Pilihan Yang Terbaik

Pilihan Yang Terbaik

Alur cerita

Aslan.

Perceraian kedua orang tua ku karena perbedaan agama menjadi titik awal dimana aku tidak ingin menaruh cinta pada iman yang berbeda. Hingga aku bertemu dengan Samira Adna Agustine. Office girl yang merangkap sebagai asisten pribadiku di perusahaan yang aku pimpin. Gadis berkerudung yang menjadi titik awal perjuangan ku untuk mencari kesempurnaan hidup.

*

Samira.

Kekacauan dalam hidupku di mulai saat aku mulai memasuki dunia kerja yang baru. Aku bertemu dengan laki-laki yang miliki kitab suci yang berbeda denganku. Tidak sampai di situ saja, seiring berjalannya waktu, masihkah Aslan menerima jawaban atas perasaannya padaku meski Abah selalu menentang hubungan kami.

*

Pagi ini cuaca begitu cerah, secerah hati Samira saat keputusan interview beberapa hari yang lalu baru saja selesai ia baca. Email dari perusahaan yang bergerak di bidang properti dan perhotelan bernama Cemerlang Abadi TBk. Membuatnya berkali-kali mengedipkan matanya.

Samira seakan tidak percaya dengan keajaiban Tuhan yang baru saja ia baca lewat email. Ia menyunggingkan senyum, tangannya menutup layar laptop, langkah kakinya bergegas mencari ayahnya.

"Bah... Abah." panggilnya antusias. 

"Sam, telinga Abah masih bisa mendengar. Tidak perlu berteriak!" Abah menggelengkan kepalanya. Putrinya yang berusia dua puluh lima tahun itu masih terasa kanak-kanak baginya. Senyum manja dan mata teduhnya mengingatkan ia pada mendiang istrinya.

"Abah tebak deh apa yang bikin Sam pagi ini senang sekali?" ucap Samira yang membuat ayahnya justru membalikkan pertanyaan kepada putrinya.

"Apa memangnya, Sam?" 

Ayah samira sedang berada di belakang rumah, tangannya sibuk memberi makan ayam-ayam peliharaan dengan katul dan dedak, sedangkan Samira sibuk mengibaskan tangan untuk mengusir ayam-ayam yang mendekati kakinya.

"Bah, nanti ayamnya eek di kakiku!" omel Samira sambil menggeretakan kakinya berkali-kali. "Abah, di bisa nggak ayamnya di suruh ke kandang dulu."

Ayahnya meringis geli. "Ayamnya gak salah, Sam! Ayam eeknya ya sembarangan, dimana saja!" ucap Abah masih sibuk menabur katul di atas tanah.

"Bah, besok Sam mulai kerja di perusahaan cemerlang abadi!" ucap Samira seketika membuat ayahnya menaruh toples berisi pelet ayam dan menatap Samira penuh was-was.

Samira paham akan tatapan itu. Tatapan keresahan seorang ayah.

"Sam masih tetap pakai hijab, Bah! Jadi Abah cukup mendoakan Samira agar lekas membawa Abah ke tanah suci." ucap Samira lalu tersenyum hangat.

"Samira anak Abah yang paling cantik sejagat raya, kerja di perusahaan itu saingannya banyak, pasti akan membuatmu pusing sendiri dan mempunyai rival, belum lagi di pandang para laki-laki. Tidak bisakah Samira memilih pekerjaan lain?" tanya Abah dengan khawatir.

"Abah..." panggil Samira dengan manja. "Impian Samira terwujud, Abah! Walaupun hanya bekerja di bagian pemasaran." lanjut Samira sambil mengenggam tangan ayahnya, berusaha menghilangkan kekhawatiran di benak sang ayah. "Sam bisa menjaga diri, bah." janjinya dengan yakin.

Sang ayah mengelus kepala Samira yang dibalut kerudung instan berwarna biru dongker.

"Alhamdulillah jika Samira sudah menemukan cita-cita. Abah hanya berpesan, jaga lisan dan jaga diri. Apa yang kamu jaga untuk suamimu nanti."

Samira mengangguk dengan nasihat ayahnya, ia tersenyum maklum karena

semenjak kematian ibunya yang sudah menginjak tahun ke tujuh. Abah menjadi laki-laki yang teramat posesif. Abah melarang Samira untuk berdekatan dengan laki-laki, atau jika tidak, Abah akan ikut menunggu saat ada seorang laki-laki berkunjung di rumah minimalis bercat hijau yang terletak di kampung Salakan.

Rumah yang memiliki halaman belakang yang luas menjadi tempat berdirinya kandang ayam. Ayam bangkok peliharaan Abah yang menjadi salah satu penghasilan sampingan selain uang pensiunan. Jelas tidak dipungkiri jika Samira sudah hafal betul bagaimana sifat ayahnya. Segala macam kultum untuk menjaga diri sering Samira dengar, segala macam dosa-dosa yang ditanggungpun tak pernah luput dari ingatan.

"Samira mandi dulu, Bah! Sarapannya juga udah siap di meja. Abah jangan lupa sarapan." teriak Samira sambil lalu.

Kantor Cemerlang Abadi TBk. 

Malam pesta terasa begitu ramai dan menakjubkan. Riuh rendah suara tepuk tangan mengisi keheningan ball room kantor yang terletak di jalan Sudirman. Keberhasilan Aslan memenangkan tender proyek pembangunan mega mall menjadi awal kesuksesan tersendiri untuk Aslan. Berkat kerja kerasnya, ia berada di posisi kedua setelah pemilik perusahaan Cemerlang Abadi TBk yang tak lain adalah kakeknya sendiri. Ahmad Sastrawinata.

"Congrats, bro. Kita mau ngerayain apa lagi setelah ini?" ujar Robby, sekertaris Aslan.

Aslan mendentingkan gelas sampanye yang di ulurkan Robby. Tapi Aslan hanya bungkam, ia tak menjawab apapun, ia hanya menandaskan sampanye di gelasnya. 

"Mau lagi bro?" tawae Robby setelah ia melihat kerutan di dahi Aslan yang begitu kentara.

"Mau bro, aku butuh istri!" kata Aslan tanpa sadar.

"Istri!" Robby terkesiap mendengar permintaan Aslan.

"Istrimu ada disini, Rob?" Aslan bertanya dengan linglung.

Robby berdecak sambil menuangkan sampanye kembali ke gelasnya. Ia menggeleng tak percaya semakin malam Aslan semakin melantur ucapannya.

"Kamu enggak mabuk kan, bro? Apa perlu aku antar pulang ke apartemenmu?"

"Proyek ini benar-benar menyita pikiran ku, Rob!" jelas Aslan yang menghindar dari keramaian pesta.

"Jadi kamu benar-benar menginginkan seorang istri?" Robby seperti mendapat secercah harapan dan kekonyolan. Pasalnya Aslan adalah laki-laki yang tertutup dengan urusan pribadinya semenjak kegagalannya bersama pacarnya yang lama. Namun, tak sedikit karyawan wanita yang mengidolakannya menjadi calon iman masa depan.

"Calon iman darimana, imannya Aslan saja tidak pasti." cibir Robby, namun Aslan tak menggubrisnya sama sekali.

"Bersenang-senanglah dengan gadis, As! Itu akan membuat beban di pangkal pahamu berkurang!" gurau Robby yang langsung membuat Aslan melotot.

"Tidak ada gadis yang menarik di sini!" ucap Aslan.

Robby tersenyum tipis.

"Sebelah sana ada gadis sexy, As. Anak komisaris besar. Badannya cukup sintal, cukup empuk untuk diajak tidur." goda Robby seraya terkekeh. Aslan melemparkan pandangnya pada gadis itu sebelum tersenyum miring.

"Cewek sexy sudah lumrah menjadi incaran banyak orang, dan aku sudah merasa bosan dalam bersaing!" ucap Aslan.

Robby menggeleng sambil mengangkat botol sampanye lagi.

"Sepertinya hanya ini yang membuat kita senang, As. Tidak perlu membicarakan wanita, aku doakan saja kau akan mencair kapan-kapan. Mari kita menikmati masa-masa kejayaan ini dengan minum-minuman sebelum esok kita harus bekerja keras!"

Aslan mengangkat botolnya, namun ia tenggelam dalam kenikmatannya sendiri.

Terpopuler

Comments

‼️n

‼️n

Hadir mb Vie....🙋

2023-05-26

0

Ersa

Ersa

mulai baca

2023-04-25

0

......Maiko.....

......Maiko.....

baru sempet baca mba vivi 🤗💪

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!