..."Rasa ada karena terbiasa, cinta yang tercipta hadir kembali ketika pandangan mata tak lagi terluka "...
......................
Happy Reading!!!
.
.
.
Lampu-lampu lebih cepat dinyalakan, membuat kota bagai arena karnaval dengan titik-titik cahaya memanjang di setiap ruas jalan. Orang-orang berjalan beriringan, saling merapat. Mencoba menemukan kehangatan di tengah suhu udara yang kian menurun.
Musim dingin adalah memori…. Entah itu memori indah atau memori pahit. Musim dingin selalu memberikan kesan tersendiri bagi mereka yang hidup di dunia empat musim.
Pandangan Aurora bergulir pada pemuda di sampingnya. Langit masih memakai pakaian yang sama. Kaos polos tanpa lengan dan celana pendek selutut. “Apa kau tidak merasa kedinginan?” tanya Aurora penasaran.
“Tidak,” jawab Langit singkat.
“Dasar aneh.”
Dan Langit hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Aurora. “Aku pergi mandi dulu.” Langit menepuk kepala coklat Aurora dan pergi begitu saja. Meninggalkan gadis itu sendiri di kamarnya.
Aurora mendengus. “Dasar menyebalkan. Bisa-bisanya dia merusak tatanan rambutku.” Gadis itu menggerutu. Detik berikutnya sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan indah di wajah cantiknya. Aurora beranjak dari posisinya dan melenggang keluar meninggalkan kamarnya.
Betapa waktu telah berlalu begitu cepat.
Potongan ingatan yang hampir terlupakan tiba-tiba kembali datang dan membuat dada terasa sesak. Luka lama yang perlahan mengering terbuka lagi. Sungguh sial bahwa manusia diciptakan dengan ingatan tak terduga. Kadang hal itu menguntungkan tapi juga sekaligus menyebalkan.
Terutama bila hal yang selalu ingin kita ingat malah terlupakan atau kebalikannya. Apa yang ingin kita lupakan dan kita kubur dalam-dalam, tiba-tiba bangkit dengan kekuatan besar sehingga mengganggu ingatan kita kembali.
“Kak, aku sudah selesai. Aku duluan.”
Usai menghabiskan sarapannya. Aurora langsung pergi ke kamarnya, bahkan gadis itu tidak membantu Luna membereskan meja ataupun mencuci piring dan wadah-wadah yang kotor. Menurut Hans yang memang tidak tau apa-apa, Aurora bertingkah aneh sekali pagi ini, bahkan dia tidak mengejeknya atau mengucapkan kata-kata yang bikin geleng-geleng kepala.
Tokk!! Tokk!! Tokk!!!
Aurora menoleh cepat saat mendengar ketukan keras pada pintu kamarnya. Gadis itu meletakkan bantal yang ada dipangkuanya, dengan tanpa alas kaki. Aurora berjalan menuju pintu. Dan setelah pintu terbuka, sosok Langit-lah yang tertangkap oleh mutiara hazel miliknya. Aurora mempersilahkannya untuk masuk. Keduanya sama-sama tidak ada yang berbicara. Untuk sesaat, ruangan itu di selimuti keheningan sampai salah satu dari mereka berdua mulai membuka suara dan mencairkan suasana. "Ada apa, Langit?" ucap Aurora setelah cukup lama diam.
Langit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasa tidak enak pada Aurora jika harus merepotkanya. "Em, apa kau sibuk?" tanya Langit sedikit tak enak hati.
Aurora menggeleng. "Tidak, memangnya kenapa?" Aurora berusaha bersikap setenang mungkin, ia tidak ingin Langit mengetahui jika ia sedang gugup setengah mati. "Jika kau tidak keberatan, aku ingin memintamu untuk menemaniku ke Myeongdong. Aku harus membeli beberapa helai pakaian!" ujar Langit.
Cukup lama Langit menunggu jawaban Aurora, gadis itu tampak menimbang-nimbang ajakan Langit. Aurora bingung antara memberi jawaban iya atau tidak. Diluar salju sedang turun, dan Aurora benci jika harus pergi ditengah salju yang sedang turun. Tapi Ia juga merasa tidak enak pada Langit karena menolak ajakannya.
“Aku rasa bukan ide buruk, tapi-----” Aurora menggantung kalimatnya dan membuat dahi Langit berkerut.
“Tapi apa?” tanyanya penasaran.
“Ini adalah musim dingin, diluar salju sedang turun. Dan aku sangat membenci itu!!” Aurora bergumam sambil menundukkan wajahnya. Ia sungguh-sungguh tidak berani membalas tatapan Langit.
Pemuda itu menghela nafas kecewa. “Baiklah jika kau tidak bisa, mungkin lain kali saja!” kata Langit dan berlalu begitu saja. Meninggalkan gadis itu sendiri dikamarnya. Aurora merasa bersalah, terlebih melihat tatapan kecewa Langit.
“Maaf, Langit. Jika saja ini bukan musim dingin dan tidak sedang turun salju, aku pasti akan menemanimu.”
Aurora menuruni tangga dengan langkah terburu. Ia menghiraukan tatapan heran kakak serta kakak iparnya yang sedang berada diruang tamu, tidak mengherankan bila melihat Hans berada dirumah disaat jam kerja. Hari ini adalah hari minggu jadi wajar bila laki-laki itu tidak pergi kekantor untuk bekerja.
“Bibi kenapa lari-lari? Seperti dikejar hantu saja?” seru Ains dengan aksen cedalnya.
Mengabaikan pertanyaan keponakannya. Aurora menghampiri kakak serta kakak iparnya. “Kak, apa kalian melihat, Langit?” tanya Aurora panik.
Hans dan Luna mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan Aurora. “Dia baru saja pergi. Dia bilang ingin pergi ke Myeongdong, memangnya kenapa?” ujar Luna balik bertanya.
“Dia naik taxi atau---”
“Dia memakai mobil kakak!” sahut Hans menyela ucapan Aurora.
Mendengar itu. Aurora bergegas menuju halte terdekat melalui jalan pintas. Karena hanya butuh waktu kurang dari lima menit untuk tiba di sana jika lewat jalan pintas, jika ditempuh menggunakan mobil. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai dihalte kurang lebih 15 menit karena harus berjalan memutar, dan Aurora akan menunggu Langit di sana.
Sepuluh menit telah berlalu, namun belum ada tanda-tanda mobil milik Hans yang sedang dikendarai Langit akan tiba dan melintas dihalte tempat Aurora menunggu. Udara yang sangat dingin membuat Aurora sedikit menggigil.
Apalagi tidak ada baju hangat yang melekat ditubuhnya selain syal yang melingkari lehernya. Tubuh Aurora hanya berbalut dress hitam selutut, berlengan panjang tipis. Kepulan asap putih mengepul dari bibir Aurora ketika gadis itu menghembuskan nafasnya.
Berkali-kali Aurora menggosok tangannya yang kemudian ditakupkan pada wajahnya. Sementara itu. Sebuah mobil sport hitam berjalan sedikit lambat ketika sang pengemudi melihat sosok gadis berparas barbie duduk dihalte sambil celingukan seperti menunggu kedatangan seseorang.
“Gadis bodoh, apa dia sudah tidak waras. Bagaimana bisa dia keluar tanpa pakaian hangat?” gumam orang itu penuh keheranan.
Penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Aurora. Pemuda itu menambah sedikit kecepatan mobilnya lalu menghampiri Aurora. Pemuda itu menghentikan mobilnya tepat di depan gadis itu.
“Aur,” merasa namanya dipanggil, sontak saja mengangkat wajahnya.
Gadis itu tersenyum dan menghela nafas lega melihat siapa yang datang. “Akhirnya kau datang, Langit!!!” ucapnya masih dengan senyum yang sama.
Tubuh Langit sedikit terhuyung karena pelukan Aurora yang sangat tiba-tiba. Membuat pemuda itu membeku karena pelukan itu, Langit sungguh tidak menyangka dengan respon Aurora. “Akhirnya kau datang juga, Langit. Apa kau tau berapa lama aku menunggumu dan kedinginan di sini,” Aurora mendongak, mengangkat wajahnya tanpa melepaskan pelukannya. Sepasang mutiara hazelnya bersirobok dengan mata abu-abu milik Langit.
Sepertinya gadis itu tidak sadar dengan apa yang tengah ia lakukan saat ini. “Untuk apa kau menungguku?” tanya Langit masih mengunci manik mata Aurora.
Aurora melepaskan pelukannya setelah mendengar pertanyaan Langit yang terlewat datar. Dengan gemas Aurora menjitak kepala coklat terangnya hingga membuat pemuda itu meringis pelan.
Aurora memeluk tubuhnya sendiri yang terasa beku dengan kedua tangannya. “Bodoh, bukankah kau sendiri yang memintaku untuk menemanimu ke Myeongdong? Memang, awalnya aku menolak untuk menemanimu, tapi akhirnya aku berubah pikiran. Tapi di saat aku berubah pikiran kau malah pergi, dan untuk itu aku menunggumu di sini!” ujar Aurora memaparkan. “Lagipula kau bisa saja tersesat karena belum hapal betul jalannya.”
Langit tersenyum geli melihat ekspresi gadis itu. Aurora mencerutkan bibirnya lucu, satu sentilan Langit daratkan pada kening Aurora dan membuat gadis itu merenggut kesal.
Langit melepas mantelnya dan menyampirkan pada bahu Aurora. Menyisahkan kaos hitam berlengan panjang yang dibalut vest demin bertudung.
“Kau hampir mati kedinginan, Nona. Masih saja banyak bicara!!” Langit merangkul bahu Aurora dan membukakan pintu untuknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments