"Siapa Lo berani mengusik kesenangan gue, kurang ajar!" sentak pereman tersebut yang tubuhnya sedikit limbung, Nattan yakini pria kekar setengah tua dihadapannya itu tengah dalam pengaruh alkohol.
"Lo nggak perlu tahu siapa gue."
Nattan kembali mendaratkan pukulan diwajah pria tersebut, dan bergegas mengambil ponsel dari dalam saku jasnya.
"Lo berdua pergi dan lepaskan gadis itu, atau gue laporin Lo berdua ke Polisi, bagaimana?"
Dua preman tersebut tampak saling pandang, kemudian meneliti penampilan Nattan dari atas sampai bawah.
Kembali mereka saling pandang, sebelum kemudian mundur perlahan dan berlari dengan tubuh terseok-seok.
Nattan menghela napas lega, kemudian menghampiri gadis malang yang saat ini berada dipojok warung dengan tubuh gemetar, ia memalingkan wajah saat menyadari bahwa pakaian gadis tersebut tak lagi utuh, baju bagian atasnya sobek dan beberapa kancing kemejanya hilang, membuat benda penting dibagian depannya hampir saja terekpos bebas.
Nattan melepas jasnya bermaksud untuk menutupi tubuh gadis tersebut, namun belum sempat ia memberikannya tiga orang warga tiba-tiba datang.
Ketiganya menatap tajam kearah Nattan, dan gadis dihadapannya secara bergantian.
"Beraninya kalian mau berbuat me sum di Desa kami." ujar salah satu warga laki-laki paruh baya yang memakai peci miring sebelah.
"Wah ini tidak bisa dibiarkan, kita harus langsung laporkan kepada pak RT, dan menyeret mereka berdua." timpal seseorang yang berada disebelahnya, sedangkan laki-laki paruh baya yang satunya lagi mengangguk setuju.
"Ayok kita seret mereka."
"Tunggu pak, tunggu_ kami berdua tidak melakukan hal seperti yang bapak-bapak kira." Nattan membela diri.
"Alah.. alasan basi!" sela laki-laki yang ber peci miring tersebut tak ingin percaya, lalu menarik paksa keduanya keluar dari warung bilik tersebut tanpa sempat melawan.
*******
Disinilah keduanya kini dikediaman pak RT untuk dimintai penjelasan tentang apa yang mereka lakukan berduaan malam hari didalam warung bilik kosong.
"Sungguh pak, saya dan gadis ini tidak melakukan apapun, saya hanya menolong dia yang hendak dilecehkan oleh dua orang preman, saya juga tidak mengenal gadis ini, demi tuhan." Nattan menoleh kearah gadis disampingnya yang kini memakai jas yang tampak sangat kebesaran ditubuhnya.
Gadis itu menunduk dengan tubuh yang masih terlihat gemetar, sangat kentara jika gadis itu tengah ketakutan.
"CK, jangan percaya begitu saja pak RT, yang sudah-sudah juga mengaku begitu padahal mereka benar-benar ada hubungan."
"Betul itu." seru beberapa warga yang kini ikut berkumpul.
"Nikahkan saja pak."
Deg!
Nattan menggeleng.
"Nikah? yang benar saja, saya sudah bilang, bahwa kami tidak melakukan apapun jadi untuk apa meni_"
"Mas tenang, masnya dimohon tenang dulu ya." pak RT berbicara selembut mungkin.
"Kami sudah banyak melewati kasus yang seperti ini mas, jadi bisakah masnya memanggil orang tua mas agar datang kesini sekarang?"
Deg!
"Pak, apa nggak cukup saya saja yang berbicara disini, kenapa harus memanggil orang tua segala?" Nattan mulai gelisah.
"Tidak bisa mas, masalah ini harus diselesaikan bersama keluarga juga, saya ingin meminta persetujuan dari mereka."
"Persetujuan apa?" Nattan tampak frustasi, tak pernah ia bayangkan sebelumnya bahwa hal seperti ini akan berujung dengan kerumitan yang memojokkan dirinya.
"Dek maaf, kamu masih punya orang tua kan, bisakah dipanggil suruh kesini?" pak RT beralih bertanya pada gadis yang berada disamping Nattan, membuat gadis itu mendongak, dengan raut wajah yang sedikit lebih baik dari sebelumnya.
"Maaf pak, saya hanya tinggal bersama nenek saya, kebetulan dia sedang sakit." jawabnya untuk pertama kali.
"Baiklah, karena waktu semakin larut, jadi bisakah masnya segera menghubungi keluarga?"
Nattan men desah, jika ia terus-menerus hanya diam, bukankah malah akan menahannya lebih lama disini, dengan terpaksa akhirnya ia menghubungi sang mama dan memintanya untuk segera datang ketempat yang sudah ia Sherlock lewat pesan chat.
Benar saja, lima belas menit kemudian Indri dengan di temani suaminya Rendra sampai disana menyapa mereka semua dengan wajah tegang.
Pak RT mempersilahkan keduanya untuk duduk disamping putra mereka.
"Ini kamu kena masalah apa sih Tan?" ucap Rendra yang sudah tidak sabar ingin bertanya.
"Begini pak, jadi mereka berdua ini dipergoki warga sini sedang berduaan didalam warung kosong dipinggir jalan." jelas pak RT membuat sepasang suami istri yang baru datang tersebut menganga tak percaya.
"Benar begitu Nattan?" sentak Rendra terlihat emosi.
"Ng-nggak pa, beneran aku cuma mau nolongin dia tadi, papa percaya deh sama Nattan, mereka semua salah paham pa."
"Maaf pak, tapi kasus seperti ini sudah sering terjadi disini, dan kebanyakan mereka bukan berasal dari desa kami, jadi saya selaku RT dan juga warga disini meminta agar mereka dinikahkan saja untuk menghindari__"
"Tapi pak_" Nattan hendak protes, namun seketika terdiam, saat tangan indri menahan tangannya memberikan instruksi agar ia diam saja.
"Baiklah pak, jika baiknya begitu maka nikahkan saja mereka." sela mama Indri seraya tersenyum.
"Ma? mama apa-apaan sih, Nattan kenal aja nggak sama gadis itu, mama__"
"Ini demi kebaikan kamu, demi kebaikan kita semua." jelas mama Indri, ia tak ingin memperpanjang masalah terlebih ini adalah satu-satunya cara agar putranya menikah, karena hanya dengan cara inilah ia yakini Nattan akan menurut.
Ia sendiri yakin gadis yang tengah memakai jas kebesaran milik putranya dengan wajah menunduk tersebut adalah gadis yang baik dan akan cocok menjadi menantunya.
*****
Setelah dinikahkan secara agama di Masjid milik warga setempat, akhirnya mereka diperbolehkan untuk pulang.
"Nattan mau kemana?" sentak mama Indri saat melihat putranya yang langsung menaiki tangga hendak kekamarnya.
"Aduh, apalagi sih ma, udah selesai kan urusannya." ia mengacak rambutnya kesal bukan main, terlebih tubuhnya sangat kelelahan dan belum mandi sejak siang.
"Duduk, mama sama papa mau bicara." menunjuk sofa didepannya.
"Tapi ma_"
"Nattan?"
"Iya, iya."
"Mama tidak mau tahu besok kamu dan Anggia." Anggia gadis yang kini berstatus menjadi istrinya. "Harus meresmikan pernikahan kalian secara hukum."
"Tapi ma?"
"Tidak ada tapi-tapian Nattan."
"CK oke, udah kan! sekarang aku mau mandi." dengan wajah datarnya ia berbalik melewati satu persatu anak tangga menuju kamarnya.
Dibawah sana mama Indri tampak sumringah kemudian membawa Anggia menuju salah satu kamar yang ada disana, ia harus menenangkan gadis tersebut yang masih terlihat syok dengan apa yang baru saja terjadi.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
HR_junior
mama Indri seneng banget ya..bencana buat natta berkah buat mama Indri dpt mantu
2024-08-21
0
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-04-16
0
N'Dön Jùañ Shakespeare
warga yang tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain
2023-03-18
0