Saat ini Sifa dan Aldi tengah duduk di kursi teras cafe, cafe yang sudah tutup menyisakan mereka berdua. Aldi menunggu Sifa sampai jam kerja gadis itu selesai. Aldi baru mengetahui jika Sifa bekerja paruh waktu sebagai pelayan cafe, tapi satu hal yang membuat Aldi salut pada Sifa, Sifa masih mempertahankan peringkatnya bahkan juara olimpiade yang masih di kuasai oleh gadis itu walaupun setiap hari kegiatannya begitu padat.
"Udah lama kamu kerja?"
"Lumayan udah ada 3 tahun..."
"Bahkan aku baru tau sekarang" ucap Aldi sedikit menyesal.
"Loe gue aja kayak biasanya nggak usah aku kamu kayak orang pacaran" ucap Sifa dengan senyum yang merekah.
"Kenapa?" Tanya Aldi menatap wajah Sifa.
" Kenapa apanya?" Sebenarnya Sifa tau kemana jalan pikiran aldi arah pembicaraannya tapi Sifa berpura-pura tidak mengerti dia masih bingung jika harus di tagih jawaban oleh Aldi.
"Kenapa belum jawab sampai sekarang?"
"Maaf Al sejujurnya gue belum berani buat memulai suatu hubungan" ucap Sifa menundukkan kepalanya. Tangan Aldi terulur mengangkat dagu Sifa agar menatap matanya.
"Tapi loe suka nggak sama gue?" Tanya Aldi menatap dalam mata Sifa.
"Ada rasa di hati gue buat loe, tapi untuk memulai hubungan dengan loe gue nggak ada keberanian Al, gue takut ngecewain loe nantinya"
"Kenapa nggak di coba?"
"Masalah hati bukan untuk bahan percobaan Al"
"Gue bakal tetap nunggu loe buka hati buat gue, sampai rasa suka loe berubah jadi rasa sayang dan bahkan jadi rasa cinta ke gue" ucap Aldi menggenggam tangan Sifa.
"Jangan berharap lebih sama gue Al, gue cuma cewek yang belum banyak mengerti tentang cinta. Gue nggak mau cuma ngasih harapan buat loe."
"Gue nggak peduli sampai kapan gue nunggu loe, selama nama loe belum tertera di buku nikah cowok lain, gue akan tetap mengharapkan cinta loe Fa," ucap Aldi yang membuat senyuman manis Sifa mengembang.
"Walaupun nantinya gue bakal ngecewain loe, apa loe tetap mau jadi temen gue?" Tanya Sifa dengan senyum di wajahnya.
"Iya, itu resiko dari mencintai Fa."
"Ok" ucap Sifa mengulurkan jari kelingkingnya dan di sambut oleh Aldi.
******
Sesampainya di kamar kost Sifa segera merebahkan tubuhnya di kasur, sebenarnya badan Sifa masih kurang fit hari ini tapi karena tidak enak jika harus ijin lagi, Sifa memaksakan diri untuk tetap masuk kerja.
Setelah rasa letihnya sudah mereda Sifa segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Badan yang lelah tidak menyurutkan Sifa untuk belajar, gadis itu membuat secangkir coklat untuk menemani malamnya.
Tepat pukul 12 malam Sifa segera membereskan buku dan menyiapkan segala keperluan untuk sekolahnya esok hari. Sebelum tidur Sifa membuka tas dan mengambil obat untuk ia minum.
"Hhuuuuhhff,"
Sifa segera merebahkan tubuhnya, matanya yang masih terjaga membuat otaknya masih sibuk berpikir, kata-kata nenek tadi pagi mulai teringat kembali.
"Masak iya masih bocil begini suruh nikah."
" Nek....nek.....kenapa nggak nenek aja yang nyari jodoh, biar bisa nemenin masa tua nenek."
"Ngapa jadi gue anak baru gede begini di suruh nikah, sekolah aja belum tamat," gumam Sifa.
"Ya kalo yang jadi jodoh gue ganteng, kalo udah tua dengan perut buncit gimana, hhhiiiihhhhh!" Bayangan itu membuat Sifa bergidik ngeri.
Karena efek obat yang Sifa minum tadi membuat ia tertidur.
*******
Mamah vino yang keluar dari kamar untuk mengambil minum dikagetkan dengan vino yang pulang dengan kondisi tak sadarkan diri karena kebanyakan minum.
"Maaf Tante, kita berdua sudah mengingatkan Vino tapi dia masih saja minum," ucap Rian yang sedang membopong Vino bersama Geri.
"Kalian juga kenapa masih suka keluyuran malam."
" Maaf Tante," ucap Rian dan Geri bersamaan.
"Ya sudah cepat antar vino ke kamar setelah itu kalian segera pulang dan istirahat,besok kalian masih sekolah".
"Baik Tante."
Setelah Rian dan Geri pulang, mamah segera menghampiri vino, membelai rambut vino dengan sayang.
"Sampai kapan sifat kamu seperti ini nak, papah dan mamah seakan telah gagal mendidik kamu. Kamu anak satu-satunya mamah, mamah tidak mau kamu gagal Vin." Setelah mengucapkan segala keluh kesahnya beliau mencium kening vino dan segera meninggalkan kamar vino.
Pagi harinya di rumah keluarga Baratajaya sang nenek datang berkunjung, mamah dan papah vino di buat terkejut dengan kedatangan nenek Arum pagi-pagi di kediaman mereka.
" Assalamualaikum Bu, kenapa nggak bilang mau berkunjung?" Ucap papah Vino yang menyambut kedatangan ibunya.
"Ibu kangen sama cucu ibu, mana cucu ibu?"
"Mungkin masih di kamar Bu sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah, sebentar ya saya panggilkan dulu," ucap mamah pada nenek Arum.
"Pah ajak ibu ke ruang makan dulu nanti kita sarapan sama-sama."
"Iya mah, mari Bu..." Kemudian papah dan nenek Arum segera menuju ruang makan.
Mamah vino segera naik menuju kamar Vino, beliau yang melihat anaknya masih bergulung di bawah selimut hanya mampu menggelengkan kepalanya.
"Vin.....Vin bangun nak," ucap mamah mencoba membangunkan vino.
"Vin......"
"Mmmm......iya mah," vino masih berusaha membuka matanya yang terasa berat.
"Cepat kamu mandi! Nenek sudah menunggu di bawah Vin"
"Hah.....ngapain sich mah kok tumben nenek pagi-pagi sudah sampai sini!" Tanya Vino yang merasa heran kehadiran nenek yang datang mendadak. Apa lagi pagi-pagi begini, sedangkan nenek yang tinggal jauh di Yogya, tentu saja sudah ada niatan tertentu.
" Mamah nggak tau, udah yang penting sekarang kamu cepat mandi dan bersiap."
"Iya mah," ucap Vino segera beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.
Setelah melihat Vino yang sudah masuk kamar mandi mamah segera turun dan berkumpul bersama ibu mertua dan suaminya.
"Ibu nggak biasanya kesini tanpa kabar, apa ada masalah Bu?" Tanya papah Vino yang masih saja penasaran.
"Tidak ada masalah apa-apa tapi ibu akan membantu kalian membuat Vino agar lebih baik lagi, ibu tau anak itu masih nakal kan?"
" Iya Bu, saya sudah tidak tahu lagi harus gimana, anak itu masih suka foya-foya, pulang malam, dan mabuk-mabukan Bu," ucap papah tampak frustasi.
"Sabar semoga dengan keputusan ini anak itu bisa berubah."
" Apa solusinya Bu?" Tanya papah lagi.
"Kita jodohkan anak itu dengan cucu dari sahabat ibu....."
"Siapa yang mau di jodohkan nenek?" Tanya Vino yang baru saja menuruni anak tangga membuat yang ada di sana terkejut.
"Siapa nek?" tanya vino lagi setelah duduk di kursinya.
"Kamu yang akan nenek jodohkan."
Mendengar dirinya yang akan di jodohkan membuat Vino justru tertawa terbahak-bahak.
"Nenek ini ada-ada aja, emang masih jaman nek.....lagian candaan nenek nggak lucu, vino masih sekolah kok udah mau di nikahin aja" ucap vino dengan nada yang meremehkan, melanjutkan tertawanya lagi.
"Siapa yang bercanda?" Ucap nenek dengan nada dingin. Mamah dan papah jelas mengerti jika nenek sudah bersikap seperti itu, mereka hanya diam dan memperhatikan keduanya.
"Nek......"
"Tidak ada bantahan Vino," ucap nenek dengan nada tinggi.
"Tapi aku nggak mau di jodohkan nek, aku bukan papah dan mamah yang menurut saja peraturan yang nenek buat"
"VINO!" Bentak sang papah yang tidak terima dengan ucapan anaknya.
"Vino punya jalan hidup sendiri tanpa harus kalian tentukan mau kemana dan Vino bukan anak kecil yang seenaknya kalian atur."
"Kalau kamu bukan anak kecil seharusnya kamu bisa membedakan mana yang baik untuk kamu dan mana yang buruk, tapi apa? kamu masih suka hang out pulang larut malam, mabuk-mabukan, itu yang kamu bilang bukan anak kecil?" Tegas papah yang sudah tidak mengerti jalan pikiran anaknya.
"Vino tetap tidak mau di jodohkan!"
PRANG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments