Part 10

Setelah semalam mengusir Gilang dari kamarnya, Belva justru tak bisa terlelap sama sekali. Takut ucapannya akan benar-benar dilakukan oleh Gilang.

Dia yang menantang, dia juga yang ketakutan.

Nyeri di perutnya sudah hilang. Berganti dengan rasa haid di hari kedua. Rasanya mau bersin saja harus mencari tempat duduk dulu agar lebih nyaman.

Sayup-sayup terdengar suara kedua orangtuanya dan Gilang yang sedang mengobrol. Belva tahu mereka tengah mengobrol di kursi yang ada di dekat kolam renang. Karena hanya di tempat itu suara-suara bisa terdengar jelas dari kamar Belva.

Belva turun berniat untuk sarapan. Semalam tak sempat dia menyantap sesuap nasi saja karena tak tahan merasakan sakit pada perutnya.

Benar dugaannya. Mereka semua ada di pinggir kolam renang.

Tanpa menunggu mereka, Belva duduk di kursi meja makan dan mengambil sarapannya secukupnya.

"Loh, udah bangun, Bel? Sarapan, kok, nggak nungguin suaminya, sih?" tanya Vita yang sudah berdiri di dekatnya. Darmawan dan Gilang pun juga datang dan langsung duduk di kursi mereka masing-masing.

"Kamu kalau tidur udah kayak kebo ya, Bel? Suaminya datang sampai nggak dengar. Kamu nggak tau kan, kalau Gilang sampai mandi di kamar mandi kamar tamu karena nggak mau kamu keganggu? Dia juga ketiduran di sana."

Belva enggan untuk melirik Gilang yang sudah merekayasa kejadian semalam. Kenapa pula Gilang tak mengatakan kalau Belva tidak hamil, dan dia siap menceraikan Belva? ucap Belva dalam hati.

"Suaminya diambilkan sarapannya, dong, Bel. Makan sendiri enak banget kamu ini."

Tanpa menggubris ucapan Mamanya, Belva langsung meminum air putih yang ada di hadapannya. Beranjak dari kursinya dan mengalami kedua orangtuanya. Sedangkan Gilang dia anggap tidak ada di sana.

"Loh, loh. Malah mau kemana kamu ini? Masuk kuliah masih Minggu depan, to? Masih pagi pula ini, Bel."

"Aku ada janjian sama teman, Ma, Pa. Aku pergi dulu."

"Nggak pamit sama Gilang? Belva!!!" Darmawan menaikkan sedikit suaranya memanggil Belva yang sudah keluar dari ruang makan.

Bahkan suara mobilnya terdengar begitu cepat meninggalkan pelataran rumah mereka.

"Maaf kalau Belva nggak sopan, ya, Lang. Sifat dia masih labil. Saya jadi tidak enak sama kamu," ujar Darmawan tak enak hati.

Kekhawatirannya melepas Belva menikah akhirnya terjadi juga. Dia masih terlalu kekanakan dalam menyelesaikan masalah. Jika tidak dalam keadaan terpaksa, tentu Darmawan tak akan menikahkan putri satu-satunya itu.

"Tidak apa-apa, Pa. Nanti saya ngobrol sama dia lagi. Mungkin masih butuh waktu untuk sendiri," balas Gilang dengan senyuman di bibirnya.

Meskipun dalam hati dia tidak bisa tenang membiarkan Belva pergi sendiri dalam keadaan marah seperti itu.

Mungkin ucapannya semalam begitu lancang dan menyinggung perasaan Belva. Bisa saja Belva marah karena juga kembali teringat malam itu. Malam yang membuat Belva seperti kehilangan kepercayaan dirinya di hadapan Gilang.

***

Gilang menyusuri jalanan kota Surabaya untuk mencari keberadaan Belva. Lagi-lagi nomornya tidak bisa dihubungi sama sekali. Membuat Gilang semakin khawatir dibuatnya.

Tak banyak tempat di Surabaya yang Gilang ketahui. Apalagi tempat yang sering didatangi oleh Belva. Juga siapa saja teman Belva di sini yang mungkin saja bisa memberikan informasi tentang keberadaan Belva.

"Kamu di mana, sih, Bel?" Gumamnya lirih saat mobilnya berhenti karena lampu merah.

Saat lampu kembali hijau, tak sengaja Gilang melihat mobil Belva dari arah yang berlawanan. Gilang hafal betul warna dan plat nomornya.

Tapi Gilang masih harus mencari jalan untuk memutar arah karena tidak bisa memutar arah di sembarang jalan. Ada aturannya.

Dan hal itu membuat Gilang kehilangan jejak mobil Belva.

"Sial!!!" Hampir tiga tahun tak diributkan soal ngambeknya perempuan, kali ini Gilang harus berurusan lagi dengan hal tersebut. Dan bisa saja selamanya akan seperti ini.

Menghadapi marah dan kesalnya Belva setiap harinya nanti. Karena tak terbesit di benak Gilang untuk menceraikan Belva.

Semua masih bisa diperbaiki. Nyatanya dia menerima keadaan Belva bagaimanapun itu. Gilang hanya butuh waktu untuk meyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar mencintai Belva.

***

Setelah melihat mobil Belva di jalan, Gilang segera kembali ke rumah Darmawan. Dengan harapan Belva sudah pulang, dan mereka bisa bicara soal masalah semalam.

Gilang tersenyum lebar saat melihat mobil Belva sudah terparkir di depan rumah. Gilang segera turun untuk menemui Belva.

"Belva sudah pulang, Budhe?" tanyanya pada budhe Puji untuk memastikannya.

"Sudah, Mas Gilang. Tadi langsung naik ke kamarnya."

"Baik. Terimakasih, Budhe."

Gilang segera menaiki tangga. Saat membuka pintu kamar Belva, terdengar suara air dari dalam kamar mandi. Gilang duduk di atas sofa menunggu sampai Belva keluar dari kamar mandi.

Mas perlu dingerteni

Tetegke atiku wis koyo ibumu

Ora tau nggersulo ngadepi polahmu

Sing nggawe atiku atiku tatu

(Mas, perlu kamu tau)

(Ketegaran hatiku sudah seperti ibumu)

(Yang tidak pernah mengeluh menghadapi tingkahmu)

(Yang membuat hatiku terluka)

Suara Belva terdengar melengking di dalam sana. Gilang tidak paham apa arti lagi yang dinyanyikan oleh Belva karena berbahasa Jawa.

Tak berapa lama, Belva sudah berganti lagu lagi. Bedanya kali ini menggunakan bahasa Indonesia. Jadi Gilang bisa mengerti lagu tersebut.

Jika memang ini tak ada harapan

Mengapa aku yang harus jadi tujuan

Saat hatimu terluka

Aku yang jadi obatnya

Tanpa pernah kau hargai

Cinta dan kasih yang setulus ini

Mengapa sulit...

Untukku bisa miliki hatimu...

Bahkan selama ini, hadirku tak berharga untukmu

Yang terjadi kini, ku hanya rumah persinggahanmu

Di saat kau terluka..

Dan di saat semuanya reda

Kau menghilang begitu saja

Memang sedikit banyak ada yang nyambung dengan kisah mereka. Gilang tau pasti Belva menyanyikan lagu itu benar-benar dari hatinya. Gilang rasa lagu yang berbahasa Jawa tadi pun artinya tak jauh berbeda dengan lagu milik Fabio Asher itu.

Setelah sepuluh menit menunggu, ditemani dengan suara pas-pasan yang dipaksakan untuk bernyanyi dengan nada tinggi, akhirnya Belva pun keluar juga dari kamar mandi.

Gilang segera mengalihkan pandangannya. Sedangkan Belva berteriak kencang melihat ada Gilang di sana.

Bagaimana mungkin tidak terkejut? Tubuh putih mulus Belva hanya terlilit selembar handuk saja tanpa penutup yang lain. Gilang yang sempat melihatnya pun pasti menelan ludahnya. Wajar, dia lelaki normal. Apalagi wanita di hadapannya itu sudah sah menjadi miliknya. Tak masalah sebenarnya jika dia ingin berlama-lama melihatnya.

Belva segera masuk kembali ke kamar mandi. "Kak Gilang ngapain di sini?" teriaknya dari dalam kamar mandi.

"Suaramu bagus, Bel. Besok kita rekaman aja gimana?" Gilang tertawa kecil.

"Kak Gilang menghina aku, ya?"

"Enggak ada. Keluar, Bel, kita perlu bicara!"

"Nggak mau. Kak Gilang keluar dari kamar aku dulu."

"Ya sudah. Saya keluar dulu. Jangan lama-lama. Nanti panggil saya kalau sudah selesai."

"Iya!!!"

Gilang memutuskan untuk segera keluar dari kamar Belva. Meredakan apa yang sempat dia rasakan saat melihat Belva hanya mengenakan handuk seperti itu.

"Tahan, Gilang," ucapnya berkali-kali. Memberi afirmasi pada dirinya sendiri agar tak teringat terus akan bahu mulus milik Belva. Apalagi tetesan air dari rambut yang keluar dari lilitan handuk di kepalanya membuat Belva semakin sek*i di matanya.

Ah, lama-lama Gilang bisa gila sendiri jika seperti ini.

***

Belva duduk di kursi yang ada di pinggir kolam renang, menunggu Gilang selesai berenang.

Karena reaksi ilmiah dari dalam tubuh Gilang tadi membuat Gilang memutuskan untuk berenang sambil menunggu Belva selesai memakai bajunya.

Tapi sekarang malah Belva yang dibuat menunggu.

Demi bisa mengimbangi Gilang yang pemikirannya jauh lebih dewasa ketimbang Belva, Belva memilih untuk memenuhi permintaan Gilang untuk bicara.

Karena kebiasaan Belva adalah lari dari masalah. Haduh!

Belva tak bisa berkedip saat melihat Gilang yang sudah naik ke atas, memperlihatkan tubuh tegapnya, perut yang kotak-kotak. Serta sesuatu yang menonjol jelas di bagian bawah perut.

Belva langsung mengalihkan pandangannya saat Gilang menghampirinya. Kedua tangannya mengusap rambut dengan handuk. Terlihat begitu... Ah, sudahlah. Belva tak mau membahas hal itu.

"Maaf, jadi nunggu lama."

"Enggak apa-apa," jawab Belva tanpa menatap Gilang.

"Perutnya udah sembuh."

Belva menganggukkan kepalanya. "Udah."

"Masuk kuliah kapan?"

"Minggu depan."

"Kita ke Jakarta, ya. Mama sama Papa juga pengen ketemu. Dua hari aja, kok. Nggak lama."

Belva diam tak menjawab apapun. Diam yang Gilang anggap adalah sebuah persetujuan.

♥️♥️♥️

Terpopuler

Comments

Runik Runma

Runik Runma

sabar

2024-02-15

0

Yati Xty123

Yati Xty123

sabar bel akan indah pada waktunya,

2023-08-29

1

Norfadilah

Norfadilah

Sabar Neng....😣

2023-06-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 46
48 Part 47
49 Part 48
50 Part 49
51 Part 50
52 Part 51
53 Part 52
54 Part 53
55 Part 54
56 Part 55
57 Part 56
58 Part 57
59 part 58
60 Part 59
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 69
71 Part 70
72 Part 71
73 Part 72
74 Part 73
75 Part 74
76 Part 75
77 Part 76
78 Part 77
79 Part 78
80 Part 79
81 Part 80
82 Part 81
83 Part 82
84 Part 83
85 Part 84
86 Part 85
87 Part 86
88 Part 87
89 Part 88
90 Part 89
91 Part 90
92 Part 91
93 Part 92
94 Part 93
95 Part 94
96 Part 95
97 Part 96
98 Part 97
99 Part 98
100 Part 99
101 Part 100
102 Part 101
103 Part 102
104 Part 103
105 Part 104
106 Part 105
107 extra part 1
108 extra part 2
109 Extra part 3 ( END )
110 Terimakasih
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 46
48
Part 47
49
Part 48
50
Part 49
51
Part 50
52
Part 51
53
Part 52
54
Part 53
55
Part 54
56
Part 55
57
Part 56
58
Part 57
59
part 58
60
Part 59
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 69
71
Part 70
72
Part 71
73
Part 72
74
Part 73
75
Part 74
76
Part 75
77
Part 76
78
Part 77
79
Part 78
80
Part 79
81
Part 80
82
Part 81
83
Part 82
84
Part 83
85
Part 84
86
Part 85
87
Part 86
88
Part 87
89
Part 88
90
Part 89
91
Part 90
92
Part 91
93
Part 92
94
Part 93
95
Part 94
96
Part 95
97
Part 96
98
Part 97
99
Part 98
100
Part 99
101
Part 100
102
Part 101
103
Part 102
104
Part 103
105
Part 104
106
Part 105
107
extra part 1
108
extra part 2
109
Extra part 3 ( END )
110
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!