"Tidak diperlukan tanggung jawab," sahut Lusia dengan tubuh yang meronta turun ke bawah, untuk segera menginjak ke tanah. Di gendong pria ini, bukanlah sesuatu yang terasa manis dalam angannya, lebih tepatnya hal ini lebih menjijikan daripada melihat kotoran. Hari pertama pertemuan mereka, telah menerbitkan rasa benci.
Erald dengan raut wajah acuh dan tidak acuh, hanya melemparkan pandangan ke langit malam, dan dia menahan senyumnya dalam hati, sambil terus membawa gadis yang disebutkan sebagai calon istri dalam kertas perjanjian, dia tidak peduli betapa banyaknya gadis itu meronta, dia tetap menjaga keseimbangan gadis itu dalam gendongannya, dengan satu telunjuknya masih menenteng sepatu Lusia.
Tidak lama sebuah golf cart datang dan berhenti tepat di depan mereka, sopir turun dan segera menyapa, namun melihat Nona majikan berada dalam gendongan seorang pria muda, teringatlah dia bahwa Nona utama kediaman rumah ini telah pergi untuk berkencan dengan calon suaminya.
Pria paruh baya itu terlihat menilai pasangan Nona muda kediaman Mu, dia terlihat tinggi ramping, tampan, dan elegan serta memiliki aura agung yang mengitarinya dalam satu tembakan mata, sehingga membuat pria paruh baya itu terlihat melongo, dan lupa memberi salam.
"Lepaskan aku, aku akan naik golf cart," pinta Lusia dengan tubuh yang meronta dalam pelukan pria itu, dan berteriak kembali pada pria paruh baya, "Derr, mengapa kau diam? buka pintu mobil!"
Mendengar seruan nona muda, pria paruh baya bernama Derr itu segera tercengang sebentar, dan ambigu akan situasi yang dia lihat sementara ini. Namun teringat bahwa dia telah melupakan etiketnya, dia segera membungkukkan tubuhnya, berkata lebih dengan rasa tulus atas kebodohannya, "Maap ...."
Dengan terbata, selanjutnya Deer barulah memberi salam, "Selamat da-datang di ... ke-kediaman keluarga Mu,"— Deer membuka pintu mobil, dan mempersilahkan masuk— "Saya siap mengantar Tuan muda dan Nona Muda."
"Tidak perlu!" sahut Erald tanpa satu pandangan untuk sedikit melirik Derr yang bersikap ramah padanya, tatapan hanya jatuh pada gadis dalam gendongan tangannya, sinar bulan jatuh menyinari wajah gadis itu, dia tampak lebih indah dari jarak sedekat ini. Hampir saja, mulut Erald akan terbuka hanya untuk memberi pujian, namun dia kembali mengurungkan niatnya, ketika sepasang mata indah itu terlihat habitat alaminya, sangat galak.
"Kami akan berjalan menuju mansion," tambah Erald dengan tatapan yang masih belum pergi dari calon istrinya.
Derr berdiri dalam keraguannya, lalu beekomentar, "Halaman ini sangat luas, Tuan muda dan ... itu pasti sangat melelahkan."
Lusia terkekeh sebentar, seakan satu ide muncul di kepalanya, Kau ingin bersikap romantis ... maka, aku akan membuat hal itu terjadi lebih buruk.
"Biarkan dia menggendongku, biarkan dia mati kelelahan," ujar Lusia yang kini malah merangkulkan tangannya ketat di leher pria muda itu dan mendengus lagi, "halaman mansionku, satu kilometer. Jangan menyerah terlalu cepat, okey!"
Erald menurunkan pandangannya, dan membalas segera, "Ternyata calon istriku, ingin menguji staminaku, yah ...,"— Erald melanjutkan berjalan— "Uji saja, dan kau akan tau betapa aku masih banyak tenaga tersisa di atas tempat tidur."
"Kamu!" Lusia berwajah gelap dan akan mengumpat kembali, namun dia kembali mengurungkan niatnya, ketika mantera dari lubuk hatinya, berbisik di telinganya.
Lusia, kau adalah gadis yang lembut, bukan monster yang mudah marah.
Derr bingung, dan segera masuk ke dalam golf cart, membawa mobil taman itu berjalan dan mengejar langkah pria itu, dan berseru, "Tuan, jika lelah, masuklah dalam mobil."
Erald membelotkan lidahnya dalam mulutnya, tanpa menghentikan langkah kakinya yang terlihat masih sangat mantap berjalan dengan Lusia yang bergelanyut dalam gendongannya, dan barulah dia melirik kehadiran Derr, dan menyindirnya ,"Untung saja pria ini pelayan kediaman Mu, jika pelayan ini di kediamanku, maka orang-orang yang meremehkan staminaku, akan kupastikan dia akan kehilangan lidahnya."
Meremehkan stamina, Derr mencoba mencerna dua kata tersebut dalam hatinya, dan mencerna tiga kata selanjutnya, 'Dia akan kehilangan lidahnya.'
Deer terperanjat, seakan menyadari bahwa dirinya telah mendapatkan ancaman yang mengerikan. Mendapatkan peringatan keras itu, membuat Derr terkejut sekaligus takut akan kehadiran calon suami Nona majikannya, dia yang baru menyadari kesalahannya sekaligus kebodohannya, segera menginjak rem mobil— turun dari mobil dan membungkuk untuk meminta maap, "Maap, a-aku ti-dak be-rani meragukan ...."
Erald tetap berjalan tanpa melirik, kala dia akan membuka mulutnya lagi, Lusia lebih dulu memperingaginya, "Kau tidak diijinkan menggertak orang-orang ku!"
"Baik, pelayan ini akan mengikuti saran Nona Mu, tidak akan menggertak orang-orang Nona Mu," sahut Erald merendah namun terlihat jelas, dia hanya berlakon rendahan untuk berpura-pura terlihat seperti serigala bermulut manis yang pandai membujuk mangsanya. Karena, sangat jelas, kekuasaan telunjuk dan isi mulut pria ini lebih berkuasa dari pada Lusia yang masih berlindung dibawah telunjuk dan isi mulut ayahnya— Tn. David Mu.
Lusia terus memalingkan wajahnya, menghindar tatapan pria muda di bawah bulan, yang berjalan mengendongnya sambil terus menatapnya dengan penuh makna, dan Lusia menghindari untuk menyelami dan mendapati makna tersebut.
Namun, ketika sebuah butir peluh jatuh menimpa wajahnya, Lusia yang enggan menoleh, kini harus menoleh dan mendongakkan wajahnya pada Erald, dan benar saja, wajah pria itu banjir akan peluh keringatnya. Awalnya, tebersit rasa haru akan sikap pria muda ini, yang rela menggendong sepanjang jalan menuju mansionnya.
Tetapi, Lusia masih ingat akan sikap buruk pria ini, namun juga merasa sangat tidak nyaman akan sikap pria ini yang mampu membuat isi dadanya bergemuruh seketika dalam hitungan derik, ketika tanpa sengaja sepasang mata pria yang misterius itu terlihat menghujam penuh makna, atau sebut saja misteri. Sorot matanya terlihat sangat berlakon manis, namun mulutnya pandai mengeluarkan duri yang menusuk daging jantung setiap orang yang mendengarnya.
"Jika kau lelah, turunkan saja aku. Aku masih bisa berjalan," usul Lusia kembali dengan wajahnya yang tetap berpaling menghindar, namun kembali diam-diam mendongak dan mengintip keindahan dibawah bulan.
"Garis finish hampir di depan mata, dan aku lebih bersemangat mencapai tujuanku," sahut Erald dengan diakhiri senyumnya yang melengkung seperti busur panah.
Deg!
Tanpa sengaja Lusia menangkap senyum indah yang membingkai wajah pria tersebut, dan jantung Lusia mulai tidak ingin bekerjasama dengan pikirannya. Pikirannya jelas menolak keberadaan pria ini, namun jantungnya malah berdetak lebih cepat dan kuat, membuat seluruh adrenalin berdesak-desak bekerja masuk paru-parunya, membuat napas Lusia terengah-engah, dan pipinya mendadak bersemu merah, hal ini terjadi hanya karena dia tanpa sengaja menangkap senyum pria ini, dan mampu merontokkan kebenciannya, hanya dalam tiga detik senyum berlangsung.
Pria ini, senyumnya sangat mematikan. Aku akan melarangnya untuk tersenyum.
(...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
RahmaYesi
Hy thor,
aku mampir lago nih. . .
2020-11-01
0
R@Ve!Rra🥀
boleh pinjam erald gak sih kk😂
2020-10-19
1
ava
bisa ketawa gak sih🤭
🤫🤫🤫🤫
2020-10-19
0