Rendy terus di belakang kakaknya sudah terlihat jelas ia takut, saat ingin membuka pintu kamar Satria tak terjadi apapun. Kamarnya gelap gulita gorden kamar juga tertutup belum di buka. “Gak ada apa-apaan Ren?” ucap Dania.
“Yaudah kamu jangan berantakan atau lancang, gua mau bersihin nih ruangan dulu.” Dania segera mengambil sapu di pojok kamar sudah seminggu lebih kamarnya tidak di bersihkan karena tugas di luar Jawa sebagai abdi negara.
Satria menjadi jarang membersihkan kamarnya. Dania membuka Gorden lalu jendela agar sinar matahari masuk, lalu Dania membersihkan lantai kamar Satria. Sesudah selesai di bersihkan Dania melihat Rendy rebahan di atas karpet yang baru saja ia bersihkan.
Sepertinya Rendy lelah dan mengantuk Dania hanya menggelengkan kepala, Dania melihat sofa dan ada bantal kecil lalu mengambil untuk Rendy agar tengkuknya tidak sakit. Dania perlahan belajar dewasa untuk menjadi pengganti ibunya.
Dania mendengar suara keras membuatnya terperanjat dan Rendy terbangun karena juga kaget. “Suara apa tuh Kak?” ujar Rendy sambil memeluk kakaknya, Rendy tiba-tiba merasakan penglihatan dari matanya sekilas ia melihat kakaknya yakni Satria sedang menerima sebuah keris.
Rendy tidak paham maksud sebenarnya, “Kak Dania! Ternyata Kak Satria punya pisau tapi bentuknya kaya mie.” Mendengar ucapan adiknya Dania merasa heran. “Serius kamu!!” ucap Dania menggoyang-goyangkan tubuh Rendy.
Dania tidak mengerti yang dimaksud adiknya jadi gadis itu meminta tangan adiknya untuk melihat apa yang adiknya lihat, Dania melihat kilas balik sang kakak bertugas di Jogja untuk tiga bulan ia mendapatkan barang kenangan-kenangan dari atasannya karena kerja dan dedikasinya.
Dania hanya melihat Kakaknya mempunyai keris tapi tidak tahu letak kerisnya dimana, “Rendy kamu tahu pisaunya ada dimana?” tanya Dania. Rendy hanya diam lalu tangannya hanya bisa menunjuk. Terlihat ketakutan di wajah bocah berusia delapan tahun itu.
“Kak Dania mau kemana?” tanya Rendy sambil menahan tangan kakaknya.
“Kamu ke kamar aja! Aku penasaran,” ungkap Dania.
“Kak Nia jangan!! ‘kan kakak sendiri yang bilang jangan lancang!” ujar Rendy.
Ada benarnya juga kata Rendy jika membuka barang orang lain tanpa izin itu namanya lancang, Dania segera menyuruh Rendy kembali ke kamarnya untuk istirahat. “Yaudah yuk ke kamar tidur aku temenin!” ajak Dania sambil mengandeng tangan adiknya menuju kamarnya.
Saat ingin keluar kamar tiba-tiba sebuah keris keluar dari dalam lemari pakaian yang terbuat dari kayu, menuju mereka sontak Dania menjerit dan Rendy berlari. Mendengar keributan Satria dan Nathan segera menuju ke lantai atas.
Sesampainya di tempat Dania dan Rendy berteriak. Nathan dan Satria terkejut bukan main keris yang sengaja di simpan oleh Satria terbang dan sepertinya mengamuk. Satria menggunakan tangannya dan membaca sesuatu dalam bahasa Jawa.
“Aku Tuanmu sekarang, jika kamu masih ingin ikut denganku makan turuti keinginanku mereka berdua adikku jangan sesekali kamu menyakiti mereka. Jika kamu sudah tak mau ikut denganku maka kamu akan saya larung ke laut selatan!” ucap Satria dalam bahasa Jawa yang membuat Dania dan Rendy tak mengerti apa yang di ucapkan.
Setelah Satria mengucapkan kalimat itu dalam bahasa Jawa akhirnya keris itu tidak berontak lagi, Satria memasukan kembali keris itu ke dalam kotak lalu memasukannya ke lemari dan menguncinya.
Satria menatap ke dua adiknya dengan marah. “Siapa yang berani lancang?!” maki Satria. “Tadi kita lagi makan mie terus ada suara dari kamar lu Bang,” jelas Dania.
“Dan lu pada buat apa sampe tuh keris ngamuk?!” maki Satria lagi menatap adiknya dengan mata menyipit, sedangkan Nathan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Tadi kita masuk cuma bersiin terus buka gorden lagian nih kamar penuh debu,” ungkap Dania.
“Yaudah lu pada keluar sekarang!” usir Satria yang masih dengan seragam dinasnya.
“Lagian lu ngapain sih miara keris! Piara tuh Sapi ama kambing udah jelas beranak! Lah ini keris isinya ghost semua.” Dania bicara pada abangnya karena mereka selalu akrab sejak kecil seperti teman, apalagi sejak kematian ibu mereka seakan mereka memiliki ikatan batin satu sama lain.
“Eh keluar gak lu atau lu gua tumbuk!” ancam Satria pada kedua adiknya, lalu mengambil cicak yang membuat mereka berteriak berlari keluar kamar.
Dania dan Rendy membawa mangkuk dan bekas makanan mereka ke dapur, “sini mangkuknya biar aku yang cuci!” ucap Dania. Rendy hanya menyerahkannya saja lalu bocah berusia delapan tahun itu duduk di kursi ruang makan sambil bermain game.
Tak lama Bi Jum datang ia terkejut saat melihat majikan kecilnya tengah mencuci piring, “aduh Nona cantik ini biar saya aja!” ujar Bi Jum. “Udah Bi gak papa kok lagian cuman beberapa mangkuk doang,” sahut Dania.
“Bibi nanti malam mau masak apa?” tanya Dania sambil terus mencuci piring, “saya mau masak sayur lodeh sama tahu krispi pesanan Tuan dan Non sendiri.” Bi Jum masih sibuk mengolah bahan masakannya.
"Aduh Non biasanya tuh kalo Nyonya masih ada saya ingat pernah di ajarin bikin sambel sama tahu krispi kesukaan Nona Nia ama Den Rendy,” jelas Bi Jum sambil tersenyum mengenang kebersamaan bersama majikannya yang baik hati.
“Emang mama orangnya menurut bibi kaya gimana?” tanya Dania yang sudah menyelesaikan mencuci piring.
“Nyonya kalo masak tuh jago kaya chef terkenal, dari bahan murah jadi masakan kaya restoran. Nyonya juga ngajarin saya katanya biar anak saya tuh ngerasain masakan enak meski dari bahan murah,” jelas Bi Jum.
Tanpa sadar satu tetes air mata menetes tapi segera di hapus menggunakan tangannya lalu Dania bicara pada ARTnya. “Emmm Bi aku mau ajak Rendy ke kamar soalnya banyak tugas sekolah,” pamit Dania.
“Oh iya Non,” sahut Bi Jumi.
Dania mengajak Rendy ke atas untuk belajar awalnya anak itu menolak tapi setelah dapat ancaman dari Dania dengan mengatakan. “Yaudah kalo kamu gak mau belajar tapi urusannya ama Papa aku gak mau ikut campur,” ancam Dania.
Rendy langsung mengikuti Dania ke kamar, Dania mengajarkan adiknya lalu mereka bersama-sama mengerjakan PR dari sekolah. Dania juga mengajarkan adiknya bagaimana cara mengatur keuangan.
“Jadi biasanya kalo kita naik Gojek 7 ribu ke seolah kalo aku ‘kan agak jauh jadi 10 ribu, nah minimal kita sisain uang jajan kita 5 ribu.”
Dania benar-benar memegang teguh ajaran mendiang ibunya ia berjanji pada ibunya agar mengajari adiknya jika dia sudah tiada, lalu Rendy hanya bisa mengadu dan berkeluh kesah dengan Dania.
Rendy tidak bisa berkeluh kesah dengan ayahnya karena sikap ayahnya yang keras dan bukannya mencari solusi Rendy malah di marahi. “Kamu itu anak laki-laki masa mau kayak banci masalah kecil aja di besarin coba selesain sendiri!!” maki Nathan.
Ucapan yang menyakitkan terlontar itu seolah terngiang di hati Rendy bahkan tak segan Nathan memukul putranya agar menjadi mandiri, memukul anak bukanlah didikan yang tepat malahan jika sudah besar anak itu bisa terkena mental.
Kekerasan dalam mendidik anak apalagi sudah menggunakan fisik bukan jalan yang tepat bukan hanya psikis dan mental yang kena tapi jiwa akan sakit dan bisa-bisa ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
Rendy selain berkeluh kesah dengan Dania biasanya bocah itu juga membagikan isi hatinya kepada Satria, beruntung Satria lebih mengerti situasi dan pikirannya yang masih muda juga terbuka.
Dania kembali ke kamarnya saat Rendy sudah tidur tapi tiba-tiba Nathan memanggilnya, “Dania!” panggil Nathan membuat Dania menoleh dengan memutar bola matanya jengah.
“Apa,” jawab Dania sambil memicingkan mata dan mulut yang miring.
“Bisa gak mukanya biasa aja!” marah Nathan.
“Astagfirullah emang mukanya harus kaya gimana?!” balas Dania pada ayahnya seolah tatapan musuh.
“Papa mau bicara empat mata sama kamu.” Nathan menatap putrinya yang berusia 15 tahun.
“Ngomong apa buruan aku ngantuk,” ucap Dania dengan malas mengurusi ayahnya.
“Tadi pagi kamu ama Pak sadarsono---” kalimat yang di lontarkan Nathan belum selesai tapi Dania memotongnya.
“Oh si Pak tua itu!! Biasa dia miara Tuyul lagian ngapain sih? Tuyulnya aja tadi siang ngerampok aku!!” jelas Dania.
“Tapi kamu tidak sepantasnya bersikap seperti itu pada orangtua!!” maki Nathan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments