Langit Aurora

Langit Aurora

0.1 Langit Aurora

..."Kebencian kadangkala membuatmu kesepian, sendirian.”...

......................

Happy reading!!!

.

.

.

“Ibu!! Lihat, salju pertama sudah turun!”

Seorang gadis kecil berseru riang saat melihat benda seputih kapas jatuh dari langit dengan perlahan, disusul butiran-butiran lainnya yang semakin lama semakin tak terhitung jumlahnya. Warna putih salju begitu menarik di mata gadis kecil itu, namun berbeda di mata sosok jelita berparas barbie satu ini. Bukan lagi rahasia bila Aurora sangat membenci datangnya salju dan musim dingin.

“Salju lagi, salju lagi. Kenapa di dunia ini harus ada salju!” keluhnya yang terdengar begitu frustasi.

...

...

Luna mengerutkan dahinya melihat sikap sang adik dan responnya ketika melihat salju turun. Luna menghampiri Aurora dan berdiri disampingnya.

“Apa kau masih begitu membenci salju?” tegur Luna yang entah sejak kapan berdiri disamping Aurora.

“Katakanlah sesuatu”. Gadis itu menoleh lalu mengangguk. “Salju hanyalah butiran putih bersih yang penuh kepalsuan. Dibalik warnanya yang indah salju menyimpan kepedihan, kemunafikan dan dinginnya hati seseorang!” ujar Aurora dengan mata berkaca-kaca.

Mata hazelnya menerang jauh dan tampak berkaca-kaca, dan Luna tahu pasti apa yang membuat gadis itu begitu membenci datangnya musim dingin, terlebih itu salju.

Hiruk-pikuk mulai terdengar ditengah keramaian malam kota Seoul. Orang-orang yang berada diluar rumah sengaja menghentikan aktifitasnya dan menyempatkan diri untuk melihat butiran-butiran salju yang melayang dari langit dan jatuh perlahan kebumi.

Turunnya salju pertama di awal musim dingin memberikan kesan tersendiri bagi sebagian warga, terlebih bagi warga yang tinggal di negara empat musim. Namun tak sedikit pula yang membenci musim dingin dan salju, karena turunnya salju memberi pengaruh besar pada menurunnya suhu udara.

Namun tak sedikit pula yang menunggu musim salju tiba, karena banyak hal yang bisa mereka lakukan dengan tumpukan salju.

“Ibu, Ayah. Bagaimana kalau kita bermain salju?”seru seorang gadis kecil pada Luna dan Hans.

Gadis kecil itu menarik paksa lengan kedua orang tuanya dan membawa mereka kehalaman rumah yang penuh salju .

“Ains, pelan-pelan. Kau bisa jatuh!” seru Luna memperingatkan. Ainsley tersenyum dengan polosnya. “Jika aku sampai terjatuh, bukankah masih ada kalian berdua yang akan menangkapku!” jawab gadis kecil itu sambil tersenyum manis. Membuat Luna dan Hans menjadi gemas sendiri, keduanya menghampiri dan mencubit pipi gembilnya.

Namun sepertinya tidak semua penghuni rumah megah itu menyambut datangnya salju dengan gembira. Aurora contohnya. Gadis bersurai coklat panjang itu mendongak menatap langit dengan datar.

Ia hanya memperhatikan rintikan salju yang turun tanpa respon apa pun. Iris hazelnya hanya memberikan tatapan kosong tanpa berminat. Perlahan matanya terpejam saat sekelebat bayangan masa lalu dengan jelasnya melintas dipelupuk matanya.

Flashback:

Ditengah kegelapan malam dan dibawah rintikan salju yang turun dengan lebatnya. Terlihat seorang gadis cantik dalam balutan mantel hangatnya berjalan seorang diri ditengah kegelapan.

Sudut bibirnya tertarik ke atas, senyum tak pudar sedikit pun dari wajah cantiknya. Gadis itu menatap bingkisan yang ada ditangan kanannya dengan riang, sedangkan tangan kirinya merapatkan mantel yang membungkus tubuh rampingnya. Dan tak jarang Ia menjinjitkan kakinya yang seperti mati rasa karena udara yang semakin menurun. Ditambah dengan lebatnya salju yang turun.

“Mobil siapa ini? Mungkinkah sedang ada tamu yang datang!” gumam gadis itu sedikit heran saat melihat sebuah sedan merah terparkir disamping mobil si pemilik rumah.

Mengangkat bahunya acuh, gadis itu ‘Aurora’ menghiraukan dan melanjutkan langkahnya. Tanpa ragu sedikit pun, Aurora melangkahkan kakinya dan memasuki bangunan mewah tersebut.

“,,,, eeemmmppp!!!”

Tappp!!!

Aurora menghentikan langkahnya dan menoleh pada sumber suara. Dengan perlahan, Aurora melangkah menuju pintu bercat putih yang merupakan pintu kamar si pemilik rumah

“Ez,,,,!!! Ezzaaa!!” suara itu semakin lama semakin terdengar jelas ditelinga Aurora, dan parahnya lagi, Aurora sangat mengenal siapa pemilik suara itu.

Dengan jantung berdebar, Aurora membuka pintu itu dan betapa terkejutnya dia setelah melihat kegiatan dua orang yang ada di dalam kamar itu.

“EZAA!! AEELA!!”

Tubuh terpaku ditempat dengan getaran-getaran kecil yang berasal dari dalam tubuhnya. Kedua matanya membulat berkaca-kaca, nafasnya menderu tak karuan. Lidahnya tercekat, dadanya terasa sesak. Melihat kekasihnya bercumbu mesra dengan wanita lain, dan parahnya lagi wanita itu adalah sahabat Aurora sendiri.

Aurora mundur beberapa langkah kebelakang. Dan pekikan keras Aurora, menyita perhatian dua orang sejoli yang tengah memadu cinta di dalam sana. “Kalian berdua keterlaluan!” teriak Aurora membentak. Dengan air mata berderai. Aurora meninggalkan kediaman sang kekasih, perasaan hancur lebur.

“Aur, tunggu!!!”

Flashback End:

Aurora menutup rapat-rapat matanya. Hatinya kembali berdenyut sakit ketika sekelebat bayangan masa lalu kembali berputar di kepalanya. Kenangan buruk yang ingin sekali ia lupakan tapi selalu tidak bisa. Terlalu menyakitkan untuk di ingat, tapi terlalu sulit untuk dilupakan.

“Bibi, bermainlah salju bersama kami!!!” seru Ainsley dan membuyarkan Aurora dari lamunan panjangnya.

Aurora sedikit tersentak saat merasakan seorang gadis kecil mengayunkan tangannya. Gadis itu menundukkan wajahnya dan mendapati wajah polos Ainsley menatapnya memohon. Aurora mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil itu.

“Ains bermain dengan, Ibu dan Ayah saja ya, Bibi sedang tidak ingin bermain!” balas Aurora memberi pengertian.

Ainsley mencerutkan bibirnya lucu. “Bibi, tidak asik!” ucapnya dan berlari menghampiri Ayah dan Ibunya.

Dan karena kejadian dua tahun yang lalu itulah kenapa Aurora semakin membenci musim dingin terlebih turunnya salju. Namun itu bukan alasan yang sebenarnya, ada alasan lain yang membuat Aurora sangat membenci salju.

Pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya padahal ini masih awal musim dingin dan itu mau tak mau membuat semua orang berjalan dibalik long coat milik mereka. Salju sudah turun sejak semalam. Banyak orang yang bersuka cita menyambutnya, tapi tak sedikit pula yang mengeluhkan kedatangannya.

Di sebuah rumah mewah yang memiliki dua lantai. Terlihat dua wanita berbeda usia tengah berkutat di dapur menyiapkan sarapan. Siapa lagi jika bukan Luna dan Aurora. Kakak beradik itu tengah memasak.

Aurora mengerutkan dahinya melihat kakak iparnya masih bersantai di rumah padahal ini bukan hari libur. Bahkan dia masih mengenakan piyama tidurnya. Saat ini Hans sedang membaca koran di ruang keluarga.

“Tumben, kak Hans masih duduk-duduk santai. Apa dia tidak pergi bekerja?” tanya Aurora sedikit kebingungan.

“Kakak mu mengambil cuti hari ini, kita semua akan pergi ke bandara untuk menjemput sepupu jauhnya. Jadi setelah sarapan sebaiknya kau segera bersiap-siap.”

“Aku tidak ikut!!” Aurora menyela cepat. Gadis itu menoleh dan matanya bersirobok dengan mata Luna. “Kalian pergi saja. Aku akan di rumah saja.” Lanjutnya menambahkan.

“Tidak!! Pokoknya kita semua akan pergi, tanpa terkecuali!!” Aurora mendesah berat. “Dasar menyebalkan!!” dan sepertanya ia tidak memiliki pilihan lain selain ikut pergi bersama kakak dan kakak iparnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Bossy

Bossy

huhuhu bahasanya tertata enak bangett, kok aku baru nemuin novel sebagus ini sihhh

2023-08-14

0

Kiki Amelia

Kiki Amelia

wahhhh, gak sengaja klik bagus ceritanya

2023-01-11

0

Widia Aja

Widia Aja

Masih menyimak...

2023-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!