Ravendra tersenyum menatap wajah Medhina yang bersemu merah, kendati demikian Ravendra tidak akan menghampiri Medhina saat ini. Sekali pun dia begitu berhasrat, tetapi setidaknya hubungan suami istri itu terjalin karena kesepakatan bersama bukan karena hasrat semata.
Kedua bola mata pria itu turun dan melihat tanda merah yang dia buat di leher Medhina. Pria itu sontak tersenyum dan ibu jarinya bergerak untuk mengusap tanda merah di leher Medhina itu, “Sudah sah, kalau kamu adalah milikku,” ucapnya dengan menekankan ibu jarinya di bagian merah di leher Medhina itu.
Sontak saja, Medhina menepis ibu jari Ravendra yang masih bergerak di lehernya, “Gila,” umpatnya kali ini kepada Ravendra.
Usai itu, Medhina memilih untuk menuju tempat tidur dan menyelimuti dirinya. Berlama-lama dengan Ravendra, justru membuat darahnya semakin naik. Untuk itu, sekali pun hari belum terlalu malam, tetapi Medhina memilih untuk tidur.
Akan tetapi, saat Medhina menaiki tempat tidur dan menarik selimut putih yang tebal itu, Ravendra pun turut mengikuti Medhina. Tanpa permisi pria itu memeluk Medhina dari belakang, mendekapnya dengan begitu erat.
Pria itu menyibak untaian rambut Medhina dan berbisik lirih di sisi telinga Medhina, “Haruskah kita teruskan malam ini? Sekali pun hanya sebentar, tetapi aku tidak masalah,” ucapnya kali ini.
Akan tetapi, Medhina segera menggelengkan kepalanya, “Tidak! Lagipula, siapa yang mau. Main sendiri saja,” sahutnya.
Ravendra justru tertawa, “Hahahha, kamu tega banget sih, Dhin … aku sudah punya kamu, tetapi kamu justru menyuruhku bermain Solo. Bermain sendiri, kamu enggak asyik ah,” ucapnya dengan mengacak lembut puncak kepala Medhina.
Bak emosinya sudah di ubun-ubun, Medhina pun membalikkan badannya, hingga kini dia bisa berhadapan dengan Ravendra. Wanita itu menatap Ravendra dengan sorot matanya yang tajam, “Jadi, kamu menikahiku hanya untuk ini? Aku menyesal,” ucap Medhina pada Ravendra.
Rasanya rasa sakit di dalam dada menyeruak begitu saja, seolah bagi Medhina saat ini Ravendra menikahinya hanya untuk mendapatkan tubuhnya. Medhina berpikir semua pria sama saja dan hanya menginginkan kepuasan semata.
“Jika, kamu memang menikahiku hanya untuk itu, lakukanlah sesukamu terhadap tubuhku ini.” Kali ini Medhina berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Tanpa diprediksi Medhina membuka sendiri kancing piyamanya hingga menunjukkan bagian atasnya yang putih mulus, dengan sebuah braa berwarna pink yang terlihat begitu manis di sana. Sembulan buah persik yang terlihat manis, terkesan menggiurkan.
“Kamu menikahiku hanya untuk ini kan?” tanya Medhina dengan memincingkan matanya melihat Ravendra.
Sementara Ravendra sendiri, tidak mengira bahwa Medhina akan seemosional ini. Mungkin wanita di hadapannya memiliki sifat yang keras dan meledak-ledak seperti ini.
Ravendra pun kemudian duduk, tangannya juga bergerak untuk membawa Medhina untuk duduk, pria itu lantas mengancingkan kembali setiap kancing dan memasukkan pada sarang kancing piyama itu. Ravendra kemudian menatap Medhina dengan sorot matanya yang tajam, “Sayangnya, aku menikahimu bukan untuk mencicipi tubuhmu. Aku bukan pria berengsek yang hanya mengedepanku nafsuku. Sekali pun aku menginginkanmu, tetapi aku adalah pria baik-baik, aku yakin bahwa aku menikahimu bukan karena tubuhmu. Lebih dari yang kau tahu, aku berusaha untuk mencintaimu, berusaha memberikan hatiku sepenuhnya untukmu. Membina rumah tangga yang di dalamnya hanya ada kamu dan aku,” ucap Ravendra dengan tegas.
Mendengar ucapan Ravendra yang tegas, dan sorot matanya yang dalam, serta raut wajah yang menunjukkan keseriusan, Medhina pun mulai terisak. Dia memegangi puncak piyama yang berada di depan dadanya, meremasnya sekuat mungkin.
Ravendra kemudian membawa kedua tangannya untuk menyentuh kedua bahu Medhina.
“Lihat aku, Dhina … malam ini aku berjanji. Aku tidak akan menyentuhmu, hingga kamu yakin bahwa aku pria yang tepat untukmu. Biarlah dunia mengatakan bahwa aku bodoh, tetapi aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Seorang Ravendra Wardhana tidak akan pernah ingkar janji, kamu bisa memegang ucapanku ini,” usai mengatakan itu, Ravendra berdiri begitu saja dari tempat tidurnya, dan pria itu memilih pergi meninggalkan Medhina seorang diri.
Ravendra memilih menenangkan dirinya. Pria itu mengusap kasar wajahnya, hatinya terasa sakit saat Medhina membuka piyamanya dan menuduhnya bahwa dirinya menikah hanya untuk mencicipi tubuhnya. Sungguh, tuduhan yang melukai harga diri Ravendra.
“Suatu saat kamu akan datang padaku, Dhina … akan aku perlihatkan cintaku yang tulus untukmu,” ucap Ravendra sembari berjalan-jalan dan mencari angin segar di luar hotel malam itu.
Sementara di dalam kamarnya, Medhina pun menangis. Wanita itu meringkuk di atas tempat tidur, merasa dirinya memang bukan istri yang tunduk kepada suami. Bahkan malam pertama usai pernikahan harus dia jalani dengan air mata. Sungguh, Medhina hanya bisa meratap perih.
Wanita itu kemudian mengingat setiap perkataan Ravendra, hingga Medhina pun memilih memejamkan matanya. Benarkah ada pria yang tidak akan menyentuh istrinya tanpa seizin dari sang istri? Mungkinkah Ravendra benar-benar serius dengan ucapannya barusan?
***
Nyaris tengah malam, Ravendra kembali memasuki kamar hotelnya. Pria itu melihat Medhina yang meringkuk di atas tempat tidur. Kemudian Ravendra menarik selimut guna menyelimuti tubuh Medhina. Setelahnya, Ravendra pun membaringkan dirinya di sisi Medhina, pria itu memilih memunggungi Medhina.
“Tidurlah Dhina … maaf tadi aku menggodamu, hingga membuatmu menangis. Tidurlah, hari esok sudah menyambut kita,” gumam pria itu dan kemudian memilih memejamkan matanya.
Berharap malam akan membuainya dalam tidur yang lelap, dan berharap esok pagi keduanya bisa menyambut pagi dengan semangat yang lebih baik lagi. Lebih daripada itu, di dalam hatinya, Ravendra juga berharap bahwa Medhina bisa melembutkan hatinya. Dengan hati yang lembutlah, Medhina bisa merasakan tulusnya rasa yang sekarang Ravendra miliki untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Gina Savitri
Laki2 yg kamu bilang Gila itu suamimu loh medhina 😣
Sabar vendra..kaya aksa ke syila tuh pas ada kesempatan langsung aja cium tiba2 lama2 juga terbiasa 😁
2022-10-08
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
mau smp kapan kamu galon dhina
untung Vendra ga maen tangan saat sikapmu yg telah melukai hatinya...kayanya dhina hrs di tatar nh ttg konsep menikah...andai kedua orang tua dhina tau kelakuan anaknya sungguh kamu tlh membuat mereka malu
2022-10-07
1
Ainajla
lanjut up lg kak,,, makin semngat up kk... biar makin semngat hadiah meluncur untuk kk😘
2022-10-07
0