Desakan sang nenek membuat mau tidak mau Sifa membuka suara tentang siapa Aldi.
"Aldi itu temen Sifa nek "
"Iya temen yang setia menjomblo demi Sifa, dia cinta banget sama Sifa" celetuk Meri membuat Sifa mendelik." Iya kan Nis?"
"Iya betul banget dah dari kelas satu ngejar Sifa, tapi sifanya aja yang belum mau, tapi kita yakin Sifa sebenarnya juga suka sama Aldi"
"Iya bener banget apa lagi Aldi setia banget ya Nis sama Sifa, nenek kalau kenal orangnya pasti suka, cocok banget sama Sifa nek" ucap Meri dengan semangatnya.Membuat para orang tua di sana hanya diam memperhatikan.
" Besok kita kenalin sama orangnya ya nek, kita ajak buat njenguk Sifa kesini sekalian ajang minta restu nek. Siapa tau kalo nenek sudah merestui Sifa bakal terima Aldi nek" Nisa tak kalah antusias.
Mendengar ocehan kedua sahabatnya membuat Sifa memijit pelipisnya merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri.
"Dasar sahabat luknut!"gumam Sifa.
"Fa....."
"Iya nek..."
"jangan melebihi batas ya nak!" ucap nenek Arum dengan nada rendah dan mata yang serius menatap Sifa.
"Ancaman macem apa ini" batin sifa.
Setelah kepulangan kedua sahabatnya Sifa mencoba memejamkan mata, hatinya tak enak pada nenek Ningrum dan Mamah Vino mengenai pembahasan Aldi tadi. Gadis itu berfikir menghindar lebih baik, karena sudah dapat dipastikan neneknya pun akan mengintrogasi dirinya.
Sampai kedatangan papah dan Vino tepat pukul delapan membawakan makan untuk mereka semua.
" Malam ini biar vino yang berjaga mah" ucap Vino ditengah makan malam mereka membuat mamah dan papah tersenyum tak menyangka.
"Benar Vino?"
"Ya..."
"Biar sama nenek ya Vino" ucap nenek Arum.
"Nenek juga pulang saja, biar Vino sendiri"
"Benar kamu bisa nak?" tanya mamah lagi mencoba meyakinkan.
"Iya mah aku bisa"
Sepeninggalan kedua orangtuanya dan nenek Arum Vino duduk di sofa dengan ponsel di tangannya. Sifa yang awalnya hanya ingin memejamkan mata menghindari sang nenek malah justru benar-benar tertidur.
"Eeuuugghhhh..... Nek"
"Nek..." Sifa yang haus memanggil nenek untuk mengambilkan minum.
Vino yang mendengar suara Sifa segera menghampiri ranjang Sifa untuk memastikan.
"Loh kok loe disini? Nenek mana?" tanya Sifa seraya mengedarkan pandangannya mencari nenek Arum.
"Mereka udah pulang, loe mau apa?"
"Hhaaaahhhh ......kok nggak bilang kalo mau pulang" ucap Sifa lirih yang masih dapat di dengar oleh Vino.
"Lo butuh apa?" tanya Vino lagi.
"Tolong ambilin gue minum Vin" ucap Sifa ragu. Vino segera mengambil gelas yang ada di samping ranjang Sifa, tapi sulit jika Sifa sendiri yang meraih.
"Nih..." Vino menyodorkan gelas tersebut kehadapan Sifa, yang langsung di ambil dan di teguk isinya sampai tandas kemudian mengembalikan lagi gelasnya kepada Vino.
"Makasih"
"Ada lagi nggak?" tanya Vino kemudian sifa menggelengkan kepalanya, pipi Sifa seketika memerah karena mengingat pagi tadi Vino dengan sengaja mencium keningnya. Dan perubahan wajah itu tampak jelas dalam pandangan Vino. Vino segera kembali ke sofa dan mulai mengotak Atik ponselnya lagi.
"Berarti gue berdua doank sama dia, gimana ini banyak orang aja berani nyium gue gimana nggak ada orang begini. Hhuuuuhhff"
Sifa mencoba untuk setenang mungkin dia mengaktifkan kembali ponselnya.
"Halo sayang kamu kangen banget ya sama aku?"
"Eh kamu lagi dimana sayang?"
"Rumah sakit"
"Kamu sakit, sakit apa padahal tadi kita kan masih mesra-mesraan Vin"
"Sepupu yang sakit" ucap Vino melirik Sifa yang diam termangu di atas ranjang.
Sifa mendengar jelas obrolan Vino dan Nita, dia mencoba tak perduli dan berselancar pada media sosial di ponselnya.
"Sayang mau kayak tadi lagi, kamu hebat mainnya aku suka"
"Besok lagi ya"
"Iya, bener ya....pilih yang VIP tempatnya besok sayang, biar lebih leluasa"
Deg
"Apa maksudnya, nenek kenapa model kayak gini yang bakal jadi suami aku, bahkan dia dengan bebasnya berhubungan dengan wanita" batin Sifa.
"Besok aku booking tempat VIP buat kita main"
" Makasih sayang, makin cinta sama kamu"
"Hhhmmm"
" Besok aku pakai kostum apa sayang?"
"Sesuai keinginan kamu aja, senyamannya tubuh kamu biar gampang nanti geraknya"
Sifa yang tidak kuat dengan obrolan dua sejoli itu segera turun dari ranjang dan menyeret kakinya yang sakit menuju kamar mandi, dan itu tidak lepas dari pandangan Vino.
Sesampainya di kamar mandi Sifa menutup kencang pintunya.
"Gila tu orang bebas banget pacarannya" pikir Sifa yang sudah mengarah ke zona dewasa.
"Gue yakin udah sering mereka tapi gimana kalo setelah nikah tuh cewek hamil, nenek benar-benar udah kayak nggak ada cowok yang lain aja sich nek" gumam Sifa dengan tangan yang membasahi wajahnya.
"Belum jadi suami aja udah nggak menghargai gue yang ada di deketnya gimana udah jadi suami asli bisa-bisa makan hati gue tiap hari"
Setelah buang air kecil dan menenangkan dirinya yang cukup lama Sifa memutuskan untuk keluar dari toilet. Tapi saat dia membuka pintu, Sifa di kejutkan oleh Vino yang sudah ada di hadapannya.
"Eh....." Sifa mengelus dadanya.
"Elo ngapain disini?"
"Loe ngapain di dalam lama banget?"
"Bukan urusan loe"
"Oh oke" ucap Vino segera melangkah menjauh dan meraih jaket serta kunci motornya kemudian pergi meninggalkan Sifa sendiri.
" Apa dia marah, tapi kenapa dia yang marah"
Sampai pukul 00.00 Vino belum juga kembali, Sifa yang sedang berselancar di media sosial merasa sangat kesepian di ruangan yang besar ini.
"Nggak balik beneran, sendirian donk gue"
"Kenapa ada ya laki-laki jahat banget kayak dia" gumam Sifa melihat sekitar ,sunyi, senyap, dingin, ada kegelisahan di hatinya sampai Sifa memutuskan untuk tidur tapi tidak juga berhasil.
"Nek, Sifa sendirian di sini kenapa tadi nggak ngajak Sifa aja sich, Sifa takut nek" ucap Sifa menitikkan air matanya. Untuk menghubungi nenek juga Sifa tak tega, pasti nenek lelah merawatnya.
" Mamah papah Sifa takut...." air mata Sifa terus mengalir sampai matanya pun berat dan mulai tertidur.
Sifa bukanlah gadis penakut, tapi bayangan buruk tentang rumah sakit membuat nyalinya menciut apa lagi jika dia mengingat saat orang tuanya meninggal dulu.
Ceklek
Vino datang tepat pada pukul tiga dini hari, melangkah menuju ranjang Sifa dan memandang wajah Sifa yang larut dalam mimpi, tangan vino terulur ke ujung mata sifa yang masih meninggalkan jejak air mata.
" Dari dulu loe udah nggak suka sama gue, dan gue akan buat loe terus membenci gue"
" Sejak dulu di mata loe gue cowok nggak bener, dan sampai kapanpun gue nggak akan berubah, gue akan wujudin sesuai pikiran loe"
Setelah itu Vino melangkah menuju sofa dan membaringkan tubuhnya disana, mencoba menenangkan hati yang terus berselisih, menolak diri untuk kembali, mengikuti keinginan sang pemilik hati, sampai titik air meleleh di pipi. Sejak mendengar informasi dari salah satu temannya, penolakan dulu yang menyakitkan kembali ia rasakan lagi walaupun di hati sempat membenci sebelum kebenaran terbukti. Tapi Vino tak bisa membohongi diri jika ada rindu di hati.
Keduanya saat ini sudah larut dalam mimpi menyisakan kesedihan di hati Sifa dan kepedihan di hati Vino.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
gia nasgia
Mungkin vino pernah nembak Sifa tapi Sifa nya yg nolak🤔
2023-02-18
0
Luluk Luk
vino dulu mungkin ada perasaan sama Sifa ya tor/pernah ditolak Sifa?
2023-02-14
0