Usai akad digelar, tentu para orang tua merasa begitu bahagia bisa menyaksikan kedua putra-putrinya sudah menyatu dalam ikatan pernikahan yang sah menurut agama dan negara. Lebih dari itu, ada harapan bahwa pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung dengan baik, memiliki harapan yang indah, dan tentunya langgeng.
“Bersyukur, akad sudah selesai. Yuk, makan dulu yuk … kita makan bersama, usai ini ke hotel dan bersiap untuk resepsi sore hari ini,” ucap Ayah Dimas.
Sehingga para tamu yang hadir pun turut menikmati sajian makanan yang dipesan dari salah satu katering terenak di Jakarta itu. Sementara, Medhina dan Ravendra duduk bersama. Seolah tidak tahu harus berkomunikasi dari mana. Kendati demikian, Ravendra berusaha tenang dan tersenyum kepada keluarganya.
“Kalian makan juga yah? Biar Bunda ambilkan,” ucap Bunda Metta.
“Nanti saja Bunda, tadi Ravendra sudah sarapan kok,” balasnya sembari mengusap perutnya yang memang masih belum terasa lapar.
Apalagi usai nervous mengucapkan ijab kabul, rasanya perutnya begitu kenyang. Benar-benar tidak merasakan lapar. Bunda Metta pun tersenyum kepada menantunya itu.
“Makan dulu, biar mas yang katering sediakan makanan untuk kalian berdua. Nanti masih ikut acara sore, takutnya malahan lemes duluan,” balas Bunda Metta.
Bunda Metta kemudian meninggalkan Ravendra dan Medhina, memberi waktu kepada pasangan pengantin baru itu mengobrol dan kian mengenal satu sama lain.
“Kamu tidak makan?” tanya Ravendra kepada Medhina yang kini sudah resmi menjadi istrinya.
“Euhm, enggak … nanti saja,” balas Medhina.
“Makan yuk … dikit saja. Enggak enak sama Bunda udah disiapkan segini banyak,” balas Ravendra.
Medhina menganggukkan kepalanya, memilih makan sekadar sedikit dan mengisi perutnya. Lagipula, resepsi bisa membuat pengantin berdiri berjam-jam, karena itu memang benar harus makan terlebih dahulu supaya nanti bisa kuat berdiri berjam-jam lamanya.
***
Sore harinya ….
Di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, mengusung konsep garden party sebuah pesta pernikahan sedang digelar di sana. Para tamu undangan satu per satu mulai memasuki tempat digelarnya pernikahan itu. Sementara di pelaminan, Ravendra sudah bersiap mengenakan setelan jas. Pria tampan itu berdiri dengan mempesona dan menunggu mempelai wanitanya yang akan datang dengan menggandeng tangan Ayahnya.
Instrumen lagu-lagu romantis yang syarat akan cinta pun dilantunkan yang membuat suasana sore itu terlihat benar-benar romantis. Tidak berlangsung lama, Ayah Dimas datang dengan menggandeng tangan Medhina. Ini sekadar ceremoni, di mana seorang Ayah akan menyerahkan tanggung jawabnya terhadap putri satu-satunya kepada pria yang kini telah berdiri dan siap menyambut tangannya.
"Lihatlah Vendra sudah menunggumu. Ayah kira, Vendra adalah pemuda yang baik dan bisa menyayangi dan mencintaimu. Cintailah suamimu," pesan dari Ayah Dimas kepada Medhina.
"Dhina akan mencoba, Yah," balas Medhina dengan lirih.
"Ayah berdoa untuk kebahagiaan kamu, Dhina ... jadi, berusahalah. Memang membutuhkan waktu, tidak apa-apa, tetapi hormatlah kepada suamimu," ucap Ayah Dimas.
Saat mengucapkan semuanya itu, tibalah mereka di pelaminan. Di mana Ayah Dimas benar-benar menyerahkan tangan putrinya itu kepada Ravendra. Pun, demikian Ravendra yang menerima tangan Medhina dan mengucapkan terima kasih kepada Ayah mertuanya.
"Terima kasih Ayah," ucap Ravendra.
Ayah Dimas pun menganggukkan kepalanya, "Jaga Medhina," pesannya sebagai seorang Ayah kepada menantunya.
Di pelaminan itu, entah bagaimana caranya, tetapi kedua pengantin tampak saling melempar senyuman satu sama lain. Pengantin wanita yang cantik dan anggun dengan wedding dress-nya, sementara pengantin pria yang tampan dengan setelan tuksedo-nya. Benar-benar pasangan yang serasi.
Selain itu, Medhina juga sangat berani tampil dengan make up yang begitu flawless, tidak mencolok sama sekali. Pilihan lipstiknya juga memilih warna nude yang lembut. Rangkaian bunga-bunga juga dipilih Medhina sendiri untuk menghiasi kepalanya.
Namun, senyuman Medhina itu sedikit memudar saat melihat barisan tamu yang maju ke pelaminan dan mengucapkan selamat kepadanya. Siapakah yang datang hingga senyuman Medhina memudar?
Rupanya yang datang adalah sahabat karibnya sendiri yaitu Arsyilla dan suaminya, Aksara yang datang dan memberikan selamat untuk keduanya.
"Hei Dhina ... akhirnya. Kenapa enggak bilang-bilang kalau kamu menikah sama Vendra sih? Selamat yah ... selamat berbahagia," ucap Arsyilla yang mengucapkan selamat kepada Medhina.
"Makasih Syilla," jawab Medhina.
"Gila, selamat Bro ... akhirnya melepas masa lajang juga. Selamat membina rumah tangga. Semoga langgeng selalu yah," ucap Aksara sembari memeluk Ravendra.
"Sama-sama, mana nih keponakannya Uncle gak ikut?" tanya Ravendra.
"Enggak ... duo princess ada di rumah," balas Aksara.
Kemudian pandangan mata Arsyilla beralih kepada Ravendra, wanita itu mengulurkan tangannya kepada Ravendra untuk mengucapkan selamat kepada pria yang dulu pernah singgah sesaat di hatinya.
“Selamat ya Vendra … semoga bahagia dan langgeng dengan Medhina. Dhina ini sahabat aku, jadi jagalah dia. Bahagia selalu yah, till jannah,” ucap Arsyilla memberikan selamat kepada Ravendra.
Beberapa saat mereka di pelaminan, ada kameramen juga yang mengabadikan foto bersama mereka. Tampak Aksara kemudian menggandeng tangan Istrinya, “Yuk Honey … kita duluan yah. Selamat berbahagia yah sekali lagi,” ucap Ravendra.
Kali ini Ravendra tersenyum mendengar Aksara yang memanggil istrinya dengan panggilan sayang yang begitu khas itu. “Kalian sahabatan yah?” tanya Ravendra kepada Medhina.
“Hmm, iya … sejak kecil. Kenal Arsyilla yah?” tanya Medhina.
“Iya, kenal,” balas Ravendra. “Aksara juga kenal,” imbuhnya lagi.
Medhina menganggukkan kepalanya, melihat raut wajah dan gestur Ravendra, agaknya memang kali ini benar yang disampaikan Ravendra sebelumnya bahwa masa lalunya dengan sang mantan sudah benar-benar berakhir. Bahkan Ravendra juga terlihat ramah dengan Arsyilla dan Aksara, lebih dari itu Ravendra juga menanyakan kabar kedua putri kecil Arsyilla yaitu Aurora dan Anna. Sehingga Medhina berpikir bahwa sudah tidak ada hubungan lagi di antara suaminya itu.
“Kita sudah menikah, kamu ingin aku memanggilmu apa?” tanya Ravendra dengan tiba-tiba.
Medhina yang sedari tadi diam, mengerjap, gadis itu menatap wajah suaminya. Apa yang dimaksud oleh suaminya itu.
“Maksudnya? Panggilan apa?” tanya Medhina.
“Dipanggil Honey mungkin sama seperti Aksara tadi,” balas Ravendra.
“Enggak … enggak perlu. Panggil nama saja tidak masalah,” sahut Medhina. Gadis itu masih mengusahakan tersenyum, tetapi di hatinya begitu jengah. Hubungan keduanya belum semanis dan sedekat itu untuk memberikan panggilan sayang.
“Baiklah, terserah kamu saja. Memanggil namamu juga tidak masalah, Medhina,” balas Ravendra.
Lagi-lagi pemuda itu tersenyum, entah rasanya nama Medhina seolah sudah masuk ke dalam hatinya. Nama gadis yang sudah resmi dia persunting. Nama gadis yang akan menemaninya membingkai kisah rumah tangga berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Esther Lestari
Vendra sdh siap utk menerima Dhina, lha Dhina nya masih mikirin sang mantan.
2023-04-28
0
Gina Savitri
Medhina udah jadi istri jangan sampai vendra pergi karna merasa gak di cintai
Dalam pacaran aja salah satu ngasih cinta nggak sepenuh nya itu sakit loh apalagi sudah menikah 🙈
2022-10-06
2
sendy kiki
jangan bikin menyesal Dina apa yang sudah di depan mata.vendra terbaik daripada Andreas. buka hati mu Dina buat Vendra mencintaimu dengan tulus.💓💓💓💓
2022-10-06
1