Anna, Hug Me
🌷🌷🌷
Suasana senja dengan angin sepoi-sepoi tampak indah menemani seorang gadis yang sedang serius mengerjakan tugasnya. Ia duduk di perpustakaan yang saat itu tengah ramai. Namun agaknya gadis itu terlalu fokus pada tugasnya sehingga tak memedulikan mahasiswa yang lalu-lalang meminjam buku atau hanya berselancar di dunia maya. WiFi di perpustakaan merupakan salah satu yang tercepat di seantero Maxwell University, tempat gadis tersebut menuntut ilmu.
Gadis berambut pendek itu membuka-buka buku yang berserakan di sampingnya mencari referensi. Sesekali ia memandang arloji yang melingkar di tangan kirinya, seakan tak ingin lupa waktu.
Tak lama kemudian gadis tersebut terlihat telah menyelesaikan tugasnya. Gadis itu merapikan buku dengan terburu-buru, memasukkan laptop ke dalam ransel lalu keluar dari perpustakaan. Rupanya gadis itu buru-buru bekerja paruh waktu di swalayan dekat kampus. Shift-nya berjaga akan mulai sebentar lagi. Ia telah mengalkulasi kan waktunya, cukup berjalan cepat beberapa menit dan ia akan tiba tepat waktu.
"Tiinnnnn..." Suara klakson mobil membuatnya terkejut sampai gadis itu sedikit terpaku menghentikan langkahnya. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari mobil warna silver yang berhenti di samping jalan.
Seorang gadis berambut ikal panjang tersenyum manis menyapanya, Catherine. Teman satu angkatan hanya beda jurusan. Mereka kenal saat pertama kali ospek kampus.
"Masuklah Ann, aku akan mengantarmu," teriak Cathy dari dalam mobil.
Anna dengan tersenyum masuk ke mobil.
"Terima kasih Cathy, aku memang agak tergesa karena harus menyelesaikan tugas kuliah hari ini. Aku telah mengalkulasi kan waktunya, tapi tetap saja mepet," ujar Anna panjang lebar. Ia suka berteman dengan Chaterine Dunyan, karena temannya itu membuatnya bisa bercerita panjang lebar.
"Apa tidak sebaiknya beli sepeda saja," saran Cathy
"Kamu tahu sendiri aku tidak bisa naik sepeda," jawab Anna, gadis berambut pendek itu sedikit frustrasi, rasa-rasanya sangat terlambat untuk orang seusianya belajar naik sepeda.
"Ya belajarlah, aku akan mengajarimu besok."
"Besok aku sibuk, mungkin lain kali" jawab Anna pasrah.
"Kamu bisa jatuh sakit tahu kalau kerja terus."
Anna memandang sahabatnya sambil tersenyum. Catherine satu-satunya sahabat yang di punyanya. Karena Anna tak punya cukup waktu untuk berkenalan dengan gadis-gadis di kampus, lagi pula Anna tipe konservatif yang sulit berteman dengan gadis-gadis populer yang berorientasi modern di kelasnya. Dan juga harinya sudah terlalu sibuk dengan belajar dan bekerja. Tidak ada waktu untuk hal-hal yang menurutnya kurang begitu penting.
"Kenapa melihatku begitu?" tanya Cathy.
"Kau pengertian sekali Cathy."
Cathy hanya tertawa sambil menghentikan laju kendaraannya.
"Nah sudah sampai."
"Trims ya..." kata Anna sambil membuka pintu mobil.
"Oke, oia jangan lupa cuti untuk datang di ulang tahunku. Awas ya kalau gak datang karena shift malam," ujar Cathy mengingatkan.
Anna mengangguk mengiyakan. Ia melambaikan tangannya dan menunggu sebentar sampai mobil Cathy yang berlalu
Anna harus tukar shift agar bisa pergi ke ulang tahun Cathy tanggal 01 Mei. Berarti ini sudah kali ketiganya ia hadir dalam ulang tahun Cathy. Tak bisa dipungkiri rasa minder saat pertama kali berkumpul dengan semua anak orang kaya. Tapi Cathy dengan bangganya mengenalkannya pada orang tuanya, pada saudara lelakinya juga. Keluarga Cathy menyambut Anna dengan baik, jadi tak ada alasan untuknya melewatkan momen ulang tahun ini.
🌷🌷🌷
Anna berjalan gontai pulang ke asramanya. Ini sudah larut malam. Ia menjinjing makanan yang dibelinya di seberang jalan tadi.
Anna belum sempat makan malam, biasanya ia memakannya di tempat tidak membungkusnya, tapi hari ia terlalu lelah sehingga lebih memilih untuk membungkusnya dan membawanya pulang ke asrama.
Hanya saja malam ini Anna jadi harus konfrontasi dengan Irene, teman sekamarnya. Anna hanya pulang setelah jam 11 malam karena sebelum jam 11 kamar itu jadi ajang bercumbu buat teman sekamarnya, Irene dan kekasihnya. Tapi kali ini ia tidak peduli. Rasanya, badannya sudah sangat lelah jika harus menunggu sampai jam 11.
"Tok tok..." Anna mengetuk pintu kamarnya. Tapi tak ada respons. Anna mengetuk lagi, kali ini dari mulai ketukan pelan sampai dengan ritme yang cepat.
Wajah Irene yang kesal muncul membuka pintu, rambutnya terlihat acak-acakan dan lehernya penuh keringat. Tapi begitu dilihatnya yang mengetuk pintu adalah Anna, ia agak mengerutkan kening, mungkin ia tak jadi marah saat melihat bahwa yang mengetuk pintunya adalah teman sekamarnya.
"Em... sebentar," ujarnya sambil menutup pintu.
Tak seberapa lama seorang cowok jangkung membuka pintu dan keluar setelah berbagi ciuman panas di depan Anna. Anna berdeham tidak nyaman lalu memasuki kamar.
Kamar cukup berantakan dengan aroma yang entahlah, membuatnya sakit kepala. Di bukanya jendela untuk mengganti udara yang lebih segar. Anna membuka kotak makannya lalu makan ayam goreng tepung yang dibelinya tadi dengan lahap. Ia berpura-pura tidak peduli dengan Irene.
"Tumben sudah pulang," gumam Irene dengan wajah kesal.
Anna meliriknya sebentar dan melihat teman sekamarnya itu tengah mengikat rambut blondenya yang panjang.
"Aku lagi gak enak badan. Oia, jam 11 malam. Ya, aku ingin jam 11 malam kamarnya sudah bersih dari lelaki," ujar Anna sambil mengunyah makanannya. Ia mengucapkannya tanpa memandang ke Irene. Untung ranjangnya berada di dekat jendela jadi ia bisa melihat pemandangan langit dan bukit di belakang gedung asrama mereka.
Jendela itu juga penyelamat Anna dari bau-bauan yang entah berasal dari mana membuatnya muak. Bau keringat bercampur sesuatu yang khas. Ingin rasanya ia memuntahkan makanannya. Tapi rasa sayang karena susah-susah membelinya membuatnya bertahan. Lagi pula ia juga kelaparan.
"Aku hanya butuh jam 11 sampai jam 6 pagi. Bisa kan, aku bisa jatuh sakit jika tak bisa istirahat lebih awal. Please ..." lanjut Anna karena Irene hanya diam saja.
"Well! Cobalah berkencan biar kau tahu rasanya tidak udik sepeti ini," ujar Irene sambil memutar bola matanya, ia berganti baju lalu keluar dengan membanting pintu sedikit keras.
Anna tahu Irene kesal, mungkin hasratnya belum tuntas jadi Irene terlihat marah. Hm ...
Anna terlihat sedih. Ia sebenarnya tidak ingin berdebat karena tak ingin rumor buruk beredar bahwa jika ia tidak pernah pacaran dan tidak pernah tidur dengan lelaki. Ia juga sangat konservatif. Tapi Irene cukup keterlaluan, ia selalu membawa pria untuk bercinta tiap malam.
Shift malamnya berakhir pukul 10.30, Anna biasanya makan malam dan menunggu sampai tamu Irene pulang. Tapi ia tidak tahan lagi, 30 menit cukup untuknya mengistirahatkan punggungnya yang lelah seharian. Jam 6 ia sudah harus membuka toko, siang kuliah dan malamnya harus kerja lagi.
Meski kuliah dengan beasiswa tapi biaya hidup juga sangat tinggi. Tahun depan Anna sudah lulus dan harus keluar dari asrama. Makanya ia harus memikirkan mengumpulkan uang untuk mencari tempat tinggal sementara sebelum mendapat pekerjaan penuh.
Mungkin Karena masih kesal Irene tidak kembali sepanjang malam, sampai Anna pergi bekerja keesokan harinya.
🌷🌷🌷
Esoknya rumor menyebar lagi. bahwasanya Anna masih perawan. Ini pasti terjadi tiap tahun. Perawan itu seperti kata ejekan untuk menama lainkan udik. Anna sebenarnya tak peduli dan sebisa mungkin menghindari bertemu gang-gang gadis populer atau ia akan berakhir dibully. Untung saja karena Anna bukanlah gadis populer, jadi tidak ada mahasiswa yang mengenalnya. Beredar rumor pun dia bukan anak yang jaim, yang harus peduli dengan rumor.
Syukurlah karena Cathy rumor itu tak pernah jadi besar. Sebagai teman dari seorang Cathy tak banyak mahasiswi yang mau berurusan dengannya karena pasti berurusan dengan Cathy. Kharisma Cathy dan background keluarganya membuat Anna tertutup oleh bayang-bayangnya dan itu bagus baginya. Sebuah kamuflase yang sempurna.
🌷🌷🌷
Anna memandang lalu lalang mahasiswa yang ramai di depan asrama kampusnya. Malam minggu selalu lebih ramai dari malam-malam biasanya. Banyak mahasiswi yang pergi keluar dengan kekasih mereka. Anna juga berdandan cantik tapi bukan menunggu jemputan kekasih.
Anna menunggu sopir yang akan menjemputnya ke pesta ulang tahun Cathy. Anna melihat jam yang ada di layar ponselnya. Ia tersenyum saat melihat layar ponselnya. Foto Almarhum ayahnya menghiasi background ponsel jadulnya. Tak banyak memori yang tersimpan tentang ayahnya. Hanya ponsel yang di pakainya adalah ponsel ayahnya. Barang terakhir yang mengingatkannya pada ayahnya.
Masih teringat jelas di memorinya ketika ayahnya tak kunjung menjemputnya dari sekolah. Ternyata ayahnya telah meninggal akibat kecelakaan. Karena Ibu kandungnya telah menikah lagi dan tidak ada kontaknya membuat Anna harus berada di Panti Asuhan dan menjalani masa kecil yang berat. Sekarang ia bertekat untuk belajar dengan giat untuk mengubah nasibnya dan membuat ayahnya bangga.
"Tin tin..."
Suara klakson membuyarkan lamunan Anna. Ia pun bergegas memasuki mobil. Ada rasa cemas ketika harus berada di pesta keluarga Catherine karena pastinya Anna akan berhadapan dengan banyak orang dari kalangan elite. Ia selalu merasa minder dan tidak cocok berada di sana, tapi rasa sayang dan persahabatannya yang sangat dekat dengan Chaty membuatnya mengabaikan rasa tidak nyamannya.
Anna mengingat dirinya secara keseluruhan malam ini. Gaun hitam pendeknya terlihat manis, baju yang juga hadiah dari Cathy. Sepatu cantik yang dipakainya malam ini juga dari Cathy, hadiah saat Cathy pergi liburan ke luar negeri, saat itu Cathy membeli couple, sepasang dengannya.
Sedangkan wajahnya hasil karya Irene, gadis itu berbaik hati mendandaninya dengan make up tipis yang flawless. Jepit rambut satu-satunya hal yang tersisa dari Ibunya dipakainya sebagai pemanis rambut pendeknya. Ia merasa tampilannya cukup baik, ucapnya berkali-kali dan berusaha sambil menenangkan dirinya.
Dan tak lupa kado untuk temannya. Anna butuh berjam-jam mencari di situs belanja online mencari barang tersebut. Tidak mahal, tapi cukup mewakili persahabatan mereka.
🌷🌷🌷
Suasana sudah ramai saat Anna tiba. Ia terlihat panik karena area pesta kebun itu sangat luas. Sebetulnya cukup mudah menemukan Cathy karena ia nanti pasti akan berada di pusat keramaian. Tapi Anna perlu menemuinya lebih dulu sebelum acara dimulai.
Karena sibuk mengamati Anna tak sadar ada orang di belakangnya. Dan ketika Anna berbalik...
Splash
Segelas wine tumpah ke gaunnya. Anna panik. Ia lalu membungkuk minta maaf. Untung wine itu hanya mengenainya bukan pria jangkung di depannya. Sangat berisiko jika harus berurusan dengan orang kaya di sini. Setelan baju mereka bisa seharga sewa rumah setahun.
Pria itu menawarkan jasnya karena gaun Anna basah. Tapi Anna menolaknya dengan halus. Ia ingin segera pergi saja, ia tak ingin berlama-lama berurusan dengan orang asing.
"Anna..." panggil seseorang.
Anna mengenali suaranya. Ia adalah Thomas Dunyan, kakak Cathy.
Anna menoleh ke arah suara dan memastikan sumbernya. Thomas melambai ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Thomas kepada Anna.
Anna menggeleng.
Thomas balik memandang pria di samping Anna. Thomas mengenalinya sebagai kolega bisnis papanya. Mr. Theo Natanael Maxwell. CEO Maxwell Company. Perusahaan yang bergerak di bidang Real Estate.
Thomas memandang Theo meminta penjelasan.
"Aku tidak sengaja menumpahkan wine ke gaunnya. Aku minta maaf nona...." ujar Theo menerangkan. Ia memasang wajah bersalah sembari memandang Anna yang sama sekali tidak memandangnya. Wajah tampannya terlihat bersungguh-sungguh ketika meminta maaf.
Thomas juga menyadari tidak mungkin orang sekelas Theo melakukan hal kekanak-kanakan seperti ini. Dan Thomas juga tahu Anna bukan tipe orang yang mudah terlibat masalah. Ini pasti hanya kesalahpahaman.
Pria tersebut menawarkan jasnya untuk dipakai Anna karena pasti udara malam dengan gaun yang basah bisa membuatnya sakit.
Anna memandang pria tersebut sambil menggeleng. Dilihatnya cowok berusia pertengahan 30-an yang terlihat tampan dan berkarisma. Setelan pakaiannya juga terlihat mahal keluaran desainer ternama yang khusus dijahit untuknya. Anna tidak ingin berurusan dengan lelaki yang seperti itu.
Thomas lalu mengajak Anna menemui adiknya. Pasti adiknya punya gaun yang bisa dipakai Anna malam ini.
Mereka lalu meninggalkan pria tersebut yang berdiri mematung. Ada perasaan aneh melingkupi wajah tampan Theo melihat gadis itu menolak tawarannya. Apakah pesonanya berkurang? pikirnya. Dipakainya lagi jas hitamnya. Ia belum bertemu tuan rumah untuk mengucapkan selamat.
🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Deandra Putri
naru mau mulai
2022-07-16
0
gang jasad
kul
2022-07-11
0
gang jasad
kuy
2022-07-10
0