Pertemuan singkat

Keesokan harinya. Kesibukan sudah terjadi di rumah sederhana bercat hijau itu saat sinar matahari tampak mengintip dari ufuk timur.

Hari ini adalah hari pertama Samira harus pergi ke kantor cabang tempatnya bekerja. Pekerjaan yang mengharuskannya bekerja di lapangan membuatnya enggan menggunakan sepatu hak tinggi, ia memilih menggunakan sneaker wedges yang membuatnya nyaman dalam bergerak dan terlihat lebih tinggi.

"Sam... waktunya sarapan." Abah melongok ke dalam kamar putrinya.

Samira tersenyum manis. "Iya, Bah."

Abah menunggu Samira merapikan bajunya sebelum keluar membawa tas berisi laptop dan air mineral.

"Aihhh... Pagi-pagi makan seblak." Samira berlonjak senang, ia menarik kursi duduknya dan tersenyum hangat melihat semangkok seblak kuah hangat di depannya.

"Makanan kesukaan putri Abah, biar semangat kerja."

Samira dan Abah dengan khidmat berdoa, setelahnya sarapan pagi penuh suka cita mengawali hari pertama Samira pergi bekerja.

Samira menarik tangan Abah dan mencium punggung tangannya. "Abah, Sam pergi dulu!" Abah mengelus kepala Samira yang tertutup jilbab berwarna hitam.

"Sam, ingat pesan Abah. Jangan lupa sholat dan menjaga diri." Samira mengangguk dan mengucap salam.

Samira menggeber Motor Supra kebanggaannya keluar dari jalanan desa. Matahari yang bersinar cerah di langit biru, ditambah sejuknya udara dan hamparan sawah yang menghijau membuat Samira tersenyum.

Setengah jam kemudian ia sampai di kantor cabang tempatnya bekerja. Ia cukup terhenyak melihat wanita-wanita cantik nan seksi dengan baju minimalis, dandanan tebal menggoda, rambut indah bergelombang yang tergerai bebas. Sementara ia sendiri memakai celana span dan blouse wanita yang terlihat kebesaran, wajah yang ia poles dengan make-up seadanya.

"Ini mau fashion show atau mau kerja?" gumam Samira sambil melempar senyum ramah kepada rekan kerjanya. Namun ia dipandang aneh oleh teman barunya.

"Lolos interview juga, Kak?" tanya Samira basa-basi. Baginya di situasi canggung seperti ini mengobrol akan mengurangi rasa groginya. Terlebih teman kerjanya adalah wanita semua.

"Hmm... kita buka teman, kita saingan!" celetuk salah seorang wanita dengan belahan dada yang terbuka.

Samira manggut-manggut seraya tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya. Wanita dengan dada besar itu menggapai tangan Samira. "Shasa." ucapnya genit dan manja.

Selang beberapa menit manager bagian pemasaran sekaligus pengawas kantor cabang datang.

"Bagus-bagus kalian semua tepat waktu." ucapnya sambil tersenyum lebar. "Ayo masuk!"

Mereka berempat berbondong-bondong masuk ke dalam ruangan bernuansa serba putih.

"Shasa, Samira, Ana dan Maryati." ucapnya sambil menunjuk satu persatu. Laki-laki dengan tuksedo hitam dan dasi kupu-kupu itu menatap tajam ke arah Samira. Matanya terpejam sesaat lalu membuang napas. "Okelah, no problem."

Bramantyo menarik berkas-berkas data diri yang tertumpuk di atas mejanya, ia membacanya satu persatu dengan bibir yang berucap.

"Kerja keras dan tahan banting itulah motto kami sebagai anak cabang. Terserah bagaimana cara kalian mendapat pembeli, mau pakai jilbab oke. Mau pake kemeja dengan belahan dada terbuka boleh, yang penting ada proyek yang bisa kita serahkan ke kantor pusat. Mengerti?"

Ke empat pegawai baru itu saling melempar pandang seraya mengendikkan bahu.

"Maksudnya kami bebas berekspresi? Tidak ada aturan dalam berpakaian?" tanya Shasa. Dadanya langsung naik-turun saat Bramantyo mengangguk setuju.

Samira apalagi, ia senang mengingat lagi menjadi sales girl identik dengan rambut panjang terurai, body bahenol ditambah riasan wajah yang menor.

"Tapi ingat, TARGET! Itu yang paling penting." Bramantyo mengeluarkan surat perjanjian kontrak kerja. "Baca baik-baik surat perjanjian kontrak kerja. Jika setuju, besok pagi datang lagi kesini dengan tanda tangan di atas materai!" jelas Bramantyo sebelum membagikan satu persatu surat perjanjian itu.

Samira menariknya, dengan seksama ia membaca satu persatu perjanjian yang tertulis dalam dua lembar kertas.

"Jadi harus resign kalau tidak mendapatkan target proyek pembangunan?" gumam Samira. Ia

harap-harap cemas, ia yang tak mau gegabah akhirnya memilih meninggalkan kantor cabang. Ia mengendarai motornya dengan perasaan gelisah, ia takut tidak bisa mencapai target, belum juga denda yang menghantuinya.

*

Apartemen Sudirman.

"Inem..!!!" teriak Aslan saat mendapati dirinya sudah terlambat masuk kerja. Sangat terlambat kerja.

Inem yang baru mencuci piring terpogoh-pogoh dari arah dapur menuju kamar Aslan.

"Mas Aslan sudah bangun?" tanya Inem dengan khawatir.

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, harusnya jam segini raganya sudah berada di kantor atau tempat kontruksi untuk melihat jalannya persiapan mega proyek yang di kerjakan perusahaannya.

"Aku terlambat kerja gara-gara kamu, Nem!" sungut Aslan yang di rundung kepanikan, kepalanya begitu pening akibat mabuk semalam. Ia termangu sembari memegangi kepalanya di tepi ranjang.

Inem yang merasa tak melakukan tuduhan yang Aslan katakan,

melempar serbet ke arah majikannya.

"Sudah saya bilang Tuan Aslan yang terhormat! Cari istri biar ada yang membangunkan tidurmu! Jangan Mbok Inem terus..." Inem mengembuskan napas, dalam benaknya ia takut juga di pecat Aslan karena kurang ajar.

"Siapkan baju kerja!" Aslan tak acuh dengan perkataan Inem soal mencari istri, baginya mencari istri adalah urusan nanti ketika ia sudah menemukan siapa Tuhan-nya.

"Warna apa?" tanya Inem.

Pembantu rumah tangga yang sudah dua tahun bekerja dengan Aslan tahu betul bagaimana model berpakaian Aslan dan selera makannya. Juga bagi Aslan keberadaan Inem di apartemennya sudah cukup membantu kebutuhannya.

"Apa saja, Nem! Jangan lupa kopi hitam!" Aslan gegas masuk ke kamar mandi, ia benar-benar sudah terlambat. Inem pun bergerak cepat, beberapa pakaian sudah ia siapkan diatas meja, bukan hanya pakaian kerja, pakaian dalam pun Inem siapkan.

"Kenapa yang ini, Nem. Karetnya udah molor!" teriak Aslan lagi sehabis mandi.

Inem menggerutu kesal sembari masuk lagi ke kamar Aslan, ia mengambil beberapa celana pengaman milik Aslan yang tidak molor karetnya.

"Ada yang mas Aslan butuhkan lagi?" tanya Inem, menahan jengkel.

"Keluar!!!" bentak Aslan.

Inem nyaris menarik handuk yang melilit di pinggang Aslan jika saja ia kurang ajar. Sayang ia dan Aslan sudah seperti ibu dan anak.

Sepuluh menit berkemas, Aslan menyaut tas kerjanya dan kunci mobilnya sebelum bergegas melupakan kopi hitam yang Inem buat.

Inem membuang napas panjang.

"Terpaksa ngopi lagi... Melek lagi...!" gumam Inem seraya meminum kopi hitam buatannya sendiri.

***

Dalam perjalanan menuju kantor, Aslan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Dari arah yang sama, Aslan memaki sambil menekan pedal rem dengan cepat tak kala melihat pengendara motor oleng di depan mobilnya. Samira hilang kendali. Pikirannya yang kalut membuatnya tidak fokus hingga berada di lajur kendaraan roda empat.

"Allahuakbar!" Samira tersenyak kaget saat bunyi klakson mobil terus menerornya. Kesadaran kembali menghinggapinya, ia mengerem motornya dengan kepanikan yang menyala-nyala.

"Punya mata nggak, Lo." teriak Aslan dari dalam mobil.

Aslan memukul stir mobilnya dengan keras, ada-ada saja pemicu amarah di pagi yang masih menyisakan rasa pening di benaknya.

Samira menoleh, ia mengatupkan kedua tangannya saat tatapannya bertemu dengan mata galak Aslan.

"Maaf, kak."

"Untung gak nabrak, kalau iya! Makin ribet urusannya!" gerutu Aslan kembali melajukan mobilnya. Sejenak dari kaca spion ia melihat Samira sudah kembali ke lajur kiri.

"Ya Allah..., hampir saja aku mati dengan takdir yang aku putuskan sendiri."

Berkali-kali Samira mengucapkan istighfar. Degub jantungnya terus berdetak kencang, hingga Samira memilih untuk berhenti di tepi jalan menenangkan dirinya. Ia mengeluarkan air mineral dari dalam tasnya.

"Mungkin aku kurang minum, jadi nggak fokus!" Samira meneguk air minumnya. Berkali-kali ia mengatur napas sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah. Ia ingin meminta pendapat Abah mengenai kontrak kerjanya.

"Aku yakin, pasti Abah juga nggak setuju."

Terpopuler

Comments

‼️n

‼️n

Dimimik mawon mb Nem, ndak mubazir...ra ilok🤭

2023-05-26

0

❤winnygemoy💕

❤winnygemoy💕

pokus sama kolor dalaman punya aslan....waduh bpk ceo belom sempat beli katok dalam 🤣🤣🤣

2023-01-07

0

mia💞

mia💞

nyimak....

2023-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!