Memergoki

"Heyy.. ngelamun aja, ngelamunin apa sih Nggi?" Dita yang baru saja menyusul Anggia kekantin membuat gadis itu sedikit terlonjak.

"Ihs, kaget tahu nggak sih Dit."

Dita tergelak, "Salah sendiri malah ngelamun, lagian si Rafka cinta mati kok sama Lo, nggak mungkin dia ninggalin elo, jadi nggak usah dipikirin lah." Dita menarik salah satu kursi kosong yang berhadapan dengan Anggia kemudian mendudukinya.

"Jangan bahas dia lagi Dit."

"Lho, emangnya kenapa? ada yang salah? eh tunggu-tunggu, Lo sama si Rafka lagi nggak berantem kan?"

"Gue sama dia udah putus Dit."

"Nggak lucu banget candaan Lo."

"Siapa yang bercanda."

"Eh, jadi_ serius?" Dita melebarkan kedua matanya tak percaya.

"CK, menurut Lo emang gue kelihatan lagi bercanda."

"Nggi?"

"Udahlah Dit."

"Ini_ ini gue lagi nggak mimpi kan?" Dita mencubit pipinya sendiri untuk meyakinkan bahwa dirinya memang sedang tidak bermimpi.

Ia terlalu syok dengan apa yang baru saja ia dengar, hampir semua teman disekolahnya tahu bahwa hubungan Anggia dan Rafka sudah sangat lama dan terlihat baik-baik saja, bahkan tidak sedikit dari mereka yang merasa iri dengan hubungan keduanya, lalu sekarang?

"Tapi kenapa Nggi, apa yang terjadi?"

"Gue rasa mungkin diantara kita udah nggak cocok lagi aja Dit."

"Gue nggak percaya Nggi, Lo sama Rafka_ putus."

"Tapi itu kenyataannya Dit."

"Rafka punya cewek lain, atau lo_"

"Kita memutuskan untuk berpisah karena diantara kita memang udah nggak ada kecocokan aja Dit." sela Anggia, ia mungkin harus sedikit berbohong terhadap sahabatnya Dita, dengan tidak membongkar keburukan Rafka yang telah berselingkuh dibelakangnya, walau bagaimanapun selama dua tahun lebih ini Rafka pernah menjadi bagian hidupnya yang menyenangkan.

"Tapi Nggi sayang banget, gue masih inget si Rafka bilang mau terus sama-sama Lo sampai kalian menikah."

"Semua orang yang pernah berpacaran pasti memiliki angan-angan seperti itu kan Dit, ya seperti yang kita tahu manusia cuma bisa berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan."

Dita terlihat mengangguk, seolah langsung paham dengan apa yang dikatakan oleh Anggia, meski sebenarnya ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi.

Mengenai kisah Rafka dan Anggia yang sangat ia sayangkan.

"Nggi, tapi Lo nggak apa-apa?"

Anggia mengangkat kedua bahu, dengan senyuman tipis.

"Seperti yang Lo lihat, I'm fine Dita."

"Yakin?"

"Iya."

"Nggi?"

"Dit, Lo masih menganggap gue teman kan?"

"Lo ngomong apa sih ngaco, yaiyalah sampai kapanpun Lo bakalan tetap jadi sahabat gue."

"Kalau begitu, mulai sekarang tolong jangan bahas lagi soal Rafka, bisa?" pinta Anggia dengan sungguh-sungguh, yang membuat Dita terdiam sebentar, sebelum kemudian menganggukan kepala dengan senyum tipis.

"Oke Nggi, sebagai sahabat yang baik apapun keputusan elo gue pasti akan mendukung."

"Thanks Dita, Lo emang sahabat gue yang paling baik."

*

Anggia mengusap peluh yang beberapa kali menetes dari dahinya, di siang hari yang cukup terik itu ia masih setia berdiri menunggu angkutan umum yang biasa melewati jalan tersebut.

Beberapa menit yang lalu, sopir yang biasa ditugaskan Nattan untuk mengantar jemputnya kesekolah sedang berada di bengkel untuk memperbaiki mobilnya yang entah mengapa tiba-tiba mogok ditengah jalan.

Membuat Anggia pada akhirnya memilih untuk pulang naik Angkutan saja terlebih sopir tersebut memberi saran yang sama khawatir jika ia terlalu lama menunggu.

Namun hingga setengah jam lamanya ia menunggu, tak ada satupun angkutan umum yang lewat, bahkan ditempat mereka biasa mangkal sekalipun.

"Anggi kamu belum pulang?" suara yang begitu familiar menyapa Indra pendengaran Anggia, membuat gadis tersebut menoleh seketika.

"Belum." jawab Anggia singkat, yang kembali memusatkan fokusnya kearah semula.

"Mau aku anter pulang?" tawarnya.

"Nggak usah." jawab Anggia cepat, membuat lawan bicaranya berdecak lirih.

"Nggi please! kamu boleh marah sama aku Nggi, tapi kamu harus tetap memperhatikan keselamatan kamu sendiri, kamu nggak lihat disekitar sini mulai sepi Nggi." ucap pemuda yang tak lain adalah Rafka mantan kekasihnya.

"Aku bisa jaga diri sendiri."

"Rafka?" sentak Anggia saat merasakan tubuhnya yang kini berada dalam pelukan Rafka, pelukan yang masih sama menghantarkan kehangatan yang selama dua tahun ini menjadi sandaran ternyamannya, tak dapat ia pungkiri rasa itu masih sama sampai kini.

"Lepaskan Raf." ucapnya membrontak, mungkin jika statusnya masih sama seperti dulu Anggia akan sedikit melupakan rasa sakitnya membiarkan tubuhnya untuk tetap berada dalam dekapan Rafka, yang juga sangat ia rindukan.

Namun kini Anggia menyadari seburuk apapun perlakuan Nattan, tidak dapat merubah statusnya sebagai istri dari pria tersebut.

"Sebentar aja Nggi, please!"

"Nggak bisa Rafka." Anggia mendorong tubuh Rafka sekali lagi tapi kali ini mendorong lebih keras, hingga pelukan Rafka ditubuhnya terlepas seketika.

Rafka menunduk, kemudian menyentak napasnya dengan cukup kasar, "Ok Nggi, tapi_"

"Anggia!"

Deg!

Sontak kedua mata Anggia terbelalak lebar saat mengetahui siapa yang datang.

"Mas Nattan?"

Ya, lagi-lagi pria tersebut memergokinya yang tengah berduaan dengan Rafka.

"Saya tunggu di mobil." setelah mengatakan hal tersebut Nattan melangkah terlebih dahulu memasuki mobilnya yang ternyata tidak jauh dari tempat Anggia dan Rafka berdiri.

"Nggi?" Rafka mencekal pergelangan tangan Anggia, yang langsung membuat Anggia paham walau hanya menatap dari sorot matanya yang menunjukkan bahwa Rafka butuh penjelasan.

"Maaf Raf, aku harus pulang."

*

Sudah setengah perjalanan yang mereka lalui menuju rumah Nattan, namun pria tersebut masih diam dengan wajah datarnya, hingga Anggia tak sedikitpun memiliki keberanian untuk bertanya.

Namun di sisi lain ia merasa penasaran dengan sosok Nattan yang datang tiba-tiba, sementara hampir dua Minggu ini pria tersebut jarang terlihat, bahkan untuk sekedar menyapanya saja sepertinya sangat enggan.

"Lain kali kalau mau pacaran cari tempat yang lebih aman dan tertutup, biar tidak sembarang orang dapat melihatnya." ucapan yang berupa sindiran Nattan membuat gerakan tangan Anggia yang hendak membuka pintu mobil terhenti seketika, dan menoleh kearah pria tersebut.

"M-maksud mas Nattan?"

"Sudah jelas kan? jadi tidak perlu saya perjelas lagi." Nattan memasang senyum sinis.

"Saya sama Rafka_"

"Keluar sekarang juga, saya harus kembali kekantor."

"Tapi mas_"

"Keluar saya bilang Anggia!" sentaknya, yang seketika membuat tubuh Anggia menciut dan bergegas keluar meninggalkan Nattan yang mencengkram kemudi dengan kedua mata yang memerah menahan amarah.

*

*

Terpopuler

Comments

Efvi Ulyaniek

Efvi Ulyaniek

wkwkwkwkwkwk...marah ya.. ngobrol donk mas Ben ga salah paham

2023-10-28

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus ceria

2023-04-16

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

BODOH ngapain gak jujur aja sih,,Saat Dita tau kamu yg udah menikah,malah Dita yg akan salah paham dia pikir kamu yg telah berselingkuh,,Hadeehhh,,,🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!