Ada begitu banyak cara untuk mengingat romansa cinta pertama. Entah itu dari nama yang nyaris sama, dari bentuk wajah, dari postur tubuh, atau dari parfum yang terhirup mengenai indera penciuman. Sama dengan yang dialami pemuda yang memilih membuang muka ke arah jendela di pesawat itu.
Aku memang sudah mengikhlaskan kamu, Syilla …
Sepenuhnya sudah mengikhlaskan, terlebih kamu sudah bahagia bersama dengan Aksara dan kalian sudah dilimpahi dengan bayi kecil yang lucu …
Hanya saja, masih ada perasaan yang muncul dengan sendirinya.
Aku tahu ini salah … sangat salah.
Bagaimana pun aku yakin, Aksara yang tepat dan terbaik untukmu …
Pemuda itu akhirnya memejamkan matanya, dan membiarkan perjalanan udara kali ini akan bisa segera tiba di Singapura. Terlebih, jantungnya merasa tidak baik-baik saja saat bertatapan dengan Pramugari yang begitu cantik dan beberapa kali tersenyum kepadanya.
Hingga akhirnya, tidak terasa bahwa perjalanan hampir dua jam dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Changi sudah hampir terlampaui. Mulai terdengar pemberitahuan bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandara Internasional Changi, Singapura. Untuk itu, para penumpang diharapkan bangun, melipat meja, menegakkan sandaran, dan juga membuka penutup jendela.
Sayangnya, pemuda itu seakan tidak begitu mendengar karena begitu terlelap dalam tidurnya. Sehingga Pramugari cantik yang name tag di dadanya yang bernama M. Kartika itu pun berusaha membangunkan pemuda itu dengan menepuk bahunya.
“Permisi Pak … pesawat akan segera mendarat, silakan untuk bangun dan menegakkan sandaran,” ucap Medhina dengan halus.
Merasa dibangunkan, pemuda itu akhirnya pun mengerjap. Tampak kaget dengan wajah Medhina yang dekat dengan wajahnya, dan satu tangan yang masih bertengger di bahunya.
“Silakan untuk bangun Pak … pesawat akan segera mendarat,” ucap Medhina lagi mengulangi ucapannya barusan.
Pemuda itu pun menghela nafas dan menganggukkan kepalanya secara samar, kemudian mulai menegakkan sandaran kursi dan mengusap wajahnya perlahan. Mengumpulkan semua kesadarannya, dan bersiap untuk lepas landas.
Pesawat itu mulai mengurangi ketinggiannya di udara, dan kemudian menukik dan berputar perlahan. Mendapatkan posisi yang tepat, ketinggian di awan pun berkurang, dari udara terlihat Marina Bay Sands yang merupakan ikon Negara Singapura. Sampai akhirnya, pesawat udara pun mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Changi, Singapura.
Begitu pesawat sudah mendarat dengan sempurna, kemudian pemuda itu memilih menunggu saat penumpang sudah keluar dari pesawat. Barulah pemuda itu keluar, dengan mengambil ranselnya terlebih di dalam kabin pesawat.
“Biar saya bantu, Pak,” tawar Pramugari cantik tersebut.
Pemuda itu pun menganggukkan kepalanya, “Terima kasih,” sapanya sembari menerima ransel hitam miliknya yang diambilkan oleh Pramugari dengan name tag M. Kartika itu.
“Terima kasih kembali, Pak … sampai jumpa di penerbangan selanjutnya. Selamat jalan,” balas Pramugari itu dengan sopan.
Tentu itu bukan sapa yang berlebihan, tetapi memang berdasarkan dengan profesinya mengharuskan Medhina untuk bersikap ramah, sopan, dan tersenyum. Ucapan yang dia ucapkan juga formalitas sesuai dengan apa yang dia pelajari dulu.
Setelah seluruh penumpang turun, pesawat pun dibersihkan, dan kemudian Medhina bersama awak kabin pesawat memutuskan untuk menuju ke hotel beristirahat, keesokan harinya mereka akan melayani penerbang dari Singapura menuju ke Jakarta lagi.
Saat pemuda yang tidak lain bernama Ravendra itu menunggu di tempat pengambilan bagasi, ada Medhina dan para awak kabin pesawat yang berjalan melewatinya dengan mendorong koper mereka. Sungguh, melihat para Pramugari cantik berjalan dengan begitu anggunnya menjadi pemandangan yang indah bagi para penumpang. Termasuk Ravendra, yang tadi bertemu pandang dengan Pramugari dari maskapai penerbangan kelas eksekutif itu. Rambut yang ditata dengan sedemikian rupa, seragam pramugari yang mencetak bentuk tubuhnya, rok panjang dengan belahan yang tinggi hingga menunjukkan kaki jenjang. Ravendra menghela nafas dan membuang pikirannya jauh-jauh.
“Sadar Ven … kamu datang ke Singapura untuk tugas perusahaan. Menemui CEO dan menyerahkan projek yang akan kamu kerjakan, jangan sampai motivasimu runtuh karena melihat sosok Pramugari itu,” gumam Ravendra dengan menenangkan dirinya sendiri.
Sementara itu, Medhina kini telah menempati kamar hotel yang berada tidak jauh dari Changi, sehingga mobilitasnya sebagai kabin crew tidak terhalang, dan esok bisa bersiap untuk penerbangan selanjutnya.
“Nanti malam mau ikut hang out ke Quarke Clay, Dhin?” tanya Aurel yang adalah rekan sesama pramugari dengan Medhina.
“Enggak … aku mau istirahat saja, capek,” kilahnya.
Medhina sendiri memang tidak menyukai hang out. Juga, lebih baik berada di dalam kamar beristirahat dan mengisi Diary miliknya, membayangkan lagi kisahnya dengan Andreas yang belum usai.
“Ya sudah, nanti kalau butuh apa-apa, kabarin yah,” sahut Aurel.
Begitu malam tiba, Medhina hanya mengisi waktu di kamar hotelnya. Menatap sedih pada foto-foto Andreas di layar handphonenya. Semua kenangan di masa lalu seakan kembali lagi.
“And, kamu sedang apa di Inggris apa? Kita menatap langit yang sama, tapi di benua yang berbeda … bagaimana dengan kisah kita And? Selesai atau bagaimana? Minggu depan, orang tuaku akan mengenalkanku kepada pria lain. Bagaimana aku bisa, jika di hatiku ada namamu … bagaimana aku bisa jika hatiku belum sepenuhnya beres. Kenapa jalan cinta cinta berdua begitu terjal dan berliku seperti ini Andreas? Atau mungkinkah kita tidak akan pernah menyatu?”
Sontak setetes air mata luruh begitu saja, dada Medhina terasa begitu sesak. Cinta yang tidak jelas kepastiannya, hati yang belum beres. Walaupun enam bulan telah berlalu, tetap saja Medhina terkadang memimpikan Andreas akan pulang ke tanah air dan memperjuangkannya.
Benarkah bahwa sejak dulu cinta deritanya tiada akhir? Rasanya Medhina begitu sesak mengingat Andreas dan keputusan pria yang dicintainya itu pergi ke Inggris untuk menyelesaikan pendidikan S2-nya di sana. Sementara di sini, Medhina masih berharap, masih menunggu, dan tentunya di dalam hatinya masih ada nama Andreas di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Adelia Rahma
emang gak enak menanti yg gak pasti dhin..
tapi kamu harus ikhlas gak mungkin kalau Andreas cinta gak ngabarin kamu jika emang dia cinta ke kamu..
ini aja udh 6 bulan gak ada kabar itu artinya kamu gak penting buat dia dhin..
udah lepaskan aja Andreas buat apa menunggu kepastian kalau menyakitkan
2022-10-01
0
indy
saya datang kakak, siap menikmati kisah ini... semangat
2022-10-01
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
kirain ceritanya Evan ka
2022-10-01
1