4

🌷🌷🌷

Selama seminggu penuh Anna menjalani pelatihan dasar mengenai asisten rumah tangga. Ia harus menghafal semua hal yang berkaitan dengan Tuan Muda Theo dari Bibi Paula. Makanan yang disukai dan tidak disukainya. Bagaimana menyiapkan makanannya, bagaimana mengolahnya, di mana tempat membeli bahan-bahan makanan organik yang terbaik, bagaimana memilihnya yang terbaik dari yang terbaik.

Anna harus menghafalkan merek pakaian ternama dan bagaimana pengaplikasiannya. Ia harus bisa memilih pakaian yang harus dikenakan di berbagai acara, formal, semi formal, santai. Ia harus menentukan warna dasi, mengombinasikan tas dan sepatu dan bahkan celana dalam.

Anna mengelus dada, ia bingung dengan tingkah orang kaya. Apakah mereka tidak bisa memilihnya sendiri?

Tak seperti memilih bahan makanan yang menurutnya mudah. Anna agak kesulitan dan butuh waktu untuk menghafal jenis-jenis brand dan apa yang menonjol dari masing-masing brand. Jujur, Anna bahkan jarang beli baju baru, dan tak ada bajunya yang keluaran brand tertentu. Tentunya kecuali hadiah dari Chaterine.

Di samping itu Anna juga harus mempelajari bagaimana cara menggunakan peralatan modern, menjaga kebersihan dan kerapian ruangan, menata perabot, menentukan berbagai macam peralatan mandi, dari mulai sabun sampai tisu toilet.

Setelah beberapa hari pelatihan Anna memahami kehidupan Theo yang sangat sibuk dan terkesan workaholic. Ia menyimpulkan kalau Theo sangat pemilih dalam berpakaian. Semua pakaiannya harus keluaran brand yang bagus dan buatan desainer ternama yang secara khusus di jahit untuknya. Tapi, berbeda kalau urusan makanan, Theo lebih suka makanan rumahan. Restoran mahal tidak terlalu diminatinya, hanya demi urusan pekerjaan seperti bertemu kolega bisnis baru Theo akan makan di restoran.

Akhirnya 7 hari yang panjang dan melelahkan pun berakhir. Anna sampai harus izin kuliah untuk full pelatihan 7 hari tersebut. Untunglah bayaran pelatihan tersebut sebanding dengan perjuangan Anna. Sekarang ia tinggal menunggu pemberitahuannya.

Selama 7 hari itu juga Anna tidak melihat bos yang dilayaninya. Meski ia juga melakukan simulasi memilih pakaian yang akan dikenakan Theo, tapi Anna selalu kehilangan momen untuk sekedar berpapasan dengan Theo. Rasanya memang Theo sangat terjaga privasinya. Bahkan di rumahnya sendiri.

🌷🌷🌷

Untunglah sekarang Anna bisa kembali ke asrama setelah 7 hari menginap di rumah Theo. Jujur, meski rumah Theo sangat megah tapi, tak ada yang lebih nyaman dari kamar apartemennya yang nyaman.

Anna sekarang berbaring di ranjangnya dengan lelah. Belum apa-apa sudah sedemikian ribetnya urusan asisten rumah tangga. Kenapa tidak bersih-bersih saja kenapa harus memilih ini itu. Ya Ampun. Tapi tak apalah demi rumah impian. Bayaran pelatihan kemarin cukup besar sehingga impian untuk punya rumah pasti akan cepat terpenuhi jika ia bertahan paling tidak sebulan. Ia pun menyunggingkan senyum senang.

Tok-tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Anna dan Irene.

“Apakah kamu membeli sesuatu?” tanya Irene.

Anna menggeleng.

“Aku juga tidak,” ujar Irene sambil mengangkat bahu.

Terdengar cukup aneh jika seseorang mengetuk kamar asrama mereka. Apalagi keduanya sedang tidak memesan apa-apa.

Irene yang memang ranjangnya lebih dekat ke pintu membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Irene tidak merasa sedang memesan makanan jadi tidak mungkin pengantar makanan. Anna juga jarang punya tamu, sekali yang datang pasti hanya Cathy dan Cathy tak perlu repot-repot mengetuk pintu kamar asrama mereka. Tapi begitu Irene melihat siapa di depan pintu kamarnya, mulutnya langsung ternganga.

Ada seorang pria tinggi dan tampan berdiri di depan pintu dengan wajah sesempurna Dewa Yunani. Siapakah gerangan pria ini? wajahnya terlihat seperti seorang yang familier, tapi siapa?

Irene belum sempat menanyakan siapa pria di depannya karena pria itu langsung saja menyebut nama Anna dengan suara yang dalam dan seksi.

Oh, bahkan suaranya luar biasa hot, batin Irene.

"Anna, ada yang mencarimu," kata Irene. Setengah darinya diliputi kebingungan. Bagaimana bisa seseorang seperti Anna dan seseorang seperti dewa Yunani ini bisa saling mengenal?

"Siapa?" tanya Anna.

"Catherine ya, suruh masuk saja," lanjut Anna yang masih sibuk tiduran di ranjangnya. Cathy biasa mampir di asramanya untuk sekedar mengunjunginya.

"Bukan," ujar Irena sambil membuka pintu lebih lebar agar Anna bisa melihat siapa di depan pintu.

Mau tak mau Anna melihat ke arah pintu dengan penasaran, ia tidak pernah mendapat kunjungan tamu selain Chaty. Tapi Anna langsung terkejut ketika melihat Seorang pria tampan dengan postur tinggi berdiri di depan pintu memandangnya. Oh My God! Pria yang selalu mengenakan setelan jas mahal yang rapi yang saat ini tengah bertamu di kamar asramanya adalah Theo Natanael Maxwell, CEO Maxwell Company, calon bosnya.

Anna mengucek matanya, benarkah seorang Theo ada di depan pintu asramanya. Ia mencubit lengannya. Sakit! Berarti ini bukan mimpi. Ia buru-buru bangkit dari tidurannya dengan canggung.

Irene mempersilakan Theo masuk ke dalam. Tak hanya Anna yang tercengang ternyata Irene juga terlihat super terkejut.

Anna yang selama ini dipergunjingkan sebagai perawan kalau Irene sedang kesal dalam bayangannya adalah seolah cupu tak berpengalaman ternyata mampu menggaet seorang cowok super tampan dan kelihatannya sangat kaya. Cowok ini beberapa kali lipat lebih keren dari 10 pacarnya di gabungkan. OMG! Benar kata pepatah Anna seperti air yang tenang menghanyutkan. Diam-diam tahunya punya cowok sekeren ini.

"Bisa tinggalkan kami sebentar Miss... " kata Theo sambil memandang Irene, Theo memberi jeda karena tidak tahu nama Irene.

"Irene, well, of course," kata Irene sambil melirik Anna dan Theo bergantian.

Apa yang begitu urgen dibicarakan sampai harus menyuruhnya keluar. Hanya saja perkataan Theo yang tegas terdengar seperti perintah bagi Irene. Jadi Irene buru-buru mengambil ponsel dan sweater lalu pergi keluar.

Theo menunggu sampai Irene menutup pintu baru fokus pada Anna yang terlihat sangat heran bagaimana ia bisa sampai di sini.

Anna memandang Theo dengan tidak percaya. Benarkah seorang Theo sedang ada di kamarnya? Anna berdiri dengan canggung mempersilakan Theo duduk di kursi tua, kursi dari meja belajarnya, satu-satunya kursi di kamarnya. Kursi Irene juga sama jeleknya seperti kursi miliknya, hanya saja kursi Irene sudah beralih fungsi menjadi rak buku.

Theo duduk dengan takdhim di kursi yang di sediakan sambil memandang Anna dengan intens.

Anna yang dipandang sedemikian rupa menjadi salah tingkah. Apalagi saat ini ia hanya mengenakan hotpants dan kaos oblong, rambut pendeknya juga acak-acakan. Ya ampun ia malu sekali. Ia tidak pernah memakai pakaian seminim ini di depan lelaki.

🌷🌷🌷

Theo memandang Anna yang terlihat tidak nyaman dengan kunjungannya. Gadis itu duduk di tepi ranjang dan menutupi pahanya dengan bantal.

Theo tidak terlalu bisa melihat siluet tubuhnya karena kaos oblong yang di pakai Anna begitu besar, baju bekas siapakah itu? Pacarnya kah? ada rasa cemburu menyeruak. Atau memang baju seperti ini memang sedang ngetrend di kalangan mahasiswi, batin Theo menenangkan diri.

Tapi begitu Anna bangkit untuk menyuguhi Theo segelas air dari galon isi ulang yang ada di samping meja belajarnya. Barulah terlihat jelas bahwa Anna hanya memakai hotpants pendek warna hitam di padukan kaos oblong warna abu-abu.

Warna hitam celananya membuat perbedaan yang kontras dengan kulit paha Anna yang putih. Theo sampai menelan ludah karena bergairah. Tak pernah didapatinya pakaian murahan bisa demikian indah. Theo selalu berpikir bahwa pakaian mahal akan membawa efek bagi pemakainya. Melihat Anna seperti bidadari meski cuma memakai pakaian murah. Ia mengubah pikirannya bahwa sebenarnya oranglah yang akan memberi efek pada pakaian yang dikenakannya bukan sebaliknya.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak Theo?" tanya Anna begitu ia kembali duduk di ranjang, tak lupa pula bantal untuk menutupi paha terbukanya. Dibuangnya rasa canggung karena berada berdua saja dengan pria yang bisa dikategorikan asing di dalam satu ruangan.

Sesaat Theo terdiam tidak langsung menjawab karena ia sempat kehilangan fokus tadi. Theo berdeham untuk mengumpulkan konsentrasinya.

"Malam ini aku mengundangmu makan malam untuk membahas kerja sama kita," ucap Theo. Suaranya indah tapi Anna lebih fokus pada apa yang diucapkan Theo. Mengundang makan malam? Hem....

"Seharusnya Pak Theo mengirimiku email saja jadi tidak perlu sampai repot memberitahu kesini. Anda pasti tidak nyaman harus berada di sini," ujar Anna sambil merasa aneh.

Haruskah seorang CEO datang langsung kesini hanya untuk memberitahu tentang makan malam dan kontrak kerja asisten rumah tangga.

"Aku sudah mengirimkan undangannya lewat email," jawab Theo.

Anna mengedipkan matanya tak percaya. Ia memiringkan tubuhnya ke arah laptop yang di charge di sampingnya. Dicarinya kiriman email dari Theo tapi Anna tidak menemukannya. Tak ada balasan lagi dari pihak Theo soal tindak lanjutnya, email terakhir hanya berkas perjanjian yang sudah dibaca Anna, ia bahkan sudah menyalinnya untuk dipelajari.

Karena Anna enggan memangku laptop yang sedang di charge di pangkuannya karena panas. Ia jadi harus memiringkan badan ke arah laptopnya. Alhasil karena tubuh Anna terlalu miring membuat bantal di pangkuannya pun terjatuh dan memperlihatkan pemandangan paha Anna yang putih dan mulus, pantat Anna yang kecil membulat tepat terpampang di depan Theo. Posisi Anna yang lebih condong ke kiri meninggalkan pemandangan indah tubuh Anna pada Theo yang kursinya tepat di sisi yang berlawanan dari Anna.

Theo menelan ludah menahan hasratnya. Tubuh Theo langsung diliputi panas dan gerah, apalagi kamar asrama Anna tidak di lengkapi AC.

Theo yang saat ini sedang memakai setelan jas resmi memperparah rasa gerah di tubuhnya dengan pemandangan panas di depannya. Theo melonggarkan ikatan dasinya untuk memberi ruang. Ia bahkan langsung meminum air putih yang disuguhkan sampai tandas untuk meredam hawa panas yang bergejolak di tubuhnya. Ia tidak ingat kapan terakhir hasratnya sedemikian membuncah seperti saat ini.

"Aku tidak menemukan apa pun Pak Theo," ujar Anna sambil memandangnya dengan tatapan tak berdosa. Padahal tanpa setahu Anna saat ini ia sedang membuat milik Theo yang lain menggeliat tak nyaman di bawah sana.

Theo berdiri lalu mendekat ke arah Anna. Anna beringsut naik ke ranjang mempersilakan Theo duduk di sampingnya. Bau harum parfum tercium di udara menarik konsentrasi Anna, bau harum parfum yang Theo gunakan sangat menakjubkan, seperti mewakili maskulin dan seksi sekaligus. Harumnya membawa perasaan deg-degan di hati Anna, membuatnya salah tingkah. Apalagi saat ini mereka duduk begitu dekat. Suasana ini bahkan lebih intim dari pada hanya duduk berdampingan di mobil tempo hari.

Anna berusaha bernafas keras membuang pikiran aneh-aneh. Baru kali ini Anna merasa tertarik secara seksual dengan lelaki, biasanya ia akan membuang jauh-jauh perasaan aneh itu tapi sekarang ia mengakui bahwa ia sedang terpesona.

Tak terasa Anna memandang Theo dengan saksama, mereka begitu dekat sehingga Anna bisa melihat wajah Theo dengan detail, hidung Theo terlihat sangat mancung dari samping, bulu tipis cambangnya membuat Theo terlihat macho dan maskulin. Kulitnya putih bersih, jauh dari jerawat, terlihat kenyal dan mulus. Anna harus menahan diri untuk tidak mendaratkan tangannya di wajah Theo, ia ingin sekali mengelus wajah Theo.

Theo menoleh ke arah Anna ketika gadis itu tidak merespons apa yang ia bicarakan. Anna terlihat sedang bengong memandangnya. Tapi begitu Theo memergokinya Anna buru-buru fokus ke arah laptopnya lagi. Tapi Theo masih bisa melihat pipi Anna bersemu merah, semburat merahnya bahkan lebih indah dari makeup mana pun yang pernah dilihatnya. Theo tersenyum senang ternyata Anna bukan tidak tertarik padanya hanya Anna lebih pemalu ternyata.

"Aku sudah mengirimkannya, lihatlah," ujar Theo sambil membuka email darinya.

"Email dengan alamat yang berbeda. Pantas saja aku tidak melihatnya," ujar Anna seraya mengangguk.

"Alamat email pribadiku," terang Theo.

Anna langsung terhenyak. Alamat email pribadi seorang CEO Maxwell Company, penyandang dana terbesar di kampusnya, orang yang punya ratusan ribu karyawan, mengirimi email pribadi kepadanya. Anna mau tak mau tersenyum merasa istimewa. Ya, meski cuma karena dia akan jadi asisten rumah tangganya, itu saja.

Melihat Anna tersenyum, membuat Theo ingin sekali menciumnya. Gadis ini ternyata lebih menarik dari yang Theo pikirkan. Sangat lugu, imut dan lucu. Ekspresinya tidak akan membuatnya bosan. Sangat ekspresif, Theo gemas sekali.

Theo melihat salinan berkas perjanjian kerja sama mereka di samping Anna. Theo menjangkaunya.

Anna yang mendadak didekati begitu langsung memiringkan tubuhnya. Posisi mereka sekarang seperti Theo sedang miring di atasnya.

Theo berhenti sejenak, penciumannya telah tergoda oleh sesuatu, Theo menyadari sesuatu itu adalah bau tubuh Anna. Theo membauinya sebentar. Wanginya menenangkan dan itu membuat Theo sangat mabuk meskipun tanpa alkohol. Baunya sangat manis dan menggoda.

Theo tahu ini bukan parfum. Ini hanya bau alami Anna. Mungkin kah ini feromon yang banyak di bicarakan para ahli? Bau yang bisa menarik lawan jenisnya secara seksual. Theo melihat Anna yang miring di bawahnya. Gadis itu terlihat menggigit bibirnya.

"Jangan menggigit bibirmu, itu membuatku ingin menciumnya," ujar Theo.

Anna terkejut dengan respons Theo. Menciumnya? astaga! jujur, Anna bahkan tidak tahu kalau ia sedang menggigit bibirnya.

"Kau menggigit bibirmu lagi, persetan! aku tidak sanggup lagi!" seru Theo sambil meraih Anna menggunakan satu tangannya, sedangkan tangan yang satu lagi untuk menyangga tubuhnya agar tidak jatuh menimpa Anna.

Diciumnya bibir Anna dengan lembut, bibir Anna sangat tipis dan hangat, tapi meskipun tipis Theo takjub bibir itu begitu lembut. Di hisapnya dengan kuat, seperti orang yang sedang kehausan. Dipaksanya Anna membuka mulutnya dengan sapuan lidah Theo. Theo ingin mencicipi rasanya berada di mulut Anna. Theo ingin memainkan lidahnya di sana.

Anna yang awal mulanya begitu pasif digoda sedemikian rupa dengan seorang ahli tak kuasa menahan diri, jebol juga pertahanan dirinya. Anna memberi celah sedikit dan langsung Theo menyerang dengan permainan lidahnya. Theo mengulum banyak saliva. Menyapukan lidahnya di tiap geligi dan memainkan ritme. Anna pun larut dalam ciuman Theo. Tak pernah dibayangkannya ciuman pertamanya akan seindah ini. Ciuman pertama? Tunggu dulu! Anna langsung membuka matanya. Tersadar.

Theo yang menyadari bahwa mantranya telah selesai, mengakhiri ciuman mereka dengan kecupan tipis sebelum membaringkan gadis itu di ranjangnya.

Anna mengerjapkan matanya. Nafasnya terengah-engah tak beraturan. Matanya diliputi kebingungan. Anna tak menyangka sama sekali. Ia baru saja ciuman dengan calon bosnya. Oh My God! Tunggu sampai Cathy tahu.

🌷🌷🌷

Terpopuler

Comments

may

may

Langsung kepikiran mo curhat ke cathy🤭

2023-10-22

0

🇬 🇪 🇧 🇾

🇬 🇪 🇧 🇾

novel sebagai ini aku baru tau 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰 akhirnya ak NU novel bagus LG ,sukses author amin

2022-03-26

0

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

tanda tangan kontrak kerjanya pakek ciuman gaes 😏

2021-12-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!