Vakum Pacaran
TERSEDIA TRAILER DI YOUTUBE: Aidahlia
Format pencarian: TRAILER Vakum Pacaran Aidahlia.
TERSEDIA VISUAL: DI BAWAH PART KEPUTUSAN DENGAN NAMA PART: VISUAL
__________
Ashila sedang berlarian ke sana ke mari bersama beberapa temannya yang sama-sama mengenakan pakaian putih biru. Sekolah barunya saat ini sangat membuat mereka nyaman. Hingga mereka merasa enggan untuk kembali, padahal waktu pulang sudah terlewatkan beberapa menit yang lalu.
"Shil ... Shil, lu tau enggak?"
Ashila menggelengkan kepalanya. "Risma belum cerita sama Shila, jadi mana Shila tau." Gadis bernama Ashila ini jauh lebih polos dari teman-teman ia yang lainnya.
"Lu kenal, kan, Rayhan? Si Ray, cowok ganteng itu lho."
Ashila mengingat-ingat beberapa nama yang ada di otaknya.
"Oh iya-iya yang di kelas tujuh B, ya?"
Risma mengangguk antusias. "Dia cariin lu."
Ashila terkejut bukan main, selama ini ia tidak pernah berurusan dengan Ray.
"Dia suka sama lu."
Dia suka sama lu ....
Dia suka sama lu ....
Dia suka sama lu ....
Kalimat itu seolah menggema di indera pendengaran Ashila.
"Jih bengong, udah samperin, kayaknya dia mau nembak lu, gua anter deh." Risma menarik lengan Ashila secara paksa.
Sesampai di taman tempat di mana Ray berada, Risma melepaskan genggamannya. Di sana Ray bersama satu temannya.
"Lu pulang, gih," ucap Ray pada temannya.
Kini Ray hanya sendiri. Ia menghampiri Risma dan Ashila. Jantung Ashila berdegup kencang saat melihat wajah Ray. Dia laki-laki tertampan di angkatannya. Bagaimana tidak deg-degan, hanya mendengar namanya saja para kaum hawa sudah menjerit histeris, apalagi bertatapan muka dengannya seperti yang dialami Ashila sekarang.
"Risma, ya?"
Risma mengangguk sambil tersenyum.
"Lu pulang, gih, gua mau ngomong empat mata sama Sisil."
Ashila bingung. Siapa Sisil, tadi Risma bilang kalau Ray itu mau bertemu dengannya, kenapa sekarang malah mau berbicara empat mata dengan wanita bernama Sisil.
"Ya, enggak pa-pa, kan?"
Risma mengangguk, ia pergi dengan tampang kecewa.
Kini hanya tinggal Ray dan Ashila. Taman sekolah sudah sangat sepi. Para siswa dan juga para siswi sudah kembali ke rumahnya masing-masing.
"Hai?"
Ashila dibuat kelabakan. Ia jadi salah tingkah, ia bingung harus berbuat apa.
"Nama gua Rayhan Fahrez Al-Munawar, lu panggil gua apa kek yang menurut lu enak." Ray mengulurkan tangan kanannya sambil terus mengulumkan senyuman.
"I ... iya." Ashila menunduk ia tidak membalas uluran tangan Ray.
Ray menarik kembali uluran tangannya. "Enggak usah canggung dong, Sisil."
Ashila menengok ke kanan dan ke kiri, ia mencari di mana wanita bernama Sisil yang disebut-sebut Ray.
"Cari siapa?"
Lagi-lagi Ashila kelabakan.
"I ... itu, tadi Rayn eh Ray maksudnya, sebut nama Sisil, Shila lagi cari siapa Sisil."
"Tunggu-tunggu, Rayn, keren juga tuh, enggak pa-pa panggil Rayn aja."
"Sisil siapa? Kamu lagi bicara sama Shila atau sama Sisil?" Nada bicara Ashila meninggi, ia mulai kesal dengan laki-laki ini.
Ray tersenyum seperkian detik lalu ia terkekeh. "Ini yang bikin gua suka sama lu. Dari sekian banyak perempuan di sekolah ini, cuma lu yang ngegemesin."
Ashila terdiam. Perutnya seakan dipenuhi kupu-kupu. Ia seakan melayang-layang di udara.
"Mau tau Sisil?"
Ashila mengangguk polos.
Ray mengambil handphone miliknya dari saku celana birunya.
Klik, Ray berhasil memotret wajah Ashila yang sedang diam memandang ke arah samping.
"Nih." Ray memberikan handphone miliknya kepada Ashila. Dengan ragu Ashila mengambil alih handphone dari tangan Ray.
Ashila terlihat bingung. Ia memandang wajah Ray seolah bertanya-tanya.
"Itu Sisil," ucap Ray seakan mengerti apa yang Ashila bingungkan.
"Ini Shila bukan Sisil." Ashila terlihat bingung.
Lagi-lagi Ray hanya terkekeh.
"Emang enggak boleh aku panggil Shila Sisil?"
Aku? Ray sebut nama dia Aku? Tak terasa seulas senyum tercetak di wajah mungil Ashila.
"Enggak pa-pa, kan, Sil?"
Ashila kelabakan. "I ... iya, Ray, eh, Rayn."
Ray tersenyum saat mendengar Ashila menyebut namanya dengan sebutan Rayn. Itu istimewa, apalagi yang menyebutnya itu perempuan idamannya yang tidak lain adalah Ashila.
"Maaf, ya, udah ganggu waktu Sisil. Aku cuma mau kasih surat ini." Ray memberikan satu amplop putih polos yang ia tempelkan pita berwarna merah hati.
"Baca ya, aku tunggu balasannya."
"Oh ya, aku boleh minta pin BBM kamu enggak?" Baru saja Ray melangkah menjauh, kini sudah kembali ke tempat semula.
Ashila terkejut bukan main. Orang-orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pin BBM Ray dengan segala cara, Ashila malah sebaliknya, Ray yang malah meminta pin BBM-nya.
"Boleh enggak?"
"Tapi aku enggak ada kertas."
"Handphone aku, kan, masih ada di kamu tuh, langsung aja kamu pasukin di BBM aku."
Ashila baru sadar kalo sedaritadi ia menggenggam handphone Ray. Dengan perlahan tapi pasti Ashila menyentuh layar handphone Ray.
"0505." Merasa paham dengan kebingungan Ashila, Ray langsung mengucapkannya, itu adalah kata sandi handphone-nya.
"Nih."
"Oke terima kasih ya, Sisil." Ray terus mengulumkan senyumannya.
"Kamu pulang sama siapa?"
"Sama temen-temen aku, mereka lagi di halaman."
"Oh yaudah aku pulang duluan, ya, jangan lupa baca suratnya nanti balas lewat BBM." Setelah itu Ray pergi menginggalkan Ashila.
***
From: Rayhan Fahrez Al-Munawar.
To: Sisil.
Hai, Sisil? Oh ya, boleh, kan, aku panggil kamu Sisil? Aku anggap boleh ya. ^_^
Kamu pasti bingung kenapa aku bilang ke Risma mau bicara empat mata sama kamu dan kenapa aku kasih surat ini ke kamu.
Bukan maksud menyombongkan diri. Dari sekian banyak wanita yang kejar-kejar aku, enggak ada sedikit pun rasa suka, kagum, dan segala jenisnya sama mereka. Aku juga enggak suka sama wanita yang suka kejar-kejar laki-laki. Mereka malah merendahkan drajatnya saat di mana orang berlomba untuk meninggikan drajat.
Saat itu, aku enggak sengaja lihat kamu di kelas tujuh A, kamu lagi nulis di papan tulis, kamu fokus banget sama tugas kamu sementara wanita-wanita di kelas kamu itu langsung heboh dan gagal fokus sama tugas mereka. Mereka malah sibuk lihat aku yang enggak sengaja lewat itu.
Aku jadi tertarik sama kamu. Aku enggak pernah lihat kamu, jadi aku berusaha cari identitas kamu dari laki-laki di kelas kamu. Saat aku tanya mereka, mereka tahu segalanya tentang kamu. Mereka bilang kamu itu wanita tercantik di tujuh A, cantiknya bukan wajahnya saja, tapi perilaku kamu juga cantik. Kamu pendiam dan kamu juga jarang berbicara, begitu kata mereka. Mereka bilang kamu itu suka nulis di notebook berwarna merah hati, saat itu aku tau, pasti kamu suka warna merah hati, iya, kan?
Cukup ya cerita maksud aku apa dan bagaimana aku bisa kenal kamu. Sekarang aku mau kasih tau inti dari isi surat ini.
I love you.
Kamu mau enggak jadi pacar aku?
Kertas putih itu melayang-layang hingga terjatuh ke lantai berwarna merah hati. Ashila melempar kertas itu, ia terkejut saat membaca kalimat akhir inti sari dari surat itu.
Ray suka sama aku? Dia mau jadiin aku pacarnya? Ah enggak mungkin.
Ada rasa senang dan takut. Senang, ya jelas senang, seorang laki-laki yang diidamkan banyak wanita menyukainya. Sebenarnya Ashila juga menyukainya, tapi cara Ashila menyukai seseorang itu tidak seperti wanita lainnya. Ia lebih suka diam-diam karena ia tidak mau dianggap rendah oleh laki-laki.
Takut, Ashila takut karena sampai saat ini umma dan abbanya tidak pernah mengijinkannya untuk berpacaran.
Ashila dilahirkan oleh seorang ibu asli Aceh dan dinafkahi oleh seorang ayah asli Jakarta. Saat ini ayah dan ibunya yang ia sebut abba dan umma, mereka menetap di Aceh bersama satu kakak perempuannya yang bernama Fatimah Az-Zahra yang sering ia sebut kak Ara. Sekarang ia sedang menempuh perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Ashila adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Ia memiliki dua kakak, laki-laki dan perempuan. Kakak laki-lakinya bernama Muhammad Al-Baihaqi atau dia sering menyebutnya dengan sebutan kak Haqi. Saat ini ia sedang menempuh perguruan tinggi di Universitas Al Azhar, Mesir.
Jadi Ashila itu anak terakhir. Ashila memiliki nama panjang Sayyidah Ashila. Ada yang memanggilnya Ashila, Shila, dan sekarang bertambah satu, Sisil sebutan baru yang diciptakan Ray.
***
"Kemarin Ray ngomong apa ke lu, Shil?" tanya Risma tepat saat Ashila baru saja sampai di bangku tempatnya belajar selama KBM berlangsung.
"Dia cuma kenalin nama dia, terus dia minta ijin manggil Shila Sisil, terus minta pin BBM Shila, terus kasih surat ke Shila, dan Shila suruh bales suratnya di BBM, tapi Shila belum bales karena Shila belum bisa jawab." Ashila masih sangat polos. Untuk berbohong saja rasanya ia berat hati.
"Hah, lu ditembak Ray?" Risma malah bersorak hingga seisi kelas bertanya kepadanya, dan Risma malah memberitahu kepada mereka kalau Ashila ditembak Ray, laki-laki tampan di sekolah, padahal Ashila belum memberitahukannya.
Hampir seluruh isi kelas gempar. Iri, kagum, kaget, kesal, mereka memiliki perasa masing-masing. Sementara Ashila hanya diam tak bergeming.
Rara atau Rahmawati Fitria, dia sebelumnya sahabat Ashila, sejak tahu kalau Ashila ditembak Ray ia langsung memusuhi Ashila karena Rara itu salah satu fans berat Ray.
Ashila tidak ambil pusing, ia memiliki lima teman dekat, Risma, Anggi, Afifah, Latifah, dan Rara termasuk, tapi sekarang Rara sudah tidak bergabung dengan Ashila. Ia malah bermain dengan Clara yang dahulu ia benci sekarang malah main bersama.
***
Lima hari berlalu ....
Ashila belum juga membalas ungkapan Ray melalu surat beramplop putih dengan tempelan pita merah hati itu. Ia masih mengimbang-ibang keputusannya.
"Ray nanya terus, dia nunggu jawaban lu. Terus dia nanya kenapa setiap lu ketemu dia, lu kabur. Dia butuh kepastian katanya. Terus dia bilang sampai kapan pun dia bakal nunggu lu, dia udah cinta mati sama lu," cerocos Risma sehabis pergi ke toilet beberapa menit yang lalu.
"Enggak ada tuh cinta mati yang ada cinta yang mematikan," sambar Latifah. Latifah ini salah satu teman Ashila yang lebih tomboy, ia tidak pernah memikirkan percintaan, baginya game lebih utama. Begitulah pikiran anak baru gede atau disingkat ABG. Mereka tak berpikir panjang. Asal itu membuat mereka senang, mereka akan mengucapkannya, tak mengayak apa yang seharusnya mereka ucapkan itu.
"Gua enggak mau tau, lu harus terima dia, ya enggak weh?" ucap Risma.
Anggi, Afifah, dan Latifah mengangguk setuju.
"Enggak pa-pa ege, ganteng," sambar Anggi.
"Setau gua sih, Ray itu orangnya cuek, dia enggak pernah ladenin cewek-cewek yang ngejar-ngejar dia. Terus katanya kalau di-chat enggak pernah bales, jangankan dibales di-read aja enggak, padahal online," ucap Afifah gadis berkacamata bulat.
"Shila pusing ah." Ashila malah pergi begitu saja.
Ia berjalan menuju pintu keluar kelasnya, ia memandangi pemandangan indah di depan kelasnya. Kelasnya berada di lantai satu berpapasan dengan lapangan basket, terdapat banyak pohonan hijau di depan kelasnya, Ashila sangat menyukai tanaman.
Ia terus memandangi tanaman itu. Namun tiba-tiba tanaman indah itu berubah menjadi sosok laki-laki berpakaian basket berwarna hitam perpaduan merah.
Ashila malah terkejut saat melihat laki-laki itu tersenyum padanya, ia berlari menuju bangkunya.
"Ngapa, Shil, shock amat?" tanya Risma saat melihat raut wajah Ashila berubah.
"Ada Ray," ucap Ashila sambil mengatur napasnya.
"Lha ... kenapa kabur? Dia kenapa?"
"Dia senyum." Masih dalam keadaan shock.
"Oh my God ... lu enggak ada baper-bapernya gitu, Shil? Buat gua aja sini. Ya Allah ... cowok ganteng dianggurin," sambar Anggi.
"Pokoknya lu harus terima dia malam ini, kalau enggak, kita enggak mau jadi temen lu, iya enggak, Guys?" Sebenarnya Risma bercanda, Ashila malah menganggapnya serius.
Ashila terdiam. Otaknya dipenuhi nama Ray. Terima atau tidak, kata-kata itu terngiang di pikirannya.
"Yaudah-yaudah ... nanti malam aku chat dia," ucap Ashila dengan nada malas.
Risma, Anggi, Afifah, dan Latifah berhamburan memeluk Ashila.
"Gitu dong."
...***Note:...
...Bermainlah dengan seorang teman yang saleh/a. Mengapa? Karena dengan begitu kita dapat terhindar dari suatu hal buruk***....
***
"Lu ngapain, Shil?"
Ashila terkejut, ia langsung melepit kertas lusuh yang sebelumnya ia baca dan langsung menaruhnya ke dalam kantong rok abu-abunya.
Empat tahun telah berlalu ....
Setelah Ashila menerima Ray menjadi pacarnya, ia banyak berubah. Ashila bukanlah Ashila yang dulu. Ia tidak sepolos dan seramah dahulu. Sifat pendiamnya jadi menghilang. Ia benar-benar berubah. Kesalahan terbesarnya adalah salah bergaul.
"Gua lagi nunggu si Rayn."
"Ray aja yang lu tungguin." Risma menampakan wajah kesal.
"Lha kesel amat pacar-pacar gua."
"Gila, lu berubah banget, Shil."
"Kan Risma yang ngajarin."
Saat ini Ashila bersekolah di SMA yang terbilang elit di daerah Jakarta. Ia masuk ke kelas dua unggulan atau biasa di kenal kelas XI-1, satu kelas dengan Ray dan juga dengan Risma.
Anggi tidak lagi satu sekolah dengan Ashila. Ia meneruskan sekolahnya di Pondok Pesantren daerah Banten. Itu pun dipaksa oleh ayah dan ibunya karena Anggi susah diatur.
Afifah, ia juga tidak satu sekolah dengan Ashila. Ia satu sekolah dengan Latifah di SMA daerah Bandung.
Di sekolah barunya Ashila memiliki tiga teman baru yaitu, Nada, Uni dan Risma. Mereka tidak ada yang jomlo. Nada berpacaran dengan kakak kelas XII-4, namanya kak Tara. Lalu Uni, karena dia putih dan cantik ia dapat pacar Wakil Ketua OSIS baru, namanya Rusdi, wajahnya tidak tampan tapi karena jabatan, namanya jadi unggulan. Risma, dia berpacaran dengan Fero anak kelas XI-3. Dan Ashila, ia masih setia dengan Ray yang sekarang sudah menjadi Ketua OSIS di sekolahnya, dan lagi-lagi ketampanan yang menjadi prioritas. Padahal masih banyak siswa yang lebih cerdas dari Ray dan lebih pantas dijadikan Ketua OSIS.
Sampai saat ini abba dan ummanya tidak mengetahui hubungan Ashila dengan Ray. Yang mereka tahu Ashila tetaplah Ashila, anak ke tiganya yang sopan santun, dan saleha.
Di Jakarta ia tinggal di rumah bibinya. Bibinya seorang janda, ia bekerja di salon. Bibinya memiliki satu anak laki-laki, saat ini anak laki-lakinya bersekolah di SMA swasta di dekat area rumahnya. Namanya Arga, ia jarang sekali di rumah, sama dengan ibunya, jadi rumah mereka Ashila yang jaga sepenuhnya. Dan merupakan suatu keuntungan bagi Ashila. Ia bebas mengajak teman-temannya ke rumah, tidak jarang pula Ray. Rumahnya cukup besar, bahkan bisa dikatakan sangat besar.
"Tuh dia."
Risma menoleh, benar, ada Ray yang sedang berdiri sambil memutar-mutarkan kunci motornya.
"Yuk, Sil."
"Eh ... gua pulang duluan ya, Ris."
Risma hanya mengangguk tanpa menoleh, ia sibuk dengan handphone di tangannya yang seperkian detik selalu bergetar.
...🕊️Next Chapter 1🕊️...
...Kalau ada yang tidak sesuai dengan PUBI atau kesalahan lain bisa berikan saran di komentar, ya. ^^...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mampir thor..aku tandai dulu
2023-07-10
0
⟁ Jojo 🌱🐛
suka karya mu Thor, ini karya ke mu ke 2 yg aku baca setelah baca karya mu di plat sebelah dear ustadz 😂😂 terus aku cari profilmu di sini 🤣🤣🤣🤣
2021-05-02
0
Firga
baru pertama baca pun udah seru
2021-03-21
1