AL 17

Galang akhirnya mengijinkan Indira untuk ikut setelah istrinya itu memaksa untuk ikut.

" Ini masih jauh tempatnya ? " tanya Indira di sela-sela perjalanan mereka.

" Sekitar 20 menitan lagi nyampe " jawab Galang sambil terus mengendarai motor trailnya.

" Kalau tahu jauh begini, mendingan tadi pulang aja ! " keluh Indira.

" Udah, gak usah ngomong aja. Tadi disuruh pulang gak mau. Giliran ikut malah ngeluh terus " oceh Galang.

" Ck... " Indira berdecak.

Galang tersenyum tipis, kemudian menghentikan laju motornya saat menemukan tempat yang biasa digunakan untuk beristirahat.

" Lho, kok berhenti disini sih ? "

" Udah, sini istirahat dulu... Emangnya kamu gak pegel duduk terus " jawab Galang kemudian ia duduk di sebuah bale bambu.

" Kok bisa ada bale bambu disini ? " heran Indira saat ia duduk di dekat Galang.

" Biasanya bale ini dipake sama petani yang kerja di kebun. Mereka biasanya makan siang disini, daripada harus pulang kan jauh. Jadi, sewaktu mereka berangkat dari rumah mereka sudah bawa bekal untuk makan siang terus disimpen disini. Nanti biasanya sebelum ashar mereka udah pulang " jelas Galang.

Galang lantas memberikan sebotol air minum kepada sang istri yang langsung diteguk oleh Indira.

" Eh kok kamu minum juga sih, itu kan bekas aku " sela Indira saat Galang meminum air dari botol yang sama.

" Kenapa memangnya ? Biar romantis sayang... Rosul aja minum pake gelas yang sama dengan istrinya " sahut Galang.

" Iya, tapi kan... " Indira tak melanjutkan ucapannya karena bibir Galang kini sudah beradu dengan bibirnya.

" Terus apa bedanya sama ini, sayang. Ini malah langsung dari sumbernya " ucap Galang tersenyum nakal sambil menghapus bekas ciumannya di bibir Indira.

" Ayo kita berangkat lagi, sayang... Sekarang batrenya udah full lagi ! " seru Galang sambil berlalu menuju motornya. Ia tak mempedulikan raut wajah Indira yang begitu kesal dengan ulahnya.

Hah... Dari tadi nunggu kesempatan, akhirnya dapet juga !

Batin Galang sambil tersenyum samar.

Sementara Indira menghentakkan kakinya karena kesal dengan ulah Galang yang selalu mencuri kesempatan.

Dasar licik !!

Bisa-bisanya dia nyuri kesempatan

Batin Indira dalam hati.

" Ayo, istriku sayang, sholehahku... Atau mau aku tinggal nih ! " seru Galang lagi sambil menghidupkan motornya.

Indira segera naik ke atas motor.

" Pegangan yang kuat, sayangku ! Aku gak mau kamu sampai jatuh lho " tambah Galang lagi sambil mengambil tangan Indira dan melingkarkannya di pinggangnya.

Galang segera melajukan motor trailnya, menerobos jalan setapak dengan pemandangan sawah dan kebun. Hingga sekitar 15 menit kemudian setelah melewati sebuah jembatan gantung yang menyebrangi sungai, mereka tiba di desa yang disebut Galang tadi.

Galang memarkirkan motornya di depan mushola yang disampingnya sedang dibangun sebuah bangunan untuk madrasah.

" Wah, A Galang kamana wae ? (Wah, Kak Galang kemana aja ?) " tanya seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahunan yang sedang mengangkat bata untuk dibawa ke madrasah.

" Eh, Arif...Mana bapa ? " tanya Galang saat Arif mendekati Galang dan meraih tangan Galang dan mencium tangan.

" Bapa nuju masang bata, A " jawab Arif lalu melihat ke arah Indira.

" Ieu teh saha, A... ? " (Ini siapa kak ?) tanya Arif lagi sambil menunjuk Indira.

" Oh, kenalkeun... Ieu Teh Indira, istrina A Galang" (perkenalkan, ini Kak Indira, istrinya Kak Galang). Jawab Galang sambil melingkarkan tangannya di pundak Indira.

Arif segera meraih dan mencium tangan Indira.

" Pantesan A Galang tara kadieu, geuningan nikah ( Pantas Kak Galang gak pernah kesini, ternyata menikah ) " ucap Arif.

" Geulis kan, istrina A Galang ( Cantik kan istrinya Kak Galang ?)"

" Geulis... Geulis pisan A... Didieu mah teu aya nu geulis kawas kitu ! ( Cantik... Cantik banget Kak... Disini gak ada yang cantik kayak begitu )" sahut Arif.

Indira hanya tersenyum menyimak percakapan antara Galang dan Arif.

" Eh... Aya A Galang. Iraha dongkap ? " ( Eh, ada Kak Galang. Kapan datang ? ) tanya seorang gadis berkerudung yang keluar dari sebuah rumah yang berada di depan mushola.

" Nembe dongkap (baru datang). Mana Bi Lela ? "

" Aya, nuju masak A..." jawab gadis itu, ia melirik Indira yang berdiri di samping Galang.

" Ini teh pasti istrina A Galang " tebak gadis muda itu.

" Muhun Teh... Eta istrina A Galang (Iya Kak... Itu istrinya Kak Galang) " jawab Arif.

" Oh... Nepangkeun Teh, abdi Siti ( Oh... Kenalkan Kak, saya Siti ) " ucap Siti menyalami Indira.

" Indira... " jawab Indira membalas salam Siti.

Mereka kemudian masuk ke dalam rumah tempat Siti keluar tadi. Ternyata Siti adalah kakak dari Arif. Orang tua dari Siti dan Arif adalah kepala kampung tersebut. Siti masih berusia 18 tahun, tetapi ia sudah menikah, bahkan memiliki seorang anak yang berusia 1 tahun.

Penduduk di desa ini, kebanyakan menikah di usia muda. Hal ini dikarenakan mereka tidak bersekolah. Akses pendidikan harus mereka tempuh dengan jarak puluhan kilo meter. Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka hanya tahu bagaimana bertani.

Saat Pak Surya datang membeli lahan kebun dan sawah yang ada di desa, Pak Surya merasa miris dengan akses pendidikan disana. Oleh karena itu, Pak.Surya memfasilitasi desa dengan menyediakan madrasah, memperbaiki mushola, bahkan saat kuliah, Galang bersama-sama warga membuat pembangkit listrik tenaga air sederhana yang bisa menyediakan listrik untuk warga.

Siti dan suaminya merupakan salah satu warga yang dibiayai oleh Pak Surya. Siti dan Ahmad dibiayai untuk kejar paket mulai paket A sampai paket C. Kemudian merekalah yang membantu para warga untuk belajar baca tulis dan mengaji. Saat kuliah, Galang pun ikut membantu dengan mengajar di mushola.

Dua jam kemudian Mang Kanta datang dengan mobil bak terbuka yang membawa bahan bangunan untuk pembangunan madrasah. Galang ikut turun tangan menurunkan bahan-bahan bangunan dari atas mobil.

Melihat sang suami yang begitu ringan tangan membantu masyarakat, membuat Indira kagum pada Galang. Ternyata di balik sikapnya yang ngeselin, tengil, slengean dan kepedean itu tersimpan banyak jiwa baik dalam dirinya.

Indira bisa melihat, jika Galang dan Pak Surya begitu dihormati dan dikagumi. Akan tetapi mereka tidak sombong dan suka membantu warga.

" Akhirnya A Galang bisa nikahin Teh Indira juga. Alhamdulillaah... " ucap Siti sambil berdiri menggendong sang anak.

Indira melirik ke arah Siti dan anaknya yang kini tengah menarik-narik baju Indira. Siti menahan tangan sang anak, namun Indira justru menggendong bayi perempuan yang lucu itu.

" Hei... Anak cantik... Siapa namanya ? " tanya Indira seolah bayi itu mengerti ucapannya.

" Namanya Aisyah, Tante... "jawab sang ibu. Sementara bayi itu, meletakkan tangannya di wajah Indira kemudian tertawa.

" Wah... Ais suka ya sama Tante Dira, geulis ( cantik ) ya Ais... " ucap sang ibu melihat Aisyah yang justru tertawa melihat Indira.

" Anak kamu lucu banget sih... Cantik, suka senyum, gemesin banget " ucap Indira sambil menciumi wajah lucu Aisyah.

" Nanti Teh Indira sama A Galang kalau punya anak pasti gareulis (cantik-cantik), karasep (cekep-cakep). Teh Indira mau punya anak berapa ? " tanya Siti yang membuat Indira seketika terdiam.

Anak... ? Jangankan punya anak, bikinnya aja gak kepikiran...

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

sebetulnya bukan tidak kepikiran bikin anak tpi dura masih gengsi

2023-05-23

1

Erviana Erastus

Erviana Erastus

indiri blm ngadon Siti masih malu2 meong dia mah kalo Galang sih lambat di kodein aza langsung tancap 🤣

2022-12-12

3

i$ Ikk@ Wul@nd@r! 🌈🍁💞

i$ Ikk@ Wul@nd@r! 🌈🍁💞

hatur nuhun thor🙏🙏🙏
🥰💐🥰😘😍

2022-12-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!