" Lang... Papa dan Om Zaid sudah setuju untuk menjodohkan kamu dan anak bungsunya. Kamu mau gak ? " tanya Pak Surya pada Galang sesampainya mereka di rumah.
" Galang sudah besar, Pa... Bisa menentukan siapa yang mau Galang jadikan istri. Jadi Papa gak perlu repot nyariin calon istri buat Galang " tolak Galang halus.
" Memangnya kamu sudah punya calon ? Perasaan kamu gaulnya sama kambing betina, sapi betina... Mau kenal perempuan dimana coba kalau gaulnya banyakan di kandang sama di kebun " cibir Pak Surya yang memang begitu dekat dengan sang anak.
" Ada lah, Pa... Tadi Galang udah ketemu. Papa tinggal doain aja " ucap Galang tersenyum sendiri sambil membayangkan Indira.
" Yakin gak nyesel nolak calonnya Papa. Anaknya Om Zaid itu cantik lho, terus pinter juga. Baguslah buat perbaikan keturunan " ucap Pak Surya melirik Galang.
" Calonnya Galang juga cantik terus pinter juga. Calon istri idamanlah " sahut Galang tak mau kalah.
" Papa penasaran... Coba Papa liat fotonya ! Kamu punya gak ? "
" Aih, papa nih gak percayaan banget sih. Ayo, Galang tunjukin fotonya ! " Galang menggiring sang ayah menuju ke kamarnya.
Galang menunjukkan foto kebersamaan anak-anak OSIS diantaranya dia dan Indira.
" Nih, perempuan inceran Galang. Gimana Pa ? " tanya Galang sambil tertawa penuh kemenangan.
Pak Surya terkejut saat Galang menunjuk foto seorang gadis berseragam putih abu.
" Ini kan... " Pak Surya menghentikan ucapannya lalu menyeringai.
" Gimana Pa ? " tanya Galang.
" Masih cantikkan anaknya Om Zaid " jawab Pak Surya kemudian lalu mengambil ponselnya.
Pak Surya segera memperlihatkan foto yang tadi diambilnya saat Indira bersama dengan sang ibu.
" Galang gak mau lihat, Pa ! Cuma dia yang bakalan jadi istrinya Galang " seru Galang teguh pendirian.
" Yakin gak mau lihat ? Nanti nyesel lho kalau nolak " ucap Pak Surya.
" Gak bakalan nyesel Pa "
" Yakin kamu ? " tanya Pak Surya memancing Galang
" Yakin banget " jawab Galang.
" Ya sudah, kalau gitu Papa batalin rencana perjodohan ini. Tapi sebelum Papa batalin, Papa mau kamu lihat dulu fotonya biar gak nyesel ! " seru Pak Surya dengan penekanan di akhir kalimatnya.
" Ish, Papa maksa banget sih... Ya udah sini, mana Galang lihat fotonya. Tapi cuma lihat aja " sahut Galang mengalah lalu mengambil ponsel sang ayah.
" Mana Pa ? " tanya Galang.
" Itu yang pake kebaya biru sama ibunya " jawab Pak Surya tersenyum samar.
" Mana sih ? " gumam Galang sambil terus mencari foto yang dimaksud sang ayah, hingga akhirnya ia menemukan foto tersebut yang membuatnya melebarkan matanya.
" Indira... " gumam Galang tak percaya dengan foto yang baru saja dilihatnya itu.
" Nah betul yang itu... Gimana cantik kan ? Sayangnya kamu tolak ! " sahut Pak Surya menahan tawanya sambil mengambil ponselnya dari tangan Galang.
" Ya sudah, Papa hubungin dulu Om Zaid. Biar dia cari orang lain aja buat jodoh anaknya itu " ucap Pak Surya dengan sengaja.
Pak Surya ingin tahu reaksi Galang jika mengetahui gadis yang ia cintai adalah gadis yang akan dijodohkan dengannya.
" Pa... Tunggu dulu ! Jangan batalin perjodohan ini " cegah Galang saat sang ayah beralan keluar kamarnya.
" Lho memangnya kamu mau ? Tadi katanya kamu sudah punya calon sendiri. Gimana sih jadi laki-laki kok plin plan " gerutu Pak Surya.
" Ck... Ini orangnya sama Pa " sahut Galang.
" Oh ya ? Perasaan cantikkan foto yang ada di Papa " goda Pak Surya.
" Sama Pa... Orangnya juga sama. Namanya Indira kan " tebak Galang.
Pak Surya tersenyum smirk.
" Sejak kapan kamu suka sama Indira ? " tanya Pak Surya.
" Sejak SMA, Pa... Tapi ditolak terus " jujur Galang
" Kalau sering ditolak, kenapa masih mau ? " selidik Pak Surya.
" Namanya juga cinta, Pa... " jawab Galang.
Pak Surya manggut-manggut.
" Galang mau terima perjodohan ini, Pa. Bilang sama Om Zaid dan Tante Dinda kalau Galang mau jadi menantu mereka " ucap Galang yakin.
" Ish, memangnya Indira mau ? Jadi pacar aja kamu ditolak berkali-kali. Apalagi sekarang mau jadi suami... " cibir Pak Surya padahal dalam hatinya tersenyum karena Galang bersedia.
" Itu karena Indira belum sadar aja kalau ada pria tampan yang begitu mencintainya " kilah Galang.
" Kepedean " ucap Pak Surya mentoyor jidat sang anak.
" Ih, Papa nih... Sekali-kali dukung dong perasaan anak satu-satunya ini ! " ucap Galang sambil mengusap keningnya.
" Ya sudah... " ucap Pak Surya sambil melenggang keluar dari kamar Galang.
" Sudah apa, Pa... ? " tanya Galang penasaran.
" Sudah fix, Papa setuju dengan perjodohan kalian " jawab Pak Surya tanpa menoleh.
" Hah ? Yes ! Yes ! Makasih Pa " pekik Galang sambil melompat-lompat girang.
Akhirnya, Indira... Aku menemukan jalan untuk membawamu ke sisiku
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zaid duduk di halaman belakang vila. Ia memandang langit malam yang bertaburkan bintang.
Adinda datang dengan membawakan jaket untuk sang suami.
" Mas... Pake dulu, udaranya dingin. Nanti Mas sakit, inget umur ! " Adinda mengingatkan sang suami.
" Makasih sayang " ucap Zaid lalu mencium kening sang istri dan segera memakai jaket.
" Mas Mau Dinda buatin wedang jahe, biar anget " tawar Adinda.
Zaid memeluk tubuh sang istri sehingga dadanya menempel pada punggung Adinda, ia menghirup dalam-dalam aroma tubuh Adinda.
" Melukin kamu gini aja udah bikin anget, sayang " bisik Zaid mengeratkan pelukannya.
Hening... Tak ada kalimat terlontar diantara mereka berdua. Keduanya larut dalam kehangatan dan kenyamanan pelukan.
Indira melihat kemesraan antara ayah dan bundanya dari pintu belakang. Senyuman tersungging di bibirnya.
Hem... Semoga suami Dira nanti bisa mencintai Dira sebesar ayah mencintai bunda...
Baru saja ia akan beranjak, namun langkahnya terhenti saat sang ayah menyebut namanya.
" Dira... Sejak kapan ngintip disitu. Ayo sini ! " seru Zaid melambaikan tangannya agar Indira mendekat.
Indira kemudian mendekati kedua orang tuanya lantas memeluk keduanya sama seperti yang dulu ia lakukan saat ia masih kecil.
" Anak cantiknya ayah sekarang sudah besar. Sebentar lagi, kamu pasti menikah dan suamimu akan membawamu pergi dari sisi kami " ucap sang ayah.
Indira menggeleng,
" Kalau membuat ayah dan bunda kehilangan. Lebih baik, Dira tidak menikah saja " ucap Indira lirih.
Zaid dan Adinda melepaskan pelukan mereka, lalu saling memandang dan mengalihkan pandangan mereka pada Indira.
" Kenapa Dira ngomong gitu ? Memangnya Dira gak mau nikah ? " Adinda merasa heran sekaligus khawatir mendengar perkataan sang putri.
" Dira cuma gak mau ayah dan bunda sedih. Bang Evan sama Bang Bagas udah punya keluarga sendiri-sendiri. Kalau Dira nanti menikah, Dira juga pasti punya keluarga sendiri. Ayah dan Bunda pasti kesepian " jawab Indira.
" Ngaco ! Jawaban apa itu " tukas Zaid.
" Sebagai orang tua, sudah sewajarnya kami melepas anak-anak kami membangun keluarganya masing-masing. Tugas kami, hanyalah mendidik, mengawasi dan menyiapkan kalian agar siap menjalani kehidupan. Sebagai orang tua, kami menyadari jika kalian lambat laun akan meninggalkan kami. Karena itu, kami harus memastikan kalian mendapatkan pasangan yang tepat " jelas Zaid panjang lebar.
" Ayah dan bunda memangnya gak keberatan kalau Dira meninggalkan kalian berdua ? " tanya Indira.
" Selama kamu bahagia, kami tak pernah keberatan sayang... " jawab Adinda.
" Dira... Ayah tahu, mungkin ini terlalu cepat. Tapi kami mau kamu menikah dengan pria pilihan kami. Kami sudah mengatur perjodohanmu, kami yakin ia akan menjadi suami yang baik untukmu. Kamu bersedia ? " tanya Zaid menatap Indira penuh harap.
Nah lho... Dira bakalan terima atau tolak keinginan Zaid ya ? 🤔🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Jumadin Adin
jodoh gk kemana
2023-05-22
1
Ade Ayu
pasti nolak...
tp Karena sayang sama ayah bunda terpaksa mau ......
2023-02-22
1
Endang tiek
wàh trm ga yaa
2022-12-05
1