Sila menyiapkan berkas untuk meeting outdoor
dengan CEO Robin Group. Semenjak Andra tidak ada Sila menggantikan posisi suaminya. Ia bertanggung jawab penuh untuk kemajuan perusahaan.
Meskipun ia pernah terpuruk sampai titik terendah di dalam hidupnya karena kehilangan Andra, ia berusaha bangkit untuk masa depan dirinya dan juga anak- anak.
Sila memilih untuk datang terlebih dahulu ke lokasi meeting. Ia tidak ingin membiarkan orang lain menunggu.
Ia sengaja memilih tempat yang agak sunyi agar obrolan bisnisnya nyaman dan tidak terganggu oleh prngunjung kafe yang lain.
Mengingat waktu pertemuan masih lama, Sila memesan sebuah minuman coklat dingin. Ia butuh relaksasi, pikirannya terlalu lelah karena memikirkan banyak hal.
Dulu, saat Andra masih ada, ia tidak sesibuk saat ini. Dia bisa santai di rumah, tanpa meninggalkan Alandra dan Alana, tidak seperti sekarang. Sila terpaksa harus meninggalkan kedua buah hatinya untuk bekerja.
"Selamat siang, dengan nyonya Sila?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Sila. Terlebih suara itu tidak asing baginya. Meskipun telah lama tidak mendengarnya, Sila yakin, itu adalah suara milik...
"Andra..." Mata Sila membulat saat melihat wajah orang yang baru saja menyapanya. Pria itu justru tampak bingung.
"Maaf, nama saya Dewa, bukan Andra. Mungkin Nyonya Sila salah orang," Pria yang menyebut dirinya dengan nama Dewa itu menarik kursi di hadapan Sila dan Duduk. Kalimat yang ia ucapkan sangat dingin, jauh berbeda dengan Andra.
Wajah lelaki itu sama persis dengan Andra, hanya saja di pipi kananya ada sebuah codet yang panjang, seperti bekas goresan sebuah benda tajam. Sila yakin, orang yang ada di hadapannya itu Andra.
"Baiklah An.. e.. Tuan Dewa, apakah anda CEO Robin Group?" Sila sedikit kikuk. Ia tidak mungkin memakasa orang itu untuk mengaku bahwa dia adalah Andra. Bisa jadi penglihatannya salah. Ia teringat tujuannya, datang untuk bisnis, bukan untuk membicarakan hal pribadi.
"Benar. Saya Dewa Robinson. CEO Robin Grup. Mohon maaf kalau kehadiran saya membuat nyonya tidak nyaman atau membuat salah paham,"
Sila ingin menolak, jika yang ada di hadapannya itu bukan Dewa, tapi Andra. Tapi apa yang bisa di lakukannya, ketika ia tidak di indahkan oleh lelaki yang ada di hadapannya. Ia hanya bisa meyakinkan dirimya bahwa yang ada di hadapannya itu adalah orang asing.
"Tidak apa-apa, saya yang salah. Saya minta maaf. Salam kenal Tuan Dewa, Anda.tidak perlu memanggil saya dengan sebutan Nyonya. Ini di luar Kantor, jadi santai saja, panggil saya Sila saja." Sila mencoba mencairkan suasana yang sedikit beku diantara mereka berdua.
"Baiklah, kalau begitu, panggil saya Dewa saja," Dewa kali ini mau memberikan senyumannya meskipun hanya tipis.
"Baiklah, Dewa. Jadi apa kita bisa memulai diskusi kita sekarang?" Sila berusaha bersikap profesional, meskipun di kepalanya di penuhi banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada lelaki yang ada di hadapannya itu, agar ia yakin yang ada di hadapannya bukan Andra.
Tentu saja Sila berpikir ulang untuk menanyakan itu. Mereka baru saja bertemu, bisa saja Dewa akan merasa tidak nyaman jika ia menanyakan banyak hal yang sangat pribadi. Sila merasa dirinya harus lebih bersabar sekarang. Ia harus memanfaatkan kerjasama perusahaan untuk menyelidiki siapa Dewa sebenarnya.
"Bisa-bisa, mari kita bahas,"
Mereka berdua akhirnya membahas masalah kerjasama yang akan mereka jalin, seperti apa prospeknya, keuntungan dan lain sebagainya. Hingga akhirnya Robin Group bersedia untuk bekerja sama dengan perusahaan Sila.
"Terima kasih atas kerjasamanya Dewa, untuk lebih lanjut, nanti aku hubungu via telepon."
"Sama-sama, Sila. Semoga kerjasama kita berjalan dengan baik,"
"Semoga saja. Baiklah, saya duluan Dewa,"
"Baiklah, hati-hati di jalan, Sila."
Sila beranjak dari tempatnya saat ini, di depan Resto tempat mereka berbincang sekaligus makan siang bersama.
Ada rasa bahagia yang tersirat di dalam hati Sila. Ia seperti memiliki sebuah harapan , bahwa lelaki yang tadi ada di hadapannya itu adalah Andra. Tapi, sejurus kemudian, ia merasa dirinya bodoh. Bagaimana bisa ia meyakini orang yang baru saja di temui sebagai Andra. Kalau sampai ia salah, ia pasti akan kembali kecewa.
Sesampainya di rumah...
Lagi-lagi, Sila melihat Andre sedang bermain denga Alana dan Alandra. Ia melihat kebahagiaan terpancar dengan jelaa dari wajah kedua anaknya. Rasanya, ia tidak tega untuk mengusir Andra pergi dari rumahnya.
lagipula, meskipun di usir, Andre tidak akan pergi begitu saja. Sejak bayi, Alana dan alandra memang sudah sangat sering di gendong, di timang, di ajak bermain oleh Andre. Ia menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi ayah yang baik untuk Si Kembar.
"Sila!" Andre memanggil Sila.yang akan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Ada apa kak?" Sila berbalik dan menatap datar ke arah Andre.
"Aku ingin bicara denganmu. Jika ada waktu, izinkan aku untuk berbicara denganmu berdua saja," Andre berharap kali ini Sila mau mendengarkannya. Meskipun bicara dengan wanita itu sedikit agak susah.
"Baiklah kak. Ayo naik. Tunggu aku di balkon. Aku mau ganti baju." Pesan Sila sambil melenggangkan kakinya naik ke atas tangga dan Andre mengikuti langkah wanita itu.
Silla masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju, sedangkan Andra, ia menunggu Sila di kursi dekat balkon.
Andre memandang taman dan sebagian halaman rumah Sila yang luas.Di dalam pikiran Andre, ia berharap Andra masih ada dan menjaga Sila dan kedua anak mereka.
"Jadi apa yang mau kakak omongin, sepertinya penting," Sila menyodorkan sekaleng minuman soda pada kakak iparnya itu, lalu Andre pun menerimanya. Ia lalu membuka dan meneguknya beberapa teguk.
"Apa yang akan aku sampaikan menyangkut masalah pribadi, meskipun kamu mungkin tidak menyukainya aku harap, kamu mau mempertimbangkan untuk menerimanya," Andre kembali meneguk minumannya sambil menunggu respon dari Sila.
"Baiklah, aku tidak akan memutuskan dengan cepat dan akan memikirkannya, Kak. Katakan saja apa yang ingin kakak katakan . Sila ikut-ikut, melihat ke arah taman dan halaman rumahnya yang luas.
"Sila, kamu tahu kan, Kalau Alana dan Alandra itu butuh figur seorang ayah. Aku merasa mereka pantas untuk mendapatkannya," Sila tersentak mendengar kalimat yang meluncur dari bibir Andre.
"Maksud kakak? Aku tidak paham," Sila menatap wajah kakak iparnya itu dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Menikahlah denganku, Sila. Izinkan aku menjadi ayah dari Alana dan Alandra," Andre tampak sangat serius. Sebaliknya, Sila membuang pandangannya ke arah lain. Entah kenapa hatinya sangat kesal.mendengar permintaan Andre.
Ia tahu, Alana dan Alandra memang sangat dekat dengan Andre, tapi ini masalah hati. Sila tidak yakin bisa menjalin hubungan dengan orang lain di saat hatinya masih sangat kacau.
"Kak, aku tahu, saat ini mereka memang sangat membutuhkan sosok ayah, tapi aku belum siap untuk menjalin hubungan dengan orang lain dulu, apa lagi orang itu kakak,"
**NB: Jangan lupa mampir ke karya baruku
My Workaholic Husband
Handsome Ghost My Love
Follow IG @Ratuasmara_06**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Fhita Iftha
pasti andra lupa ingatan dan jdi dewa pasti nti andra akan.sadar dari ingatan nya.kalau ketemu.sila terus😘dan.kembali dengan sila cinta sejati 😘
2020-10-31
1
Lisa Sulu Hwi
Dewa pasti Andra dan ini pasti biangkeroknya kakek Andra
2020-10-31
0
Ainun Basri
Seperti nya andra hidup ya thor tp pura-pura jd dewa krn mau balikin sila sm andre krn diam2 ketahuan andre mencium sila waktu dcafe
2020-10-21
0