Aku salah tingkah sendiri di hadapannya. Sejak kami menikah hampir satu tahun, aku baru sekali ini bertindak agresif padanya.
"Bisa aja, istriku, pulang yuk.." Ajaknya tiba-tiba. Aku melirik kerjaannya yang masih menumpuk. pasti karena kelakuan nakalku, Andra jadi ingin pulang. Aku seketika jadi merasa bersalah.
"Aku lihat kerjaan mas masih numpuk, pulangnya nanti aja. Gimana kalai aku bantuin mas ngerjain semuanya? Aku nggak akan nakal lagi, kok." Aku mencoba bernegoisasi. Semoga Andra mau menunda niatnya untuk pulang.
"Baiklah, tapi nanti di rumah, jangan lupa jatahku ya," Godanya dengan senyuman mesum.
"Iya deh, iya. Nanti aku kasih. Sekarag, mas kerja dulu, aku bantuin, ya..." Aku mengambil beberapa berkas dan aku bawa ke mejaku. Andra diam-diam melirikku, aku pura-pura serius.
#Flashback Off..
"Mas, ingatkah kamu semua itu? Apa kamu benar-benar sudah meninggal? Kenapa aku masih ragu untuk mempercayai kenyataan ini, kamu terlalu sulit untuk aku lupakan mas, kamu terlalu membekas di hatiku," Titik-titik airmata berjatuhan dari mata wanita cantik itu. Andra, kamu di mana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
irtaza
jd misteri
2021-02-01
1
Fhita Iftha
semoga andra masih hdp andra dan sila bersatu 😘
2020-10-31
1
Ainun Basri
Thor pasti andra dbawa sm kakek nya ya gak mungkin kan ngilang gtu aja jasad nya gak ditemukan klu dia emang metong
2020-10-21
1