Saat ini Vino sedang menunggu Sifa di depan ruang IGD, mamah,papah dan nenek sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Begitupun nenek Arum yang mendapat kabar dari nenek Ningrum bergegas berangkat menuju rumah sakit dengan kekhawatiran yang nampak jelas di wajahnya.
Vino terduduk di kursi tunggu dengan kepala yang menunduk, sesekali tangannya mengusap kasar rambut dan wajahnya. Dari arah parkiran nenek Arum yang telah sampai segera berlari menghampiri ruang IGD, dan di susul keluarga Baratajaya yang juga baru sampai disana.
"Vino bagaimana keadaan Sifa?" tanya nenek Arum yang telah berdiri di hadapan Vino.
" Sifa masih di periksa dokter nek"
"Vino....." seru mamah dan nenek Ningrum.
"Bagaimana bisa Sifa masuk rumah sakit?" tanya mamah yang tak kalah khawatirnya.
"Aku menemukan Sifa di jalan bersama dengan dua preman yang mencoba melecehkannya" jawaban Vino membuat nenek Arum, nenek Ningrum, dan mamah menangis. Sedangkan papah memijit pelipisnya berpikir dan mencoba untuk tenang.
Ceklek
Mendengar suara pintu terbuka semua segera berdiri dan mendekati dokter yang tampak keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana dengan keadaan cucu saya dok?" tanya nenek Arum.
"Kondisi pasien masih lemah, ada beberapa luka di area lengan dan lutut sebelah kiri dan rahang pasien yang lebam di duga akibat kekerasan yang pasien alami. Ada trauma mungkin karena kejadian pelecehan yang dia alami seperti cerita mas nya tadi".
"Makasih dok"
"Setelah ini pasien akan di bawa keruang inap, jika ingin menjenguk saya harap tidak mengganggu istirahat pasien"
"Baik dok" ucap nenek Arum.
"Ya sudah kalau gitu saya permisi dulu"
Setelah Sifa di pindahkan keruang VIP sesuai permintaan papah, semua yang ada disana memasuki dan mendekat kearah ranjang Sifa. Wajah pucat dengan lebam di rahang, perban di lutut dan lengan Sifa yang sudah menutupi lukanya. Nenek kembali menangis melihat cucunya terkulai lemah di ranjang rumah sakit.
"Sabar Rum, semoga Sifa lekas sembuh"
"Untung ada Vino, kalau tidak aku tidak tau lagi bagaimana nasib cucuku Ningrum" ucap nenek Arum yang terisak di pelukan nenek Ningrum yang mencoba menenangkan.
" Kamu tenang ya, yang terpenting sekarang adalah kesembuhan Sifa"
"Iya nek....sabar ya kita duduk dulu di sofa sambil menunggu Sifa siuman" ucap papah Vino mengajak semuanya untuk duduk di sofa.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tampak papah Vino dan Vino yang masih terjaga, sedangkan kedua nenek dan mamah Vino tertidur di sofa.
"Papah harap setelah kamu menikah nanti kamu mampu bertanggung jawab atas keluarga kecilmu, tinggalkan semua yang membuatmu merugi, apa lagi kalau kamu sampai bermain api dengan wanita lain, ingat pesan papah secantik dan sebaik apapun wanita diluar sana tidak ada yang setulus istri sendiri Vino" ucap papah mencoba menasihati Vino.
"Dan papah harap kamu akan mencoba belajar menjalankan bisnis papah, karena hanya kamu penerus keluarga kita kelak Vin" ucap sang Papah yang tidak mendapatkan jawaban dari Vino, dia hanya diam menatap kearah ranjang yang di tempati Sifa dan bayangan Sifa yang berlari memeluknya kembali berputar di pikirannya.
Pagi harinya nenek Ningrum tengah menyiapkan sarapan untuk semua yang ada disana kecuali Sifa yang telah mendapat makanan dari pihak rumah sakit. Nenek Arum duduk di kursi samping ranjang Sifa menunggu cucu kesayangannya siuman.
"Rum ayo kita sarapan dulu" ajak nenek Ningrum.
"Iya nek, ayo..... Jangan sampai nanti nenek ikut sakit" ucap mamah Vino.Akhirnya nenek Arum beranjak dari tempat duduknya dan bergabung untuk sarapan bersama.
Sifa mencoba membuka matanya, dia melirik kearah lengan yang sakit dan infus yang menempel di tangannya. Semua yang ada di sana belum menyadari Sifa yang sudah sadar dan Sifa pun belum menyadari ada keluarga Baratajaya di sana.
Pintu toilet yang terbuka membuat atensi Sifa teralihkan, dia melihat Vino yang sudah segar dan rapi berbalut seragam sekolahnya. Begitupun Vino, langkahnya terhenti melihat Sifa yang sudah membuka matanya.
"Nek, Sifa sudah sadar" ucap vino pada nenek Arum, yang membuat nenek Arum segera beranjak mendekati ranjang Sifa.
"Sifa....."
"Iya nek" lirih Sifa.
" Alhamdulillah kamu sudah sadar nak" ucap nenek Arum yang diikuti ucapan syukur dari yang lain kecuali vino yang sejak tadi hanya diam menatap wajah Sifa. Kemudian berjalan menuju sofa dan mulai sarapan. Melihat itu membuat mamah Vino tidak enak pada nenek Arum da Sifa.
"Maaf ya Sifa Vino memang begitu orangnya, cuek semoga nanti kamu bisa meluluhkan hatinya ya" ucap mamah Vino yang mendapat senyuman dari Sifa.
"Gimana keadaan kamu nak? Masih ada yang sakit?"
"Masih sedikit Tante"
"Jangan panggil Tante donk, panggil mamah seperti Vino ya"
" Iya Tan...eh mamah" ucap Sifa terbata.
"Dan panggil saya juga seperti Vino" ucap papah Vino.
"Iya Papah"
"Sebenarnya apa yang membuat kamu sampai seperti ini nak?" tanya nenek Arum.
"Tas Sifa mau di rampas sama dua orang yang nggak Sifa kenal nek, tapi setelah mereka melihat Sifa mereka malah ingin melecehkan Sifa"
"Ya Allah...memang ada apa di dalam tas kamu, kenapa mereka ingin merampas tas kamu? " tanya nenek Ningrum.
"Tas Sifa mana nek?" tanya Sifa mengedarkan pandangannya mencari tas milik nya.Vino mendekat memberikan tas Sifa beserta ponsel yang semalam dia amankan.
" Makasih " ucap Sifa menerima tas yang vino ambilkan.
Kemudian Sifa membuka tas tersebut dan mencari amplop coklat yang semalam dia masukkan dan memberikannya pada nenek.
"Ini apa nak?" tanya nenek bingung.
" Karena itu alasan awal mereka mencelakai Sifa nek" ucapan Sifa membuat nenek penasaran, nenek membuka amplop coklat tersebut kemudian tercengang dengan isinya.
"Itu gaji Sifa nek" ucap Sifa sebelum nenek berfikir macam-macam.
" Mulai besok nggak usah kerja lagi ya, nenek tidak mau kamu mengalami kejadian seperti ini lagi" ucap nenek Arum.
" Tapi nek...."
" Semua untuk kebaikan kamu Sifa, kalau saja malam itu Vino tidak datang menyelamatkan kamu, nenek sudah tidak mampu membayangkan akan seperti apa kamu sekarang" ucap nenek.
"Iya nak lagian sebentar lagi kamu akan menikah dengan Vino, biarkan Vino belajar untuk bertanggungjawab atas keluarganya" ucapan papah membuat Sifa melirik ke arah Vino dan justru membuat pandangan mereka terkunci.
Kejadian semalam nyata terlintas di kepala Sifa, bagaimana Vino menolongnya hingga pelukan hangat Vino yang menenangkannya malam itu.
"Makasih Vin loe udah nolongin gue, gue nggak tau bakal gimana gue sekarang tanpa loe" batin Sifa.
"Ya udah papah berangkat ke kantor dulu ya, Vino kamu mau sekolah kan, ayo bareng papah ke depan" ucapan papah memutus kontak mata keduanya.
Papah dan Vino segera bersiap untuk berangkat, mamah mencium tangan papah dan papah mencium kening mamah, kemudian mencium tangan kedua nenek dan tidak lupa dengan Sifa yang mencium tangan Papah.
Lalu Vino juga berpamitan kepada kedua orangtuanya dan nenek Arum juga nenek Ningrum vino mencium tangan mereka kemudian segera menyusul papah yang sudah berada si depan.
"Vin...." seru mamah membuat langkah Vino terhenti.
"Pamit Sifa dulu donk" ucap mamah membuat Vino berbalik kemudian mendekati ranjang Sifa, dan mereka para orang tua segera menjauh.
" Gue barangkat"
"Makasih buat yang semalam Vin, loe udah nyelamatin gue" ucap Sifa tanpa ada balasan dari Vino hanya mata Vino yang sejak tadi menatap nya.
" Kalo loe nggak ada mungkin saat ini gue...." belum selesai ucapan Sifa jari Vino sudah berada di bibirnya untuk menghentikan.
" Nggak usah ngomong yang nggak penting di dengar, fokus aja sama kesehatan loe dan jangan bocor ke yang lain apa lagi sampe Nita dengar, gue nggak mau bikin dia cemburu" ucap Vino membuat Sifa kesal dan segera membuang muka.
" lagi yang ember siapa" gumamnya yang masih didengar oleh Vino.
Cup
"Vino berangkat ya mah....."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments