..."Kenangan masa lalu, ternyata masih berlaku dan mempengaruhi masa depan seseorang. Aku harap semua dapat terkendali, walau rasa ini hampir menyakiti."...
......................
Happy Reading!!!
.
.
.
Aroma mirip besi berkarat yang kental menyengat menyeruak dan masuk ke dalam indera penciumannya. Padahal tidak ada darah sama sekali. Dan disaat bersamaan, sekelebat bayangan masa lalu melintas begitu saja dikepalanya.
Flasback:
“IBU!!!!”
Aurora kecil menjerit histeris melihat tubuh wanita yang selama 9 bulan mengandung dirinya terkapar dihalaman rumahnya dalam keadaan bersimbah darah.
Cairan merah segar itu membuat salju yang awalnya berwarna putih bersih seketika menjadi merah akibat tergenangi darah yang berasal dari kepala Ibunya. Bau amis yang begitu menyengat masuk ke dalam indera penciuman gadis kecil itu.
“Ibu, apa yang terjadi padamu? Ibu, aku mohon, buka matamu. Ibu, tidak boleh meninggalkanku!!” jerit gadis kecil itu sambil mengguncang tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa.
Air mata tak luput dari mata hazelnya yang membasahi wajah bak boneka barbie itu. Aurora kecil terus mengguncang tubuh Ibunya berharap agar sang Ibu segera membuka matanya, namun apa yang la lakukan tetap tak membuahkan hasil. Mata wanita itu tetap tertutup rapat.
Menyadari tak ada respon dari sang Ibu membuat tangis Aurora semakin pecah. Aurora menangis sejadi-jadinya sambil memeluk tubuh kaku ibunya. Bahkan Aurora tidak peduli meskipun pakaian mahalnya akan kotor karna darah Ibunya.
“Ibu, hiks,, hiks,,, Ibu bangun, hiks,, hiks,,,!” Lirih gadis kecil itu dengan suara paraunya. Suaranya terdengar pilu, membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasa iba dan terenyuh.
Sedetik kemudian, gadis kecil itu beranjak dari posisinya dan berlari menuju pagar rumahnya untuk mencari bantuan.
Gadis kecil itu menoleh kekanan dan kekiri, namun tak ada satu orang pun yang bisa la temui. Jalanan begitu sepi dan legang.
“Tolong,,,, tolong,,,,, siapa pun tolong Ibuku,,,, Ibuku… meninggal!” teriak Aurora dengan bercucuran air mata.
Menyadari tak ada yang merespon teriakannya. Aurora kecil kembali pada Ibunya yang sudah terkapar. Salju yang turun cukup lebat membuat tubuh wanita malang itu tertutup oleh benda seputih kapas tersebut. Dengan perlahan dan hati-hati, Aurora kecil membersihkan salju yang menutupi wajah ibunya.
Sebuah keajaiban datang, disaat Aurora kecil benar-benar frustasi. Sebuah mobil sedan mewah berhenti didepan pagar rumahnya. Seorang pria dan anak laki-laki turun dari mobil itu dan menghampiri Aurora yang sedang menangis sambil memeluk jasad ibunya.
“Nak, apa yang terjadi pada Ibumu?”
Mendengar ada yang bertanya padanya. Sontak Aurora mengangkat wajahnya, dan mendapati seorang laki-laki seumuran dengan ayahnya dan anak laki-laki berlutut disampingnya. Aurora menyeka air matanya dan menggenggam tangan laki-laki itu.
“Paman tolong, Ibu telah dibunuh.” Ucap Aurora dengan wajah memelasnya.
“Apa? Dibunuh!”
Anak laki-laki yang berlutut disamping ayahnya mengedarkan pandangannya, dan tanpa sengaja mata abu-abunya melihat sebuah pot bunga yang penuh darah tergeletak tak jauh dari tempat Ibu Aurora kecil terkapar.
“Papa, lihat!” seru anak laki-laki itu.
Sang ayah pun menoleh. “Ada apa, Langit?” Anak laki-laki yang dipanggil ‘Langit’ itu menunjuk pot bunga tersebut.
“Aku rasa nyonya ini dibunuh menggunakan pot bunga itu. Ada darah di pot bunga itu!!” ujar Langit.
Laki-laki itu memperhatikan pot tersebut dan Ia sependapat dengan putranya. “Papa rasa kau benar. Langit, tetaplah di sini bersama gadis kecil ini. Papa akan memanggil polisi!” anak laki-laki itu mengangguk.
Anak laki-laki itu berpindah dan duduk disamping Aurora kecil. “Apa yang harus aku katakan saat kakakku pulang dari sekolah!!” ujar gadis itu risau. Anak laki-laki itu mengusap punggung Aurora kecil dengan gerakan naik turun.
“Jangan cemas. Papa yang akan menjelaskan pada kakakmu! Kamu tenang ya!!” Aurora mengangguk.
“Terimakasih, Kak!” anak laki-laki itu mengangguk.
“Sama-sama!”
Flasback End:
Aurora memejamkan matanya, setetes kristal bening mengalir dari pelupuk matanya yang kemudian jatuh membasahi wajah cantiknya. Peristiwa yang terjadi 10 tahun lalu itu membuat hati Aurora kembali terkoyak. Ibunya meninggal tepat ketika salju turun, dan hal itulah yang membuat gadis itu selalu membenci musim dingin terutama ketika salju turun.
Kematian ibunya menjadi alasan utama kenapa Aurora begitu membenci salju. Di musim salju ia kehilangan segalanya. Ibu yang teramat dia kasihi, kekasih yang dia sayangi dan ayah yang selalu dia banggakan.
“Aur,” seru seseorang dari balik punggung Aurora. Tapi tak ada respon dari gadis itu.
Sampai ia merasakan tepukan pada bahunya dan membuat ia tersadar dari lamunan panjangnya. Gadis itu menoleh dan sosok Luna berdiri disampingnya dengan senyum terbaiknya. “Apa kau kembali teringat peristiwa mengerikan itu?” tanya Luna sambil menatap sang adik dengan sendu.
Alih-alih menjawab. Aurora malah berhambur ke dalam pelukan Luna dan terisak kecil. “Hiks,, hiks… , aku merindukan ibu!” Luna mengusap punggung Aurora dan ikut memejamkan matanya.
Hati Luna terenyuh mendengar isakan Aurora. Luna dapat merasakan apa yang Aurora rasakan, hanya saja Luna enggan menunjukkannya didepan Aurora dan membuat gadis itu semakin sedih.
“Begini saja, bagaimana jika akhir pekan ini kita kunjungi ibu?” Luna melepaskan pelukannya dan menatap Aurora dengan senyum terbaiknya. Aurora ikut tersenyum kemudian mengangguk.
“Aku rasa bukan ide buruk. Apalagi cukup lama kita tidak mengunjunginya!” ujar Aurora tersenyum. Luna menyeka sisa air mata di pipi Aurora tanpa melunturkan senyum itu dari wajah cantiknya.
“Nah begini ‘kan cantik, kau terlihat jelek saat menangis!” Aurora merenggut mendengar ucapan Luna. Lagi-lagi Luna mengejeknya.
“Kakak, jahat!” seru Aurora masih dengan menekuk wajahnya. Namun detik berikutnya gadis itu tersenyum dan kembali memeluk Luna.
Langit dan Hans tidak mampu berkata-kata ketika melihat pemandangan di depan mereka. Mereka begitu terharu. Kemudian Hans menghampiri mereka berdua.
“Boleh aku ikut berpelukan juga?” seru Hans sambil membuka lebar kedua tangannya. Luna dan Aurora menggeleng, Hans mengerutkan dahinya. Bingung dengan penolakan Istri serta adik iparnya.
“Tidak!” Aurora mendengus geli, “Karena kakak belum mandi!!!” jawabnya sambil menutup hidung.
“APA???”
“Hahahahah!!!”
Suara tawa menggema di rumah itu. Sedangkan yang di tertawakan langsung memanyunkan bibirnya. Dia kesal karena istri dan adik iparnya malah menertawakan dirinya. Mereka memang selalu kompak dalam membuat dirinya kesal.
Sementara itu, Langit yang juga berada di ruangan itu hanya bisa mengurai senyum setipis kertas. Melihat kedekatan dan keharmonisan mereka membuat Langit merindukan keluarganya yang saat ini berada di China.
Lalu pandangan Langit bergulir pada Aurora. Ada sesuatu istimewa dalam diri Aurora yang tidak bisa Langit lihat dan Langit temukan dari kebanyakan gadis yang pernah ia temui. Aurora adalah satu-satunya dari gadis yang tidak menunjukkan ketertarikannya ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya. Bahkan gadis itu bersikap dingin dan sedikit tak bersahabat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
ceritanya selalu bagus thour, aurora kaya nya trauma dgn musim salju. sedih amat ibunya meninggal dgn keadaan yg menyedihkan😭😭😭😭
2023-10-16
0
M akhwan Firjatullah
oh ya Allah miris banget ya Aur kisahmu pantas Aur sangat benci salju
2023-04-27
0
Widia Aja
Ah, ternyata ada kisah pertama kali mereka bertemu..
Sepertinya Langit dan Aurora jodoh nih
2023-01-11
0