Hari Sabtu yang ditetapkan pun tiba, di kediaman Ayah Dimas dan Bunda Metta kini tengah bersiap menyambut tamu yang akan datang ke rumah. Seorang pemuda yang sudah digadang-gadang akan menjadi calon menantu dan juga siap untuk mempersunting Medhina.
Sementara di dalam kamarnya, Medhina memilih diam. Beberapa kali Medhina tampak memejamkan matanya. Perasaan yang sungguh gila, sudah enam bulan berlalu sejak Andreas memutuskan pergi ke London, Inggris. Namun, hati Medhina masih terpaut kepada kekasihnya itu. Hati Medhina masih tidak bisa untuk melupakan sosok Andreas Saputra begitu saja.
Hari ini, seorang pemuda akan datang ke rumah, And ….
Seorang pemuda yang kemungkinan besar akan mempersuntingku …
Aku tidak punya waktu lagi, Andreas. Orang tuaku sudah mengatur semuanya ….
Sementara, bagaimana kabarmu di London sana, And? Sudah enam bulan berlalu, dan tidak ada pesan mau pun telepon darimu ….
Mungkinkah kamu sudah melupakan aku dan melupakan semuanya tentang kita?
Perasaan Medhina kian gundah. Untuk kali pertama, Medhina merasa tidak yakin dengan keputusannya. Hanya sekadar menemui pemuda dan keluarganya yang hendak datang itu saja membuat Medhina enggan, tidak bersemangat, bahkan jika bisa Medhina tak ingin menemui pemuda itu. Jujur saja, Medhina menemui pemuda asing itu hanya sekadar ingin menjaga nama baik kedua orang tuanya. Selain itu, dia ingin tidak mengecewakan Ayah dan Bundanya. Sebab, jika hanya dia satu-satunya putri Ayah dan Bundanya. Jika, dia mengecewakan hati kedua orang tuanya, Medhina merasa bahwa Ayah dan Bundanya akan sangat sedih.
Sore menjelang petang itu, Bunda Metta pun masuk ke dalam kamar Medhina untuk melihat putrinya itu, dan memastikan apakah putrinya sudah bersiap. Perlahan Bunda Metta mengetuk pintu kamar Medhina dan membukanya perlahan.
“Dhin … Dhina, sedang apa?” tanya Bunda Metta.
Ternyata Medhina masih duduk bersandar di sofa yang berada di sudut kamarnya. Medhina sama sekali belum bersiap, padahal tidak lama lagi pemuda dan keluarganya akan segera datang.
Dengan menghela nafas, Bunda Metta pun duduk di samping Medhina, “Kenapa Dhin? Kamu masih belum bisa melupakan Andreas? Sudah enam bulan berlalu, Dhina … sekarang zaman begitu canggih, orang bisa melakukan panggilan video, tetapi pemuda itu satu pesan pun tidak mengirimkannya kepadamu. Apa lagi yang kamu harapkan dari pemuda itu, Dhina? Untuk kali ini saja, Bunda dan Ayah meminta kepadamu untuk menerima pemuda yang akan datang itu. Dia adalah pemuda yang baik, putra dari seorang CEO di Jakarta. Hanya saja, dia tidak hidup mengikuti jejak Ayahnya, dia lebih memilih mandiri dan mengepakkan sayapnya sendiri. Lebih dari itu, dia sama dengan kita, Dhina. Ayah dan Bunda berharap padamu,” ucap Bunda Metta.
Menurut hati seorang Ibu, Bunda Metta merasa bahwa pacar anaknya itu telah pergi dan tidak memberikan kabar dalam enam bulan ini. Zaman sudah begitu canggih, teknologi bisa mendekatkan orang yang jauh menjadi dekat. Komunikasi antar benua saja juga memungkinkan untuk dilakukan. Akan tetapi, pemuda bernama Andreas yang pamit ke London untuk kuliah itu nyatanya tidak menghubungi Medhina sama sekali.
“Tenang saja, Bunda … nanti pasti Medhina akan turun dan menemuinya kok,” balasnya.
Bunda Metta menggerakkan tangannya dan memberikan usapan di bahu putrinya itu, “Coba buka hatimu, Dhina … masih belum terlambat. Semua bisa dijalani lagi dari awal. Coba mengenal dan menerima pemuda ini,” jelas Bunda Metta.
“Apa kami akan secepatnya menikah Bunda?” tanya Medhina dengan tiba-tiba.
“Untuk itu, keputusan ada di tangan Ayah kamu, Dhina … jadi, sekarang bersiaplah. Kenakan pakaian yang sopan, tersenyumlah menyambut pemuda itu dan berusaha mengenal dan menerima dia,” pesan dari Bunda Metta kepada Medhina.
Medhina menganggukkan kepalanya, wanita itu tersenyum, tetapi hanya sebatas sebatas senyuman getir. Sebab, di dalam hatinya sama sekali tidak ada kebahagiaan. Hatinya terasa diremas. Hanya bisa mengikuti apa yang sudah diatur oleh orang tuanya.
Usai Bunda Metta keluar dari kamarnya, Metta pun segera mempersiapkan diri. Wanita itu membersihkan tubuhnya, dan mengenakan dress dengan motif bunga-bunga yang panjangnya selutut. Tidak lupa, memberikan riasan tipis-tipis di wajah ayunya. Walau wajahnya bergelayut mendung, tetapi Medhina berusaha untuk menenangkan dirinya dan juga akan bersikap sopan dan berusaha tersenyum.
Hingga akhirnya, Bunda Metta pun kembali ke dalam kamar Medhina, dan mengajak putrinya itu untuk menemui keluarga dari pemuda yang hendak meminangnya itu. Medhina menghela nafas sepenuh dada, langkah yang dia ambil pun penuh ketidak yakinan. Hanya saja, Medhina tetap melangkah dan juga berusaha untuk menghadapi semuanya yang sudah ada di depan matanya.
Di ruang tamu, sudah duduk di sebuah sofa yang berada di ruang tamu itu, seorang wanita paruh baya yang masih cantik dan dengan seorang pemuda yang saat itu datang dengan mengenakan kemeja berwarna navy dan juga celana jeans panjang berwarna hitam.
Wanita paruh baya itu tersenyum, melihat Medhina yang begitu cantik dengan rambutnya yang panjang. Sementara si pemuda memilih untuk menundukkan wajahnya. Si pemuda pun tidak mengira bahwa hari ini akan tiba. Hari di mana akan menjadi kali pertama dia akan bertatap muka dengan wanita pilihan Mamanya itu.
“Perkenalkan … inilah putri kami. Putri kami satu-satunya, Medhina,” ucap Bunda Metta dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. Dengan penuh kebanggaan, dia mengenalkan putrinya itu kepada wanita paruh baya yang sangat cantik dan pemuda tampan itu.
Medhina yang semula menunduk pun perlahan mengangkat wajahnya. Pun sama halnya dengan pemuda itu. Untuk kali pertama, sepasang netra bertatapan. Keduanya sama-sama tertegun. Pertemuan pertama yang membuat Medhina dan pemuda itu sama-sama menghela nafas disertai dengan de-sahan karena tidak mengira bahwa wajah yang kali ini mereka tatap telah mereka jumpai sebelumnya.
“Anda?”
“Pramugari itu?”
Sama-sama melontarkan pertanyaan, dan juga tertegun seolah tak percaya dengan pertemuan pertama kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Adelia Rahma
Dhina itu jodoh mu dhin..jgn kw sia siakan demi cowok yang gak pernah ngabarin kamu..
dan itu juga sebagai bukti bahwa kamu memang tidak penting buat Andreas
2022-10-05
0
A R
sandra muncul jg
2022-10-02
0
A R
kami
2022-10-02
0