Pernikahan Di Atas Kertas Mewah
Lusia Mu melihat jam tangannya, dia sudah menunggu tiga jam. Orang asing yang sebentar lagi akan menjadi suaminya, belum muncul.
Lusia melihat ke layar ponsel miliknya. Tidak ada satu pesan pun dari pria itu, selain pesan sebelumnya, Lusia membuka kembali pesan masuk, dan membacanya dalam hatinya,
Tunggulah, aku akan datang tepat waktu.
Lusia mencibir ke ponselnya, lalu menggerutu, "Kau membuatku menunggu, dan tidak datang. Kesan pertamamu sudah sangat buruk."
Sudah mendekati pukul dua belas malam. Restoran akan segera tutup. Merasa pria itu telah melanggar janji. Lusia merasa jengah, tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Lusia bangun berdiri menuju meja kasir, dan bersiap membayar bill.
Baru saja Lusia berdiri di meja kasir, tiba-tiba satu bayangan hitam datang dan berdiri di belakangnya, dan menyebut namanya, "Lusia Mu ?"
Lusia berbalik, menghadap pria ramping yang tinggi sekitar dua puluh lima centimeter darinya, dia memiliki wajah tampan alami , dengan rahang keras dan fiturnya sangat indah, sorot matanya setajam elang menatap Lusia, namun memar di wajahnya, langsung menjatuhkan nilainya di mata Lusia, Erald terkesan terlahir menjadi pria pembuat onar, "Erald Liu?"
Pria bernama Erald Liu mengangguk, Lusia mulai sedikit salah tingkah, mengingat pria ini adalah calon suaminya. Sebentar lagi, dia dan Erald dalam waktu tiga hari akan menjadi suami istri di atas kertas, tetapi mereka baru saling mengenal hari ini. Hal ini terlihat konyol. Baru mengenal satu hari, dan menikah tiga hari kemudian.
Sepertinya dia tidak selembut bayanganku, pikir Lusia dalam hatinya, ketika sepasang matanya menangkap aura penampilan pria ini, hanyalah pria pembuat onar dan terkesan sangat buruk.
Lusia awalnya menolak pernikahan ini. Karena dia dan Erald, dua orang yang saling tidak mengenal, bahkan tidak pernah bertemu. Namun ayahnya terus pergi mengemis agar Lusia menyetujui pernikahan ini. Disebutkan bahwa pernikahan ini hanya sebagian ikatan konspirasi antar dua perusahaan besar yang berkolaborasi bahwa untuk menarik banyak investor dan sebagai pengikat tidak akan saling mengkhianati, dalam kurun waktu tiga tahun selama proyek multiyears berlangsung, yang sebentar lagi akan di dimulai, setelah hari pernikahan mereka.
Mempertimbangkan hanya untuk menjadi pion jaminan untuk kolaborasi hubungan bisnis, Lusia memutuskan membuat surat perjanjian pernikahan dengan Erald Liu.
"Apa kau ingin berbicara sesuatu?" tanya Erald tiba dan tanpa persetujuan, langsung memegang pergelangan tangan Lusia, dan satu tangan lainnya melingkar di pinggang Lusia, menuntun gadis itu pergi begitu saja mengikuti dirinya, dan meninggalkan beberapa lembar uang di meja kasir.
Lusia bersiap akan protes akan sikap pria ini, menyentuh dirinya tanpa persetujuan dirinya. Namun tiga hari lagi, dia dan Erald akan mengikat janji di Altar, sangat konyol jika merebutkan hal ini. Tetapi tetap saja Erald , adalah orang asing bagi Lusia. Hal ini membuat Lusia, bingung untuk memulai untuk bersikap menjaga jarak.
Lusia tanpa sadar telah mengikuti Erald masuk dalam mobilnya, bau asap rokok dan anggur tercium sangat keras dan ketat, hal ini membuat Lusia merasa sangat jijik dalam satu penampilan Erald, yang baru dia ketahui.
Tidak tahan, Lusia membuka mulut langsung menembak hal buruk pria yang kini telah duduk di posisi driver dalam satu kalimat,dengan nada yang sangat hati-hati, "Apa kamu perokok dan juga suka minum-minum?"
Erald memicingkan mata, suaranya sedikit tinggi, "Jika iya, kenapa?"
Lusia mendongakan kepalanya, mata setajam elang pria itu terlihat seakan bersiap jatuh menindas buruannya, dalam hitungan tiga detik, Lusia tidak berani untuk mengkritik kebiasaan Erald, "Tidak apa-apa, hanya bertanya saja."
Melihat satu tatapan penakut, Erald malas mengejar, "Apa yang ingin kau bicarakan?"
Lusia mengedipkan matanya , mendadak blank mendengar satu kalimat tinggi pria itu, tepatnya terdengar menghardiknya. Setelah begitu lama Lusia terdiam, dia baru sadar akan surat perjanjian yang dia siapkan, dengan sedikit gugup dia berkata, "A-aku mem-persiapkan kontrak di antara ki-kita."
Erald mengerutkan dahi, mengambil map yang disodorkan padanya, membuka perlahan satu demi satu lembar surat perjanjian dan memulai membacanya. Bibir pria itu sedikit miring ketika membaca satu demi satu syarat yang di ajukan Lusia selama menjalani pernikahan kelak.
Selesai membacanya, Erald pergi menatap Lusia lebih dekat. Sebenarnya, dia sudah berada di restoran dari tiga jam yang lalu, namun dia memutuskan untuk bersembunyi, dia ingin melihat seberapa lama gadis ini akan menunggunya? di luar dugaan, gadis ini menunggu dirinya hingga jam batas restoran akan tutup. Jika dihitung hal seperti ini, gadis ini dinilai sangat sabar dan setia menunggu.
Selama tiga jam, dia hanya pergi menilai penampilan Lusia dari kejauhan. Lusia terlihat cantik, penampilan tampak cela, lembut dan indah dengan warna rambut cokelat sedikit terang yang tergerai dengan ujungnya di buat sedikit ikal dan jatuh mencapai bahunya, kulit putih bersinar, fitur lima indera sangat sempurna dan terawat, dan ketika dilihat dari lebih dekat, diam-diam Erald telah memuji kecantikan calon istrinya. Cukup bersabar untuk tiga hari ke depan. Setelah itu, Lusia Mu adalah istrinya, miliknya.
"Apa ada yang membuatmu keberatan?" suara Lusia terdengar sangat merdu dan memiliki magnet yang memikat Erald. Erald berhenti melihat pada Lusia, kembali pada surat yang dia pegang.
Erald menganggukan kepala, matanya terlihat jelas menebali kalimat point nomor tiga- Tidak melakukan hubungan suami istri, jika kedua belah pihak tidak memiliki perasaan yang sama, yakni saling menyukai.
Lusia duduk gelisah di kursinya, dia tidak berani menatap mata Erald lagi. Mata pria itu terlihat tidak suka di dikte. Erald dalam satu penampilan bukan pria lembut. Lusia tidak yakin bisa melakukan negosiasi dengan calon suaminya.
Erald seakan tau kegelisahan Lusia, tapi ia tidak akan pernah menyetujui point nomor tiga, "Untuk nomor tiga, aku tidak yakin bisa menahan diri...."
Deg!!
Erald sengaja menggantung kalimatnya, ketika melihat wajah Lusia berubah terlihat lebih dingin dan putih, setakut itu kah dia? hal ini malah terlihat sangat menarik di matanya yang menyimpan banyak misteri. Erald mengguncang kembali dengan kalimatnya, "Aku bisa melakukan hal yang lain, hanya nomor tiga kita coret."
Deg!!
Lusia bersiap akan protes, namun isi mulutnya tidak bisa lolos begitu mudah, bibirnya cukup bergetar, takut pria ini akan naik pitam padanya. Erald melirik dengan ujung matanya, menangkap ketakutan gadis itu, namun tetap mencoret point nomor tiga, dan menandatangani perjanjian, dan mulai menarik kesimpulan isi perjanjian terlihat sangat berani dan menyindirnya, "Yang melanggar perjanjian harus membayar denda sangat besar, kau bertaruh menjual perusahaan milik ayahmu. Tulisanmu sangat berani, tapi aku yakin kau tidak seberani tulisanmu."
Lusia bingung sebentar, apa dia harus menentang, tapi hubungan suami istri, adalah keharusan dalam pernikahan. Untuk apa menikah, jika hal itu tidak terjadi. Lusia pasrah dan hanya menambahkan, "Hanya dalam tiga tahun, jika kita bersepakat untuk cerai, maka dua perusahan tidak boleh saling merugikan, dan menerima aset sama rata. Aku akan memberikan salinannya besok padamu."
Erald melirik sekilas kembali pada kertas perjanjian ya g barusan dia bubuhi dengan tanda tangannya, namun baginya hal ini, bukanlah kontrak yang sah. Kontrak resminya, hanya ada berhubungan langsung dengan David Mu.
"Aset sama rata?" lanjut Erald dengan senyum sinis di akhir kalimatnya, raut wajahnya terlihat tidak setenang sebelumnya dan hanya memberi komentar selanjutnya, "Aku hanya akan memberikan pada orang yang tidak serakah."
"Egh...." Lusia tercekat sebentar akan protes. Siapa yang rakus harta? dia membayar hal ini dengan hidupnya, apalagi dia masih seorang yang polos, dan tidak pernah bersentuhan dengan pria, karena dia dari kecil hingga dewasa, hidup dan tinggal di Asrama Putri, dan kini dia menggadaikan masa mudanya untuk perjanjian kerjasama perusahaan ayahnya, yang tidak seharusnya dirinya terlibat. Hidupnya juga taruhan yang tidak seharusnya bisa di jual dan di beli.
Erald tersenyum miring menatap Lusia, dan seakan menilai barang yang telah dia beli.
"Tidak apa sih, jika kau murni dan pantas mendapatkanya, tetapi jika tidak..., jangan pernah berharap bisa keluar dari neraka Erald Liu," lanjut Erald yang kemudian meletakan kembali surat perjanjian pernikahannya di pangkuan kaki Lusia yang sedang menyilang, rok gadis itu sedikit naik ke atas, paha gadis itu terlihat tanpa sengaja oleh Erald.
Erald menelan ludah. Karena dia begitu cepat, untuk tidak menahan diri. Biasanya dia memiliki pengendalian tinggi terhadap wanita-wanita yang penampilannya lebih terbuka, bahkan telanjang. Tapi menghadapi calon istrinya, dia merasa kehilangan kemudi atas dirinya sendiri. Membuang matanya ke luar jendela dan hanya bertanya lagi, "Apa kau tak semurni seperti yang aku bayangkan?"
Lusia mengangkat kepalanya, "Kau tenang saja, aku tidak pernah berhubungan dengan siapapun. Kau laki-laki pertama yang pernah duduk sedekat ini, selain ayahku."
Kejutan. Erald tanpa sadar lebih sangat berminat kali ini. Mata Erald berlari cepat ke bibir Lusia yang terasa sangat polos. Tidak pernah ada orang yang menjajah. Berarti Erald akan menjadi penjajah pertama.
***
9/9/2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
ᴀsᴛ
semangat kak nulisnnya
2020-12-31
0
H⃝🍭Lᴏᷮʟͤɪͬᴘͫᴏͤᴘᷠ🍫🧸🌈
semangat thor,,,, sukses selalu karya2.y ❤
2020-12-27
3
༄ ❁N⃟ιямαℓα࿐
aku mampir kk jeje....😘😘😘😘😘😘
2020-12-27
1