Di Antar pulang

Duk...

Aku merasa tubuh ku terjatuh. Tapi aku tak merasakan sakit sedikit pun.

"Apa tuhan lang sung membawaku. Tampa memberikan rasa sakit." Guma Ku dalam hati. Lalu aku merasakan hembusan nafas yang begitu hangat di wajah ku. Aku membuka mata dengan perlahan dan wajah ini, mata ini, lagi lagi aku berada di mana Pa Adrian begitu dekat dengan Ku. Jantung Ku yang selalu berdetak kencang saat berada di dekat nya. Apa lagi posisiku saat ini berada di dalam pelukannya, tanganku yang berada di kedua bahunya dan pingganku yang ditahan oleh kedua tangannya. Ternyata Pa Adrian yang menolongku dan mebawaku kedalam pelukanya sehingga aku tak terjatuh kelantai. Satu detik, dua detik, tiga detik mata kami masih saling bertemu seakan menyelami pikiran masing masing. Aku tersadar ketika suara Rina memangil, Aku pun menenggok kearah Rina dengan posisiku masih dipeluk oleh Pa Adrian.

"Karin." Panggil Rina.

"Ya." Jawab Ku dan Aku melihat Rina memberikan isyarat kepadaku. Saat aku menyadari isyaratnya, aku pun cepat cepat melepaskan diri dari Pa Adrian dan membenarkan pakaian Ku yang sedikit berantakan.

"Maaf dan terimakaih Pa." Ucap Ku, tak ada jawaban dari Pa Adrian. Dia hanya terdiam sambil terus melihat ku, dia pun pergi begitu sajah tanpa mengucap kan sepatah kata.

"Apa aku tak salah lihat. Kenapa muka Pa Adrian pucat? bukan nya di sinih aku yang terjatuh? Apa karena tadi menahan ku, tapi kenapa dia yang terlihat sakit?" Guma ku yang merasa heran akan sikapnya. Aku terus melihat Pa Adrian yang berjalan dan menghilang dari pandangan ku.

"Rin. Kemana keadaan mu? Mana yang sakit?" Tanya Rina dan Reina bersamaan, Sabil memeriksa seluruh tubuh ku, aku merasa risih oleh mereka berdua dan menjauh.

"Apaan sih kalian. Geli tau. Aku gak apa apa." Ucap ku.

"Tapi kita khawatir kamu terluka, kita kedokter ya." Ucap Doni dengan wajah khawatirnya. Mereka terdiam sambil terus memperhatikan ku, termasuk Natan yang sejak tadi melihat kearah ku.

"Makasih. Tapi beneran aku gak papa." Ucap ku, Tapi mereka tetap diam.

"Ayolah, kalian jangan seperti ini. Lihatlah Karina Adrian Putri masih berdiri di depan kalian dengan wajah yang cantin nanimut." Ucap ku dengan pope eyes

"Ish. Kamu ini Rin. Bisa bisanya di saat kita khawatir masih bisa bercanda." Ucap Rina dengan tersenyum di ikuti tawa kecik oleh Doni dan Reina kecuali Natan yang masih terdiam.

"Gitu dong.Itu baru teman ku.Kalu gitu kita langsung keruang OSIS,bukannya kita ada rapat? ya kan Nanta?" Ucap ku sambil melihat kearah Natan yang masih diam. Sedangkan Natan yang namanya aku panggil, sedikit tersentak Dan menjawab pertanyaanku.

"I..ia kita ada rapat OSIS." Ucapnya terbata.

"Ya udah ayo." Ucap Rina yang kembali ceriah lalu mengandeng tangan Reina untuk pergi keruang OSIS ,di ikuti Doni, Aku dan Natan.

Diruangan Pa Adrian.

Pa adrian sedang menahan sakit yang begituh menyiksa, keringat dingin mengalir di seluruh tubuh nya Dan kedua tanganya terkepal dengan kuat. Sampai tangan nya memutih, lalu Dia mengambil tas kerjanya dan menggeluarkan kotak kecil dari dalam tas itu.

"klek." Dia buka kotak itu dan mengeluarkan satu pil obat dan meminumnya dengan segelas air putih,

Dia tersenyum miris memendang kotak itu.

"Sampai kapan? Aku harus tergantung pada obat ini, dan rasa sakit ini selalu datang tiba tiba. Aaah.Kenapa harus seperti ini, bagai mana aku bisa memenuhi janjiku dan menemukan nya. Kalau aku sendiri selemah ini.

"Ya tuhan. Beri kan aku kekuatan untuk menahan rasa sakit ini, sampai aku menemuka Karin kecil dan memenuhi janjiku padanya." Ucap Pa Adrian dengan keputus asaannya. Namu sesaat kemudian dia menyadari Nama yang dia sebut.

"Karin.Bagai mana ke adaan gadis itu?Bodoh tadi aku meniggalkannya begitu aja." Dia melihat kearah jam yang melingkar di tangan nya, jam itu menunjukan 16.30 WIB. Ia berdiri dari duduknya dan melihat ke arah luar melalui jendela, ternyata di luar Hujan turun dengan deras, dan sepertinya semua murid SMAN NUSANTAR, seluruhnya sudah pada pulang begitu juga guru dan stap sekolah. Adrian menarik napas nya yang terasa berat.

"Sepertinya dia sudah pulang." Ucapnya dan kembali ke meja kerjanya.

Sedang kan di pintu masuk sekolah Karin berdiri sambil memainkan air hujan.

"Malang nya nasib ku di saat yang lain sudah pada pulang, Aku seorang diri di sini, sedangkan ketiga sahabat ku dengan tidak setia kawannya meningal kan aku, dengan tugas Osis yang harus di selesaikan hari ini juga dan di saat aku akan pulang hujan tak berhenti melaikan tambah deras. Malang nya Aku." Ucap ku.

"Eh Natan kemana ya? Bukan nya tadi kami di ruang Osis masih bareng, kemana dia? Apa dia juga ninggalin aku?Ah sudal lah." Ucap ku sambil menyentuh air hujan yang turun dari atap sekolah, dan sedikit bermain main dengan air hujan itu.

"Kamu masih di sinih?" Ucap seseorang yang Aku kenal.

"Bapa sediri.Ngapain masih di sini?" Tanyaku Ku. Setelah menengok kesebelah kanan melihat asal suara itu, lalu pandangan ku beralih lagi ke depan dan bermain lagi dengan air hujan.

"Aku seorang guru. Masih banyak tugas yang harus aku selesaikan, tapi kamu? Apa yang kamu lakukan, seharusnya kamu sudah pulang?"Tanyanua tampa melihat kw arah Ku, karena pandangannya pun mengarah kedepan melihat turunya hujan.

"Bapa aja yang terlalu rajin, Guru guru yang lain udah pada pulang. Kalau Aku tadi dapat tugas dari ketua Osis, jadi aku belum pulang." Jelas ku, dan setelah itu kami pun terdiam.

Hujan takunjung reda, malah semakin deras dan udara pun semakin dinggin. Aku memeluk tubuhku dengan sesekali mengusap tubuh ku dengan tangan agar sedikit terasa hangat. Dan ulah ku itu mengundang perhatian Pa Adrian dengan sesekali memperhatikan tingkah ku itu, sesaat kemudian tubuh ku terasa hangat, karena seseorang telah memakaikan jaket ketubuh ku. Aku melihat orang itu, ternyata Nathan yang udah memakaikan jaket ketubuh ku.

"Pakai lah, aku lihat kamu kedinginan." Ucapnya, dan berdiri di sebalah kiri ku karena di sebelah kanan Pa Adrian yang berdiri dan menatap kami dengan tatapan yang sulit di artikan, aku tak men jawab ucapan Natan melaikan membenarkan jaket biar posisinya nyaman saat aku pakai.

"Aku kira kamu udah pulang?" Ucap ku ke Nathan.

"Mana tega aku tingalin kamu sendiri." Jawab Natan.

"Tapi tadi aku liat kamu keluar. Makanya aku kira kamu udah pulang? Soalnya kamu ga balik lagi."

"Tadi aku kekamar mandi dulu. Tapi saat aku kembali kamu udah ga ada, dan pikirku kamu udah pulang? aku sedikit membereskan ruangan Osis. Mau pulang nga bisa, kerena hujan yang semakin deras." Jelas Natan.

"Pantas saja."

"Kamu suka hujan?"Tanya Natan yang melihat ku begitu asik memainkan air hujan dengan sesekali tersenyum dan itu sangat terlihat lucu di mata Nathan.

"Sangat suka. Apa lagi bermain main dengan air hujan rasanya ada kesenangan yang aku rasakan, tenang dan nyaman."

"Sungguh?"

"Yap."

Kali ini Natan melihatku, dengan tatapan penuh arti. Sehinga membuat sedikit tidak enak.

"Kenapa kamu liat aku kaya gitu?"Tanya ku curiga.

"Pulang bareng yu." Ajak Nathan.

"Sekarang?"

"Iya,bukan nya kamu suka hujan kan?"

Aku sedikit berpikir dengan ajakan Natan.

namun saat aku akan menjawab "ya", tiba tiba Pa Adrian melarang Nathan mengajak ku pulang, dan memaksa Aku untuk pulang dengan nya. Sehingga terjadi perdebatan antar Natan dan Pa Adrian.

"Tidak boleh." Ucap Pa Adrian dengan wajah dingin melihat ke arah Aku dan Natan.

"Kenapa tidak boleh?Apa maksud bapa?"Tanya Natan. Tapi Pa Adrian hanya diam.

"Bapa nga bisa seenak nya melarang aku mengajak Karin pulang bareng. Apa hak bapa? Karin juga gak menolak, Ya kan Rin?" Ucap Natan yang melihat kearah ku begitu juga dengan Pa Adrian. Sedang kan Aku hanya terdiam saat mereka melihat kearah ku.

"Kamu akan ajak Karin pulang dengan motor mu?! Apa kamu nga liat hujan semakin deras? Berkendaran motor saat hujan deras sangan berbahaya, apa kamu mau membahayakan Karin?" Seketika itu Natan terdiam, seolah dia membenarkan ucapan Pa Adrian.

"Maaf Karin. Aku nga memikirkan keselamatan mu." Ucap Natan.

Dan Aku tersenyum kearahnya agar Natan tidak terus merasa bersalah.

"Dan kamu. Pulang bersama ku?" Ucapnya dengan tatapan sedingin kutub.

"Pu..pulang sama Bapa? Pake motor? Tadi kan bapa bilang ke Nathan jangan pulang pake motor? Ga usah Pa, saya sudah pesan taksi." Jawab Ku. Sambil melihat ponsel karena aku merasa taksi yang aku pesan dari tadi belum datang juga. Melihat perdebatan mereka, aku memutuskan untuk memesan taksi online.

"Batalkan." Ucapnya tegas.

"Ga bisa gitu dong Pa, bukan nya saya ga ngehormati ajakan Bapa. tapi aku gamau.." Ucap ku terputus.

Ta ada jawaban dari Pa Adrian.Tapi sedetik kemudian Pa Adrian mengambil ponselku dan menanyakan paswourd nya.

"Eh pa ponselku. Ko di abil, kembaliin Pa." Ucapku dan berusaha ingin mengambil nya tapi karena postur tubuh Pa Adrian tinggi aku pun meyerah, dan membiarkan ponsel itu di ambil nya. Dan tingkah ku itu di lihat oleh Natan tampa bisa berbuat apa apa.

"Berapah pinya?" Tanya Pa Adrian, karena males berdebat lagi aku pun meberitauka pinnya.

"121099." Ucap ku. Untuk sesaat Pa adrian Terdiam, lalu mengotak atik ponsel dan mengembalikan padaku. Aku memeriksa punsel dan ternyata Pa Adrian membatal kan pesanan taksi online ku.

"Ih,bapa ga sopan." Ucap ku Kesel.

Lagi lagi gak ada jawaban, hanya tatapan yang aku dapat, Tatapan yang membuat jantung ku seperti habis lari maraton.

"Aduh, Pa tatapan mu meluluhkan hati eneng, jantung eneng jadi dag dig dug." Gumanku dalam hati dan aku pun protes.

"Bisa ga sih Pa. Jangan melihat kaya gituh."Ucap ku.

"Kenapa. Apa ada yang salah dengan tatapan ku? Jangan bilang kalau kau terpesona?" Ucapnya.

"Eleh elah, Bapa narsis juga. Ga tau kalau aku ga suka." Jawab ku.

"ha..ha..ha..,ternyata kamu gadis yang naif." Ucapnya sambil tertawa.

"Terserah" Ucap ku kesel.Dan Natan pun ikut tersenyum, mendengar ucapan ku.

Setelah perdebatan Aku dan Pa Adrian sebuah mobil memasuki halaman sekolah, dan berhenti di depan kami. Seseorang turun mengenakan payung dan juga membawa payung di tangannya.

"Selamat sore Tuan." Sapanya

"Hemm." Balas Pa Adrian sambil menganggukkan kepalanya.

"Maaf lama menunggu, tadi jalanan agak macet." Ucapnya sambil memberikan payung ke Pa Adrian setelah itu pamit dan kembali ke kursi pengemudi, sedang kan aku hanya melihat interaksi Pa Adrian dan supirnya.

"Ayo karin"

Bersambung

Episodes
1 Termenung
2 GURU KILER TAPI COOL
3 seseorang di masa lalu
4 SEBUAH SAPUTANGAN
5 ADRIAN WIJAYA
6 Adrian wijaya ll
7 Di Antar pulang
8 Sepayung Berdua
9 Bekas Tamparan
10 Bekas Tamparan ll
11 Di Rumah Pa Adrian
12 Kehebohan Tiga kurcaci
13 Siapa Dia?
14 Pelaratan meke up
15 Percayalah Pada Ku
16 Reydra Prayoga
17 Reydra Prayoga ll
18 Geng Motor
19 Kantor polisi
20 Takut gemuk
21 Naik Motor
22 Perpustakaan Kota
23 Teman Iren
24 Rasa sakitnya begitu menyiksa
25 Menjalan kan ibadah bersama
26 CCTV
27 Siapa yang menyuruh mereka?
28 Ciuman pertamaku
29 Aku Mencintai Mu
30 Pencuri Ciuman
31 Berjiarah
32 Keyakinan Ku benar
33 Mengikhlaskan Untuk Sebuah Janji
34 Janji Di Masa Kecil
35 Masmelon
36 Janji
37 Black Angel
38 Ka Adrian?
39 Jonathan
40 Penjelasan Adrian
41 Laut
42 Menghabiskan Waktu Bersama
43 Bertemu Kembali
44 Makan Siang
45 Welas Asih
46 Alasan
47 Salah paham
48 Tetaplah Bersama Ku
49 Menjelaskan
50 Karin menangis?
51 Sikap Yang Berubah
52 KARENA KAMU
53 Tante Elis
54 Dilema
55 Bermain di Taman
56 I Love You To..
57 Ratu Kepo
58 Tamu Bulanan
59 Epek Jera
60 Tragedi
61 Tragedi ll
62 Termakan Ucapan Sendiri
63 Bumerang
64 Gelisah
65 Kepingan Pazel
66 Aku MerinduKan mu
67 Karin Tersadar
68 Perhatian Adrian
69 Kondisi Karin
70 Trauma
71 Kebenaran
72 Keyakinan Juana
73 Takut Kehilangan
74 AKU SALAH
75 Penyesalan
76 Keputusan Adrian
77 Menyakitkan
78 Tak Ada Kabar
79 Hasrat Adrian
80 Penyesalan
81 Rasa Canggung
82 Waktu yang tersisa
83 Tetap Tersenyum
84 Kondisi Reydra
85 Kebahagiaan
86 Kecewa
87 Kerinduan
88 Wisuda
89 menjaga hati
90 Diam lagi
91 Misi yang sulit
92 Curiga
93 Dua kepribadian
94 Bi Inah
95 Tersadar
96 Menyiksa Diri
97 Kenyataan
98 Aura
99 Transplantasi
100 Menghitung Detik
101 Menggoceh
102 Seorang Wanita
103 Bunda Yuni
104 Menyerah
105 Posesif
106 Tidak Menyakiti
107 Menggoda
108 Kesalahan Di masa lalu
109 Bertemu Reydra
110 Mencari Informasi
111 Penerus PT. Adrias
112 Tiga Generasi
113 Rasa Takut
114 Trik Kotor
115 Kenyataan
116 Khawatir
117 Kesepian
118 Keputusan
119 Sekilas
120 Siapa Dia?
121 Maaf
122 Target
123 Konsekuensi
124 Bahagia atau terluka
125 Diam untuk mengalah
126 Tak Berpihak
127 Icon
128 Sosok yang di rindukan
129 Masalah Waktu.
130 Bertemu
131 Ragu
132 Dilema
133 Dilema 2
134 Merasa terabaikan
135 Waktu
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Termenung
2
GURU KILER TAPI COOL
3
seseorang di masa lalu
4
SEBUAH SAPUTANGAN
5
ADRIAN WIJAYA
6
Adrian wijaya ll
7
Di Antar pulang
8
Sepayung Berdua
9
Bekas Tamparan
10
Bekas Tamparan ll
11
Di Rumah Pa Adrian
12
Kehebohan Tiga kurcaci
13
Siapa Dia?
14
Pelaratan meke up
15
Percayalah Pada Ku
16
Reydra Prayoga
17
Reydra Prayoga ll
18
Geng Motor
19
Kantor polisi
20
Takut gemuk
21
Naik Motor
22
Perpustakaan Kota
23
Teman Iren
24
Rasa sakitnya begitu menyiksa
25
Menjalan kan ibadah bersama
26
CCTV
27
Siapa yang menyuruh mereka?
28
Ciuman pertamaku
29
Aku Mencintai Mu
30
Pencuri Ciuman
31
Berjiarah
32
Keyakinan Ku benar
33
Mengikhlaskan Untuk Sebuah Janji
34
Janji Di Masa Kecil
35
Masmelon
36
Janji
37
Black Angel
38
Ka Adrian?
39
Jonathan
40
Penjelasan Adrian
41
Laut
42
Menghabiskan Waktu Bersama
43
Bertemu Kembali
44
Makan Siang
45
Welas Asih
46
Alasan
47
Salah paham
48
Tetaplah Bersama Ku
49
Menjelaskan
50
Karin menangis?
51
Sikap Yang Berubah
52
KARENA KAMU
53
Tante Elis
54
Dilema
55
Bermain di Taman
56
I Love You To..
57
Ratu Kepo
58
Tamu Bulanan
59
Epek Jera
60
Tragedi
61
Tragedi ll
62
Termakan Ucapan Sendiri
63
Bumerang
64
Gelisah
65
Kepingan Pazel
66
Aku MerinduKan mu
67
Karin Tersadar
68
Perhatian Adrian
69
Kondisi Karin
70
Trauma
71
Kebenaran
72
Keyakinan Juana
73
Takut Kehilangan
74
AKU SALAH
75
Penyesalan
76
Keputusan Adrian
77
Menyakitkan
78
Tak Ada Kabar
79
Hasrat Adrian
80
Penyesalan
81
Rasa Canggung
82
Waktu yang tersisa
83
Tetap Tersenyum
84
Kondisi Reydra
85
Kebahagiaan
86
Kecewa
87
Kerinduan
88
Wisuda
89
menjaga hati
90
Diam lagi
91
Misi yang sulit
92
Curiga
93
Dua kepribadian
94
Bi Inah
95
Tersadar
96
Menyiksa Diri
97
Kenyataan
98
Aura
99
Transplantasi
100
Menghitung Detik
101
Menggoceh
102
Seorang Wanita
103
Bunda Yuni
104
Menyerah
105
Posesif
106
Tidak Menyakiti
107
Menggoda
108
Kesalahan Di masa lalu
109
Bertemu Reydra
110
Mencari Informasi
111
Penerus PT. Adrias
112
Tiga Generasi
113
Rasa Takut
114
Trik Kotor
115
Kenyataan
116
Khawatir
117
Kesepian
118
Keputusan
119
Sekilas
120
Siapa Dia?
121
Maaf
122
Target
123
Konsekuensi
124
Bahagia atau terluka
125
Diam untuk mengalah
126
Tak Berpihak
127
Icon
128
Sosok yang di rindukan
129
Masalah Waktu.
130
Bertemu
131
Ragu
132
Dilema
133
Dilema 2
134
Merasa terabaikan
135
Waktu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!