Ana mengusap sedih air mata yang mengalir di pipinya kala harus menulis surat perpisahan untuk tunangannya. Ana harus mengembalikan cincin tunangan mereka sebelum benar-benar menghilang tertelan kesedihannya.
Tak jauh dari tempat Ana menulis surat perpisahannya, tergolek seorang pria tampan yang sedang tertidur dengan nyenyaknya seolah tak peduli betapa kacaunya ranjang itu. Ranjang terkutuk tempat pria itu merenggut keperawanannya tepat sebelum Ana akan menikah.
Tak cukup air mata kesedihan menggambarkan betapa sedihnya Ana saat ini. Ana tidak sanggup bmenceritakan apa yang di alaminya pada siapapun. Ana tak sanggup melihat wajah kecewa tunangannya jika ia tahu betapa dirinya telah ternoda, siapa yang mau menerimanya saat ini, meskipun tunangannya menerimanya, bagaimana dengan keluarganya. Apalagi jika sampai media mengetahuinya. Reputasi keluarga kaya itu pasti lebih dari segalanya daripada dirinya yabg bukan siapa siapa.
Ana ingin sekali menyalahkan pria yang tengah tertidur itu. Tapi Ana juga tak sanggup membencinya. Bagaimanapun juga pria itu juga berjasa dalam hidupnya. Kenyataan bahwa pria itu kakak dari sahabatnya, membuat Ana tak bisa menceritakan masalah ini pada sahabatnya. Apa yang membuat Ana berpikir bahwa sahabatnya lebih mendukungnya daripada saudaranya. Seperti ibarat darah lebih kental bukan.
Tapi Ana percaya bahwa jika manusia yang merencanakan, Tuhan lah yang menentukan. Pasti karena rencana Tuhan begitu indah. Ana memilih meyakini bahwa semua kesedihannya akan berubah indah pada waktunya.
Tekat Ana sembari melangkah pergi menyongsong kehidupannya yang lain.
Jika seseorang itu datang seperti embun di tengah padang nan gersang.
Akankah seseorang itu mampu mengentaskan hatinya dari keterpurukan.
Mungkin bisa, tapi bagaimana jika ternyata takdirmu sedemikian buruk. Sehingga meski embun datang ternyata banjir air mata lebih dulu menenggelamkanmu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aslolimanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anna, Hug Me Komentar