Di dalam bathroom Lara menggosok seluruh tubuhnya yang hampir dipenuhi oleh tanda merah dengan menangis. Ia benar-benar tak menyangka kehormatan yang dijaganya selama ini justru diambil oleh kakak nya sendiri.
"Ya Tuhan bagaimana ini?" Lara terus menangis sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi kemarin malam. Namun karena pikirannya sedang kacau dan takut mendadak otaknya begitu lemot untuk berpikir.
Yang mampu diingatnya hanyalah saat ia tidak sengaja meminum jus jeruk berisi obat pemberian Mom Miranda, lalu berusaha melarikan diri dari Edgar yang tiba-tiba menggila. Dan satu lagi ingatan yang membuatnya bergidik ngeri yaitu bayang-bayang dirinya yang berada di atas tubuh seseorang.
"Tidak.. tidak mungkin, masa aku memperkosa Edgar?" seketika tangisnya terhenti berganti dengan rasa ngeri jika hal tersebut benar-benar terjadi. Apalagi bayang-bayang dirinya yang tampak menikmati apa yang dilakukannya sampai mengeluarkan suara ******* yang menjijikan. Karena tidak ingin bayang-bayang tersebut terus berputar dibenaknya, ia pun segera keluar dari bathroom dengan mengenakan selimut.
"Dimana dia?" Lara menatap keseluruh ruang kamar yang tampak kosong. Dengan perasaan lega ia pun keluar menuju kamarnya sendiri untuk mengambil pakaian, karena pakaian yang dikenakannya semalam sudah tak berbentuk tergeletak di atas lantai.
"Kenapa lama sekali!" Edgar yang duduk di ruang tengah menatap Lara yang keluar dari kamarnya dengan selimut yang membungkus tubuh mungil tersebut.
Lara tak menjawab pertanyaan Edgar, ia hanya menatap sekilas lalu kembali berjalan menuju kamarnya tanpa mempedulikan pria itu sama sekali.
"Setelah selesai berpakaian, kembali kemari karena kita akan sama-sama mengecek apa yang terjadi tadi malam melalui rekaman CCTV yang ada di setiap sudut ruangan."
Deg.
Lara yang ingin masuk ke dalam kamar mendadak menghentikan langkahnya, setelah mendengar ucapan Edgar.
"Bagaimana kalau dia tahu aku sudah membuat minuman yang dicampur obat?" gumamnya dalam hati.
"Lara kau dengar tidak?" tanya Edgar saat melihat adiknya hanya diam saja.
"Iya aku dengar." Lara segera masuk ke dalam kamar, mengunci pintunya lalu bergegas mencari pakaian. "Aku harus menghubungi Mommy," ia pun segera mencari ponselnya. Namun benda canggih itu tidak ditemukannya padahal Lara sudah mencari ke seluruh sudut kamar.
Karena merasa ketakutan jika Edgar sampai tahu apa yang telah dilakukannya, Lara pun memilih membereskan semua pakaiannya dimasukkan ke dalam koper. Ya, Lara memutuskan untuk kembali ke Jakarta secepat mungkin. Untuk permasalahan mereka yang sudah tidur bersama, Lara akan menceritakan pada Mom Miranda secara langsung, bila perlu pada Robert sekalian.
"Lara kau masih lama?" Edgar yang sejak tadi menunggu, akhirnya mengetuk pintu kamar adiknya.
"Sebentar, perutku tiba-tiba sakit." Teriak Lara dengan berbohong, padahal ia masih mengemasi barang-barangnya.
"Cepatlah!"
"I-iya." Lara pun segera memasuki semua barangnya. Setelah selesai ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk keluar dari kamar, dan waktu yang tepat adalah saat Edgar beranjak dari ruang tengah.
Lama Lara menunggu di dalam kamar, saat merasa Edgar sudah tidak mungkin menunggunya. Ia pun mengintip dengan membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Dan benar saja, pria itu sudah tidak ada di ruangan tersebut entah pergi kemana, tapi yang jelas ini kesempatannya untuk melarikan diri.
"Mau kemana kau?" Edgar menatap Lara dengan tajam, menatap wanita yang keluar dari kamar dengan koper ditangannya.
"Sial, kenapa pakai ketahuan segala." umpat Lara dalam hati tanpa berani menatap kebelakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ila Lee
lara masih kecik tidak dpt berfikir dengan baik apa yg boleh atau tidak kesian dengan nasib jika hamil nanti
2024-12-29
0
Miya Wibowo
begooo tenan lara kiii
2024-05-26
0
Samsia Chia Bahir
Lara yg bego 😄😄😄😄😄
2024-05-09
0