Permohonan maaf Rafka

Anggia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur yang sama yang ia tempati bersama Nattan sang suami beberapa malam terakhir ini.

Tidur di ranjang yang sama tanpa ada sesuatu yang terjadi, layaknya sepasang suami istri pada umumnya.

Bagaimana tidak! Nattan akan memasuki kamar saat Anggia sudah tertidur, dan Nattan akan terbangun lebih dulu saat Anggia masih dalam keadaan terpejam.

Terasa aneh memang! namun kenyataannya seperti itu.

Plukk..

Anggia yang hendak mengenakan kaos kakinya dikagetkan dengan segepok uang seratus ribuan yang Nattan berikan, lebih tepatnya Nattan melemparnya keatas kasur yang tengah Anggia duduki saat ini.

"Itu uang jajan kamu selama dua minggu kedepan, saya akan memberikannya lagi saat dua minggu ini sudah berakhir, apakah cukup? jika tidak, kamu bisa langsung beritahu saya." ujar Nattan tanpa menoleh, sibuk memperbaiki letak dasinya yang sedikit mencekik leher.

Anggia tidak menjawab, ia hanya melirik sekilas kearah uang yang ia yakini jumlahnya tidak sedikit itu, lalu beranjak hendak keluar dari kamar, sebelum kemudian langkahnya kembali terhenti saat satu tangannya ditahan oleh Nattan.

"Kenapa tidak diambil? kurang?" tanyanya dengan nada sinis.

"Sudah saya duga, kamu gadis yang pintar memanfaatkan si_"

"Saya tidak membutuhkan uang dari mas Nattan." sela Anggia cepat, menepis tangan Nattan kemudian melangkah sedikit berlari keluar dari kamar tersebut dengan perasaan sedih.

Sementara ditempat yang sama, Nattan mematung menoleh kearah kasur dimana uang yang ia lemparkan tadi masih dalam keadaan tergeletak utuh.

Nattan menuruni anak tangga, ia melihat Anggia sedang tersenyum manis bersama mamanya dimeja makan, bahkan gadis tersebut sudah menyelesaikan sarapannya.

"Lama banget sih Nat dikamarnya, ngapain aja! istri kamu sampai udah selesai lho ini sarapannya."

"Maaf ma."

"Yaudah buruan sarapan dulu gih, abis ini kamu anter Anggia dulu kesekolahnya, pokoknya mulai sekarang kamu harus menjadi suami siaga buat istri kamu."

"Iya ma." Nattan mengangguk patuh, percuma jika ia menentang yang hanya akan memancing keributan diantara mereka.

*

"Siang nanti mas Nattan tidak perlu menjemput saya." ujar Anggia sebelum keluar dari mobil Nattan yang berhenti didepan gerbang sekolahnya.

"Kenapa? kamu ada janji diluar sama_"

"Sama siapa?"

"Kok nanya saya, mana saya tahu! ya kali aja mau ketemu pacar kamu misalkan."

"Saya mau membantu nenek berjualan lagi." ujar Anggia yang membuat Nattan seketika terdiam, hingga tanpa ia sadari Anggia sudah menjauh dari hadapannya.

Tak mau ambil pusing, ia segera melajukan kembali mobilnya menuju perusahaan miliknya yang berjarak dua puluh menit dari sekolah Anggia.

*

Anggia memasuki kelas dengan langkah santai, ini masih terlalu pagi, bisa dipastikan bahwa Dita sahabatnya belum sampai disekolah, sambil menunggunya datang ia akan mampir ke kantin sebentar untuk meminum teh hangat, karena tadi ia tidak sempat minum karena kedatangan Nattan yang membuat suasana hatinya cepat memburuk.

"Nggi?" suara lembut yang tentu sangat Anggia kenal, membuat gadis itu seketika menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah pemilik suara.

"Nggi, aku kangen!" ucap pemuda yang tak lain adalah Rafka yang berstatus mantan pacarnya dari beberapa hari yang lalu.

Anggia melengos, memalingkan wajahnya kearah lain.

"Aku minta maaf Nggi, bisakah kita seperti dulu lagi, aku janji nggak akan membuat kamu sakit seperti kemarin, ya Nggi please! kasih aku kesempatan." nada suaranya terdengar memohon.

"Kamu bisa semudah itu minta maaf Raf, setelah apa yang kamu lakukan ke aku, kamu nggak tahukan dampak dari kejadian saat itu." Anggia berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh didepan Rafka.

"K-kamu, kamu kenapa Nggi? apa yang terjadi?"

"Itu udah nggak penting lagi sekarang, dan aku minta mulai sekarang jangan pernah ganggu aku lagi, anggap kita nggak pernah kenal."

"Nggi, apa hanya segitu rasa cinta kamu ke aku Nggi, sampai kamu nggak mau memaafkan satu kesalahan ku, ini nggak adil buat aku tahu nggak."

"Kamu gila ya, kamu ngomong kaya gitu seolah kamu yang jadi korbannya, kamu paksa aku buat kembali setelah kamu mengkhianati aku Raf, CK itu nggak benar."

"Aku tahu kamu masih cinta kan sama aku Nggi, aku tahu selama ini cuma aku satu-satunya cowok yang buat kamu nyaman kan?"

Anggia membenarkan dalam hati, memang hanya Rafka satu-satunya cowok yang mampu membuat ia nyaman sekaligus merasa jatuh cinta, tapi itu semua tidak berlaku lagi semenjak cowok itu memutuskan untuk berpaling kepada gadis lain.

"Aku mau masuk kelas."

"Nggi?"

"Lupakan aku, semuanya udah selesai! dan aku udah maafin kamu." ujar Anggia yang kemudian melenggang meninggalkan Rafka seorang diri di kantin yang masih sepi tersebut.

*

"Hari ini nggak dijemput Nggi,?" goda Dita yang kini sama-sama berada dipintu gerbang sekolah mereka.

"CK, nggak!"

"Terus Lo pulangnya naik angkot lagi?"

"Ya iyalah, emang udah dari dulu kan kendaraan gue emang itu."

"Euhmz, Nggi gimana kalau hari ini gue yang anter Lo pulang, kebetulan gue dijemput sopir papa kesini."

"Nggak usah Dit makasih, Lo nggak perlu harus repot-repot nganterin gue, gue udah biasa lagi pulang naik Angkot."

"Tapi itu kan dulu Nggi, biasanya kan kemarin-kemarin si Rafka yang antar jemput Lo."

"Sama aja, lagi rumah nenek gue kan Deket juga."

"Tapi Nggi_"

"Udah, nggak apa-apa, sana udah ditungguin tuh." Anggia menunjuk mobil berwarna putih yang sudah sangat ia kenali terparkir, disebrang jalan.

"Seriusan Nggi Lo nggak mau bareng gue."

"CK, iya Dita sayang."

"Yaudah Lo hati-hati ya, gue pulang duluan."

"Iya Dit, Lo juga hati-hati."

Setelah melambaikan tangan pada Dita, Anggiapun berjalan menuju dimana tempat Angkot biasa mangkal di jam segitu.

Jarak dari sekolah Anggia kerumah sang nenek memang cukup dekat, ia hanya perlu menempuh perjalanan selama sepuluh menit saja, dan kini ia sudah tiba didepan gang tempat sang nenek berjualan.

"Nek?" Anggia berhambur memeluk sang nenek dengan binar bahagia, terlebih melihat keadaan sang nenek yang kini terlihat lebih baik dari sebelumnya.

"Lho nak Nattan tidak ikut kesini juga?" tanya nenek Widuri, mencari sosok Nattan dibelakang Anggia yang tak kunjung ia temukan.

"Mas Nattan kerja nek."

"Kamu sudah ijin dia belum kalau mau kesini, ingat lho nak sekarang kamu sudah punya suami, kamu tidak boleh keluar tanpa ijin darinya."

"Iya nek, Anggi udah ijin kok."

"Oh iya, Anggi ganti baju dulu ya, abis itu bantuin nenek."

"Iya nak." nenek Widuri tersenyum senang, memandangi punggung cucunya yang perlahan menghilang dibalik gang kecil menuju kerumahnya.

Ia merasa bersyukur Anggia lebih cepat menikah dari yang ia duga, dan hal tersebut membuatnya sedikit lebih tenang, jika sewaktu-waktu ia dipanggil oleh sang pencipta.

*

*

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

dia yg mendua dia pula yg minta keadilan, cih jgn mau dirayu Ama buaya rawa nih nggi, hempaskan ke laut

2024-05-19

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sehst

2023-04-16

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Sudah terlambat,,Tetus di mana pacar selingkuhan kamu sekarang?? dia nyelingkuhin kamu juga?? Rasain tuh deh kamu Raf..🙄🙄

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!