Rafka

"Untuk malam ini Anggia tidur disini dulu ya, oh iya mulai sekarang panggil tante mama ya."

"Disini ada beberapa baju ganti yang sudah mama belikan dari jauh-jauh hari." mama Indri menunjuk sebuah lemari baju yang terletak disudut kamar, ia memang benar-benar telah membelinya dari jauh-jauh hari saking sangat menginginkan memiliki seorang menantu dari putra bungsunya.

"Tan, Eumz ma_ se-sebenarnya semua yang terjadi tadi bukan salah mas Nattan, mas Nattan benar! dia hanya ingin membantu menyelamatkan saya dari para preman yang mau melecehkan saya." Anggia berusaha menjelaskan agar kesalahpahaman tersebut tidak berkepanjangan.

Mama Indri tampak tersenyum ia sudah menduga bahwa gadis dihadapannya adalah gadis yang baik, yang tidak memanfaatkan keadaan menjadi sebuah kesempatan untuk menikah dengan putranya yang tampan dan tentu sangat mapan.

"Mama tahu, mama juga kenal betul siapa anak mama, mama percaya dia tidak seperti itu." balas mama Indri yang membuat Anggia melebarkan kedua matanya.

"Tapi mama mohon sama Anggia untuk tetap menjadi istrinya Nattan ya." pintanya dengan nada memohon.

"Kalau tidak begini, Nattan tidak mau menikah nak, Anggia memangnya nggak kasihan sama mama yang udah setua ini tapi anak mama yang bungsu belum menikah juga?"

Anggia menunduk seraya menggigit bibir bawahnya, bingung harus bagaimana, semua yang terjadi hari ini begitu tiba-tiba.

"T-tapi ma sepertinya Anggia tidak bisa, Anggia masih sekolah."

"Itu masalah gampang nak, kita tidak harus mempublikasikan pernikahan kalian jika kamu belum lulus, please jadi menantu mama, jadi anak mama seterusnya ya." ujar mama Indri yang kini menggenggam kedua tangannya dengan sangat lembut.

Anggia kembali terdiam dengan wajah menunduk, apakah neneknya akan sangat marah jika mengetahui dirinya yang diam-diam sudah menikah.

"Bagaimana dengan nenek saya ma, dia pasti_ pasti syok.''

"Nanti mama yang bicara."

"Tapi sepertinya mas Nattan juga tidak menyetujui pernikahan ini ma."

"Mama akan buat agar dia menyetujuinya."

Tidak ada lagi yang bisa Anggia lakukan sekarang, selain pasrah menerima keadaan dan status barunya menjadi seorang istri dari Nattan.

*

Seperginya mama Indri dari kamarnya, Anggia memutuskan untuk mandi dan mengganti pakaiannya yang telah sobek dan tidak berbentuk tersebut dengan salah satu baju baru yang berada di lemari.

Kemudian ia merebahkan tubuhnya dengan perasaan berkecamuk, ia beberapa kali mengumpat nama cowok yang menjadi mantan pacarnya beberapa jam yang lalu.

"Rafka ba jingan, semua ini gara-gara kamu Raf, aku harus terjebak dalam pernikahan ini." lirihnya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.

*

Flashback on..

*

Sepulang sekolah seperti biasa, Anggia yang notabene terlahir dari keluarga sederhana dan hanya memiliki seorang nenek terpaksa kesehariannya ia harus bekerja membantu neneknya berjualan makanan di samping gang rumahnya hingga sore.

Sebetulnya Anggia masih memiliki ibu kandung namun ia sendiri sampai saat ini tidak tahu pasti sang ibu berada dibelahan dunia mana, menurut cerita yang ia dengar ibunya meninggalkan ia dan sang ayah ketika dirinya masih sangat kecil dengan alasan bosan hidup susah.

Saat ia berusia lima tahun, ayahnya meninggal karena sakit, membuat Anggia kecil tidak lagi merasakan kasih sayang dari orang tua selain dari neneknya.

Dibawah asuhan sang nenek, Anggia tumbuh menjadi gadis yang mandiri, penurut dan tidak banyak meminta.

Hari ini Anggia terpaksa membatalkan janjinya untuk menemani Rafka bertanding futsal seperti yang sudah mereka rencanakan dari jauh-jauh hari dengan alasan ia ingin menemani sang nenek yang tengah sakit.

Namun meski begitu Rafka cowok paling tampan di sekolahnya tersebut tidak menunjukkan perasaan kecewanya didepan Anggia, selama ini bagi Anggia Rafka memang sangat baik dan pengertian.

Bahkan hubungan mereka yang berjalan dua tahun lebih itu Rafka sama sekali tidak pernah membuatnya bersedih ataupun berpaling dengan gadis manapun.

Namun kenyataan yang ia lihat malam ini membuat Anggia menarik kembali semua penilaian nya tentang Rafka.

Saat hendak membeli obat untuk sang nenek ia mendapati Rafka tengah bermesraan dengan gadis lain di sebuah Cafe yang ia lewati.

"Raf, siapa?" tanyanya setelah memantapkan hati untuk menghampiri pemuda yang berstatus pacarnya tersebut.

Sontak laki-laki yang memiliki wajah khas anak SMA itu menoleh kearah Anggia dengan kedua mata yang melebar.

"Anggi kamu_ kamu ngapain disini?" ia beranjak menghampiri Anggia dengan raut wajah menegang.

"Seharusnya aku yang tanya kamu ngapain disini Raf, dia siapa?'' menunjuk seorang gadis yang sejak tadi duduk disamping Rafka.

"Gue pacarnya." gadis itu menyahut dengan nada yang terdengar angkuh.

"Rafka apa benar yang dia bilang?" kedua matanya sudah memerah merasakan sesak di dada.

"Aku minta maaf." jawabnya dengan wajah menunduk, membuat Anggia menggeleng dengan air mata yang mulai berjatuhan.

"Jadi kamu benar-benar udah mengkhianati aku Raf,? kenapa? salah aku apa?"

"Kamu nggak salah, tapi aku yang salah Nggi, aku terlalu egois karena merasa hubungan kita tidak seperti orang-orang."

"Karena aku jarang ada waktu buat kamu begitu,? padahal kamu tahu dari awal kalau keadaan aku_" Anggia menarik napas kemudian mengeluarkan nya dengan kasar, "Yasudahlah."

"Mulai sekarang kita putus, jangan pernah hubungi aku lagi, dan mulai sekarang anggap kita tidak pernah saling mengenal." setelah mengatakan hal tersebut, Anggia berlari sejauh-jauhnya tanpa arah, hingga ia bertemu dengan dua sosok pereman yang tengah berjalan sempoyongan.

"Wan, ada cewek cantik tuh." ujar salah satu preman tersebut menyenggol lengan temannya.

"Wow barang cakep nih."

"Hei cantik sendirian aja, Abang temenin mau nggak?"

Anggia yang semula melamun dengan wajah menunduk sontak menoleh kearah suara, ia mundur beberapa langkah saat dua preman tersebut semakin mendekat kearahnya.

"Ayok cantik, tamani kita bersenang-senang malam ini." kedua tangannya dicengkeram erat oleh kedua preman tersebut tanpa sempat menghindar.

"Lepaskan saya." Anggia berteriak, membuat kedua preman itu tertawa renyah dan semakin bersemangat menyeret Anggia menuju sebuah warung bilik kosong.

Kemudian salah satu dari mereka membuka paksa pakaian yang dikenakan Anggia dengan cara merobeknya.

"Tolongg.." Anggia berteriak sambil menangis.

"Disini sepi sayang, percuma tidak akan ada yang mendengar!" ujar salah satu seorang preman menertawakan nya seolah tangisannya adalah sebuah lelucon.

Disaat yang bersamaan seseorang menendang pintu bilik tersebut, kemudian memukul keras salah satu si preman tersebut hingga tersungkur.

Flashback of.

*

*

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus ceria

2023-04-16

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

sama kisah hidupnya si Gilang dan papa mertua kamu Anggia papa Rendra,,

2023-01-10

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

beruntung Anggia dapat mertua mama Indri yg super baik dan lemah lembut,,
Terus Gilang apa kabarnya??😅

2023-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!