Setelah selesai dengan urusannya di KUA Anggia bergegas mendatangi rumah sakit untuk menemui neneknya.
"Gimana keadaan nenek ma?" ujar Anggia begitu ia tiba didepan kamar dimana sang nenek tengah dirawat.
"Anggia tidak perlu khawatir nak, nenek hanya dehidrasi dan kelelahan." jelas mama Indri menenangkan.
"Terimakasih ya ma, sudah membantu membawa nenek kesini, Anggi mau menemui nenek dulu." ijin Anggia yang langsung diangguki mama Indri dengan senyum lembut seperti biasa.
Pelan Anggia membuka pintu, kemudian menghampiri sang nenek yang sedang memejamkan kedua matanya, ia menarik salah satu kursi yang berada dipojok ruangan, untuk ia duduki disamping sang nenek.
"Nek, Anggi udah pulang nek, nenek apa kabar? nenek cepat bangun ya! nenek tahu nggak sekarang Anggi udah jadi istri orang secara resmi, baik agama maupun hukum."
"Menurut nenek apa yang harus Anggi lakukan selanjutnya nek, Anggi nggak mencintai mas Nattan nek." ucapnya dengan derai air mata seraya menggenggam tangan keriput sang nenek yang kemudian ia tempelkan di pipi kirinya.
Saat ini perasaan Anggia memang tengah berkecamuk, ada perasaan sedih yang tak mampu ia jabarkan.
Mungkin dari kebanyakan orang menikah itu adalah hal yang ditunggu-tunggu dan diharapkan, namun berbeda dengan Anggia yang justru merasakan hal sebaliknya, terlebih melihat kondisi sang nenek yang terbilang lemah diatas ranjang pesakitan sana.
Tak pernah ia bayangkan sebelumnya bahwa ia akan menikah di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, terlebih pernikahan ini terjadi karena sebuah kesalahpahaman.
***
Setelah tiga hari dirawat dirumah sakit, akhirnya nenek Widuri pun di perbolehkan untuk pulang, dan untuk semua biaya pengobatannya mama Indri yang menanggung, sebagai ucapan terimakasih sekaligus permintaan maafnya terhadap Anggia yang dengan sukarela mau menerima tawaran untuk tetap menjadi menantunya, walaupun harus menggunakan sedikit paksaan.
Nenek Widuri tetap tinggal dirumah sebelumnya, karena ia tidak mau meninggalkan rumah yang sejak dulu sudah menjadi tempat tinggalnya, bahkan berulang kali mama Indri berusaha membujuknya, nenek Widuri tetap menolak.
Dan untuk berjaga-jaga akhirnya mama Indri mengusulkan untuk menempatkan seorang asisten rumah tangga untuk menemani nenek Widuri, tak hanya itu mama Indri mengirimkan beberapa macam barang-barang yang baru untuk isi rumah tersebut.
Begitupun dengan gerobak tempat nenek Widuri kini telah di sulap menjadi sebuah kios yang cukup nyaman untuk ditempati berjualan saat panas ataupun hujan sekalipun.
Dan hal tersebut membuat Anggia mau tidak mau untuk tetap bertahan disisi Nattan meski pria tersebut tak sekalipun memberikan perhatian kepadanya, namun dengan kebaikan mama Indri yang begitu besar cukup membuat Anggia untuk mampu bertahan.
***
Setelah meminta ijin kesekolahnya untuk libur beberapa hari karena harus menemani sang nenek dirumah sakit, kini Anggia pun kembali masuk sekolah seperti biasa.
"Tumben Nggi naik mobil,? dianterin siapa?" Dita menyenggol tangannya begitu mereka bertemu didepan pintu gerbang sekolah.
"Euhmz itu_" Anggia gelagapan, ia tidak mungkin mengatakan jika pria bermobil yang baru saja mengantarnya adalah Nattan suaminya.
"Siapa?" ulang Dita tak sabaran.
"gue juga nggak tahu Dit, tadi dijalan nggak sengaja ketemu, terus dia nawarin supaya gue ikut."
"Masa sih?" tanya Dita ragu.
"I-iya, udah ah masuk kelas yuk, hari ini pelajaran pertama gurunya pak Bandi kan,?"
"Iya."
"Yaudah tunggu apa lagi, masuk yuk! nanti telat dikit bisa-bisa kena semprot lagi lho." ajaknya, membuat Dita menurut dan melupakan rasa penasarannya.
Lalu keduanya pun memasuki kelas dengan langkah tergesa-gesa.
Dita merupakan satu-satunya murid perempuan yang mau berteman dengan gadis miskin sekelas Anggia, walaupun tak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit murid laki-laki yang menaruh perhatian lebih pada gadis tersebut.
Anggia yang terkenal ramah dengan kecantikannya yang menonjol meski tanpa polesan make up itu menjadi buah bibir para murid laki-laki, baik yang seangkatan dengannya maupun adik kelasnya sendiri.
Banyak diantara mereka yang berlomba-lomba untuk menyatakan perasaannya terhadap Anggia, yang berakhir dengan sebuah penolakan.
Dan Rafka merasa bangga karena ia satu-satunya orang yang dapat memenangkan hati Anggia.
"Nggi, cowok Lo tuh, tumben sih dia nggak nyapa kayak biasanya, Lo ngerasa aneh nggak sih sama sikapnya si Rafka?" ujar Dita saat istirahat tiba, dan hendak berjalan kearah kantin.
"Gue udah nggak ada urusan lagi sama dia Dit." jawab Anggia dengan langkah cepat, untuk saat ini ia belum siap untuk bersitatap langsung dengan mantan pacar yang masih sangat dicintainya itu.
"Eh tunggu-tunggu, maksud Lo apa sih,?" Dita mengejar langkah Anggia, dan menghadang tubuhnya dari depan.
"Gue sama dia lagi_"
"Berantem?"
"Dit, bisa nggak sih ngomongnya jangan kencang-kencang, nggak enak kalau sampai didengar orang." ucap Anggia seraya mendelik kearah sahabat satu-satunya tersebut.
"Yaudah, tapi gue mau Lo ceritain sedetail-detailnya sama gue tentang hubungan Lo sama si Rafka yang sebenarnya."
"Oke, kita bahas dikantin aja ya, gue belum ada tenaga kalau musti bahas sekarang."
"Yaudah ok ok, ayok kita kekantin! Lo ngisi perut Lo biar ada tenaga buat ngomong, gue sendiri mau isi perut gue supaya gue punya tenaga buat dengarin cerita Lo, deal kan?"
"CK."
Tak memperdulikan decakan kesal dari Anggia, Dita pun melangkah antusias memasuki kantin dan memesankan makanan yang biasa mereka pesan terlebih dulu.
Begitu makanan terhidang keduanya langsung menyantapnya hingga tandas, yang diakhiri dengan minuman dingin.
"Jadi gimana ceritanya Nggi Lo bisa bisa berantem sama si Rafka, sumpah ya gue belum percaya soal ini, bukannya si Rafka itu cinta mati ya sama Lo."
"Lo terlalu berlebihan, kalau iya dia cinta mati sama gue, dia nggak mungkin kaya gini."
"Msksud Lo?"
"Dia udah nggak ada perasaan lagi kayaknya buat gue."
"Masa sih Nggi?"
"Nggak percaya kan? sama! awalnya gue juga nggak percaya, tapi gue ngerasa semakin hari dia semakin beda." Anggia tak melanjutkan kata-katanya, menutupi wajah dengan kedua tangan kemudian terisak lirih, membuat Dita beranjak dari duduknya untuk menenangkan dan memeluk sahabatnya dari samping.
"Jangan nangis dong Nggi, gue tahu Lo sahabat gue yang kuat, Lo nggak boleh kayak gini, kalau sampai si Rafka tahu Lo lemah karena dia, dia bisa besar kepala dan menganggap cuma dia satu-satunya cowok yang membuat Lo jatuh cinta."
"Udah ya jangan nangis lagi, sshhtt!" Dita mengelus rambut dan punggung Anggia dengan sangat lembut.
"Ini semua nggak mudah buat gue Dit, gue masih cinta sama dia."
"Gue tahu, tapi apa Lo rela, jika dibelakang dia malah menertawakan Lo yang kaya gini Nggi?"
Anggia menggeleng, dipelukan Dita.
"Kalau begitu, Lo harus bangkit! Lo nggak boleh terlihat lemah dihadapan dia, Lo putusin aja dia sekalian, toh yang suka sama Lo bukan cuma dia lho Nggi."
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semsngst
2023-04-16
0
Qaisaa Nazarudin
Tapi di selingkuhin hanya karena Anggia bukan anak org kaya..
2023-04-07
0
Qaisaa Nazarudin
cowok kek gitu gak pantes kamu tangisin Gia,,
2023-01-10
0