"Ada apa?" tanya Erald ketika dia memergoki sepasang manik gadis itu terlihat diam-diam mengintip dengan sisa-sisa sinar mata yang terlihat terkesima padanya. Lusia memalingkan wajahnya, menghindar untuk menjawab lawan bicaranya, rasanya sangat malu untuk mengaku hal tersebut.
"Aku memang sangat tampan," puji Erald pada dirinya sendiri seraya kakinya telah menginjak titik perhentian perjalanan panjangnya, teras Mansion kediaman keluarga Mu.
Mendapati sorot bulan berganti dengan sorot lampu yang memberi silau pandangan matanya, Lusia segera sadar dia telah mencapai teras rumahnya, dia beraajak akan turun. Namun, pintu utama lebih dulu bergeser otomatis terbuka, dan membuatnya lupa untuk bertindak.
Lusia menoleh ke arah pintu yang telah terbuka lebar, bersamaan dengan pandangan lurus Erald menatap sosok pria paruh baya yang terlihat tehormat sekaligus elegan dalam satu tampilan, dia adalah David Mu— ayah Lusia, yang terlihat menunggu kedatangan mereka, senyum ramah pria paruh baya itu mengembang, ketika Erald hanya membalas dengan menundukan sedikit kepalanya, dan senyum satu garis yang terlihat sangat pelit, seakan itulah caranya membalas sapaan orang lain.
"Lusia, kau membebani Tuan Erald," singgung David dengan suara rendah hanya untuk sekedar berbasa-basi, padahal hatinya sangat menyukai adegan mesra di depan matanya. Sudah lama dia mencoba mengatur hal ini untuk Lusia, yang telah mengalami perubahan sikap drastis semenjak kematian ibunya. Lusia lebih condong tertutup dan mengurung diri selama tiga tahun terakhir.
Mendapat gurauan ayahnya, Lusia mendadak malu, dan meronta kembali untuk turun, namun tenaga Erald lebih kuat dari yang dia duga, dan pria itu malah tetap menahannya dalam gendongannya sembari berkata, "Ayah mertua, sebut namaku Erald saja. Tidak perlu kata Tuan di depannya."
Ayah Mertua ... kau belum menikah denganku ..., jerit Lusia dalam hatinya, yang tiba-tiba muak dengan sikap penuh kesopanan pria ini.
Kau menyembunyikan keangkuhannmu? Kau ingin menipu ayahku.
Lusia berontak lebih keras untuk turun ketika sebutan nama Ayah meluncur begitu saja dari Erald. Karena isyarat mata David, Erald pun perlahan menurunkan Lusia untuk menginjak lantai.
"Kita belum resmi, dan aku bisa membatalnya kapan saja," protes Lusia, segera berjalan dengan kaki yang tertatih-tatih dan berdiri di sisi ayahnya. Raut wajah Lusia terlihat angkuh ketika mendapatkan dirinya bisa bersembunyi di belakang punggung ayahnya.
"Ada apa dengan kakimu?" David terdengar prihatin melihat sepasang lutut Lusia berdarah.
Satu telunjuk Lusia lebih dulu menunjuk wajah Erald, dan belum saja bibirnya terbuka untuk mengadu, Erald malah membungkukkan tubuhnya lebih dulu, dan berkata, "Aku minta maap, ayah. Aku membuat Lusia terluka tanpa sengaja."
Bibir Lusia bergetar menahan amarah, ternyata calon suaminya, spesies serigala berbulu domba. Bersikap manis tepat pada waktunya.
Ayahku pasti telah tertipu sikap keskpanan palsu pria ini, kesal Lusia dalam hatinya.
"Tuan Erald ... eh ... Erald, terima kasih sudah membantu merawatnya dan mengatarnya, namun mengapa harus menggendong Lusia sejauh itu?" tanya David terlihat menyelidiki
"Agar Lusia berhenti marah padaku," jawab Erald dengan pandangan matanya yang berlabuh segera pada Lusia, dan satu kedipan mata Erald yang terlihat bukan untuk menggoda, namun untuk mengolok kebodohanya.
Kau penipu! geram Lusia dalam hatinya.
"Kau menakutiku!" adu Lusia dengan suara tingginya. David terlihat berdiri ragu dalam rasa terkejutntya sebentar, suara tinggi puterinya mengingatnya pada karakter habitat alami puterinya, sudah lama dia tidak pernah melihat puterinya akan berteriak dan protes seperti ini. Dalam tiga tahun terakhirnya, puterinya seperti boneka berlakon manis dan selalu menurut. Bahkan pernikahan yang di atur untuk Lusia, tidak butuh waktu lama untuk memohon padanya.
David kembali menatap Erald, seakan baru mengetahui jika pria muda yang pernah dia temui dua tahun yang lalu, adalah pria yang sangat cerdas dan mampu membuat putrinya berhenti berpura-pura manis, hanya dalam satu kali pertemuan.
Sosok menantu yang ku cari! walau harus membayarnya dengan bisnis, ujar Batin David dengan desah panjang, seakan dia cukup merasa bersalah terhadap Lusia, dia telah mencari seseorang yang tidak bisa di tebak pikiran dan rencananya, bahkan David tidak menyangka pada hari pertama, Erald telah menarik habitat alami puterinya yang telah lama dia rindukan. selama tiga tahun terakhir, Puterinya hanya mengeluarkan sedikit kata, tidak pernah lebih dari satu kalimat setiap harinya, dan hanya dua kata yang sering dia lontarkan, yakni 'Ya' dan 'Tidak'.
"Ayah, batalkan pernikahan dan suruh dia pergi!" usul Lusia setengah berteriak dengan tangan yang segera melingkar masuk mengapit tangan David, bersikap manja untuk pertama kalinya setelah tiga tahun, mereka tidak pernah sedekat ini. Tidak pernah Lusia akan mengapit tangannya seperti ini.
David memberi isyarat dengan matanya pada Erald agar diam, diapun berkata, "Lusia, Erald adalah pria muda yang baik. Mengapa harus batal, jika kita sudah menandatangani perjanjian?"
Lusia terdiam, dan diam-diam menyesal dalam hatinya, tidak pernah menyangka calon suaminya terlihat seperti serigala mengenakan bulu domba.
Waktu itu, aku mengira aku yang akan mengontrol pernikahanku. Jika aku bersamanya, maka kejinakkan palsuku akan terbongkar. Aku dan dia hanyalah seperti anjing bertemu kucing.
Dalam satu menit, Lusia terus berkecamuk dengan pikirannya, dan tidak menyadari sosok Erald telah maju beberapa langkah, dan duduk membukuk dengan sepatu di tangannya. Ketika satu tangan dingin terasa menyentuh telapak kaki kirinya yang telanjang, barulah Lusia bangun dari lamunannya. Namun sepatu sudah di pasangkan pada kaki kirinya.
Lusia lari akan memory sebelumnya, dia teringat hak sepatu itu telah patah. Lalu ..., mata Lusia turun memindai hak sepatunya yang terlihat terekat dengan kuat, "kau mengelemnya?"
Erald mendongakan kepalanya dan tersenyum melengkung, dengan sepasang bola mata yang bergerak turun, seakan memberi jawaban 'ya' pada gadis itu.
Lusia membuka sedikit mulutnya, karena senyum tiga detik pria ini telah membunuhnya sekali lagi, jantungnya lupa berdetak sebentar, dan seluruh udara dalam paru-parunya perlahan menipis, ketika satu tangan pria itu mengambil sepatu lain dari tangan Lusia, dan sekali lagi memasangkan sepatu tersebut pada kaki kanannya.
"Erald, kau tidak perlu melakukan hal seperti itu," gurau David dengan satu kedipan mata persetujuan akan sikap Erald yang terlihat sangat pandai memanjakan wanita, tepatnya Lusia gadis yang ramah di permukaaan, dengan hati gunung es itu, dibuat tidak mampu berkutik kali ini
"Aku memang suka melayani calon istriku," sahut Erald dengan tatapan senang, ketika raut wajah Lusia berubah hitam dan gadis itu mulai mencibirnya,"Biar Tuan Erald mengeluarkan kata manis, namun tetap saja aku melihatnya seperti duri yang bisa menusuk kaki."
Lusia melepaskan sepatunya dengan kasar, dan hampir saja satu demi satu sepatu itu terbang mengenai wajah Erald, jika saja Erald terlambat satu detik menghindar, maka tumit sepatu akan melukai kepalanya.
(...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Asni J Kasim
4 like mendarat
2020-11-08
0
R@Ve!Rra🥀
pengen nyubit erald,gemes deh🤣🤣
2020-10-19
1
ava
💜💜💜💜
2020-10-19
0