Belum selesai, rasa sesak yang Medhina rasakan. Wanita itu cepat-cepat menyeka air matanya yang sedari tadi membasahi wajahnya, dan kini dia harus mengulas senyuman di wajahnya karena sekarang ada Bundanya yang sedang melakukan panggilan video kepadanya.
Dengan menghela nafas, dan bercermin sejenak, memastikan tidak ada jejak-jejak air mata di sana, Medhina pun menggeser ikon telepon video berwarna hijau di layar handphonenya.
“Halo Bunda,” sapanya saat wajah Bundanya terlihat di layar handphonenya.
“Halo Dhina … baru ngapain kamu Sayang?” tanya Bunda Metta yang tersenyum dan menatap wajah putrinya melalui kamera di handphone itu. Walau jauh, dengan panggilan video seakan membuat jarak menjadi kian dekat. Sampai-sampai seolah tengah berbicara muka dengan muka.
“Baru istirahat di hotel, Bunda … besok jam 06.00 waktu Singapura sudah harus kembali terbang lagi. Penerbangan pertama dari Changi,” jawab Medhina.
“Ya jangan lupa tidur … istirahat yang cukup. Minggu depan jangan lupa, kosongkan jadwal kamu di hari Sabtu, karena teman Bunda itu akan datang,” ucap Bunda Metta kini.
“Iya, Bunda … hari Sabtu, Dhina tidak ada jadwal untuk terbang kok. Jadi, Dhina akan di rumah,” balasnya.
Walau dadanya masih sesak, perasaan yang belum usai, dan kini dia harus menerima kenyataan pahit karena orang tuanya akan menjodohkannya dengan pria lain. Pria yang tidak dia kenal sebelumnya. Pria yang tidak dia tahu asal-usulnya. Mungkinkah dengan pria seperti itu, dia bisa memasrahkan seluruh hidupnya.
Bukannya menerima begitu saja, jauh-jauh hari sebelumnya, Medhina pernah mengutarakan keberatannya dengan dalih Medhina tidak mengenal pria itu siapa. Medhina pun juga tidak yakin apakah bisa dia memberikan sedikit saja ruang di hatinya untuk pria itu. Sementara masih saja ada nama Andreas Saputra di hatinya. Mungkinkah dia bisa menjalani dengan tulus, sedangkan hati dan perasaannya saja masih tertuju pada sosok Andreas.
“Ya sudah Dhina … jangan lupa istirahat untuk penerbangan esok hari. Sabtu, jangan lupa yah … Bunda dan Ayah menunggumu, jangan kecewakan kami, Dhina,” ucap Bunda Metta dan mengakhiri panggilan video itu.
Begitu wajah Bundanya sudah terhilang dari layar handphonenya, air mata berlinangan begitu saja dari wajah Medhina. Rasa sedih, sesak, dan terluka adalah semua rasa yang memenuhi hatinya. Cintanya masih untuk Andreas, tetapi perjodohan sudah diatur dengan sedemikian rupa. Mungkin memang Medhina hanya bisa menerima apa yang sudah disepakati oleh kedua keluarga. Tidak bisa menentukan sendiri kepada siapa hatinya berpaut.
Medhina terisak dengan membawa tangannya untuk memukul dada, berharap bisa menekan rasa sakit yang amat sangat menyeruak itu. Rasa sakit yang tidak akan ada obatnya. Mungkinkah selamanya, dia harus menelan rasa pahit ini di sepanjang hidupnya.
“Lihatlah, Andreas … sebagai anak, aku harus menerima dan menjalani apa yang sudah ditetapkan oleh Ayah dan Bunda. Tak bisa lagi memilih apa yang aku mau. Sepenuhnya, kisah kita akan usai, Andreas? Sementara kamu di sana, tidak mencoba untuk memperjuangkanku … kamu pergi begitu saja, tidak ada kesan dan pesan, tidak ada daya yang bisa kamu lakukan untuk memperjuangkanku. Apa ini arti cinta untukmu, And? Cinta tanpa berkorban … cinta yang tidak berdaya dan upaya,” gumam Medhina dengan menekan dadanya yang terasa begitu sakit.
Wanita itu pun tertidur dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya, dan juga wajah Andreas yang masih terpampang di layar handphonenya. Begitulah setiap malam dilalui Medhina, dengan menangis dan menatap kekasih yang tidak pernah dia ketahui kabarnya selama enam bulan terakhir. Kekasih yang tidak mendapat restu dari orang tuanya.
***
Keesokan harinya ….
Menjelang subuh, Medhina telah terbangun. Sebagai Pramugari begitu banyak persiapan yang harus dia lakukan sebelum terbang. Mulai dari mandi, menata rambut, sampai bermake-up, dan itu harus dilakukan Medhina sendiri.
Dengan wajah yang sembab, Medhina terbangun. Gadis itu bergegas untuk membersihkan dirinya, dan juga bermake-up, serta persiapan lamanya. Sebelum jam 06.00 Waktu Singapura dia harus tiba di Bandara dengan awak kabin yang lain untuk penerbangan pagi hari ini.
Usai mandi, terpaksa Medhina harus menyeka kantung matanya dengan air hangat terlebih dahulu supaya matanya tidak terlihat sembab. Itu adalah rutinitas yang selalu dia lakukan di pagi hari. Sampai akhirnya terdengar ketukan dari pintu kamar hotelnya.
“Dhina, Dhin … sudah siap?” Aurel yang tampak mengetuk pintu kamar hotel yang ditempati oleh Dhina.
“Udah, kenapa?” tanya Medhina kepada temannya sesama Pramugari itu.
“Pinjem catokan rambut dong Dhin, sama hair spray … punya gue ketinggalan,” ucapnya.
Medhina pun menghela nafas dan kemudian membukakan pintu untuk temannya itu. “Gila, pasti deh catokan dan hair spray ketinggalan melulu … ingatnya jalan-jalan melulu sih, sampai perlengkapan sendiri ketinggalan,” sahut Medhina dengan sedikit ketus.
“Biasa … hanya yang gue pikiran, Dhin. Oh iya, loe mau enggak gue kenalin sama Pilot, Dhin? Maskapai sebelah, udah cakep, pinter, dan masih muda pula. Daripada loe murung dan mengurung diri di kamar terus,” ucap Aurel yang berniat mengenalkannya dengan seorang pilot dari maskapai sebelah.
Mendengar apa yang dikatakan Aurel, Medhina hanya bisa menggelengkan kepalanya, “Enggak … gak usah. Makasih … lagian jodoh gue sudah diatur sama Ayah dan Bunda,” ucapnya.
Berusaha menerima di bibir, tetapi merasa begitu berat di dalam hati. Hanya tak ingin membuat orang tuanya terluka dan kecewa, Medhina memilih untuk menerima saja apa yang sudah diatur oleh Ayah Dimas dan Bunda Metta.
“Gila, zaman udah canggih. Masih pengaturan jodoh, kayak loe gak bisa cari sendiri aja,” balas Aurel yang merasa tidak bisa menerima dengan apa yang baru saja Medhina sampaikan.
“Gue yang jalanin ikhlas kok. Ayah dan Bunda pasti memilihkan yang terbaik buat gue,” jawab Medhina.
Sekali lagi itu adalah jawaban yang hanya di bibirnya saja, tetapi tidak di hatinya. Sebab, jauh di dalam hatinya, yang Medhina cintai, yang Medhina tunggu, dan yang Medhina inginkan hanyalah satu orang pria dan itu adalah Andreas Saputra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Gina Savitri
Capek2 medina mikirin andreas, eh yg di pikirin udah sibuk sama cewek lain 🤔
2022-10-06
0
Adelia Rahma
cintamu benar benar sudah membuat kamu lupa segala galanya dhina
2022-10-01
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
6 bln ditinggal pacar tanpa kabar sungguh membangongkan sih
2022-10-01
1