Three Siblings Indigo
***AGAR CERITANYA NYAMBUNG LEBIH BAIK BACA DULU SERIES 1. Nadia, The Indigo Girl. ***
Malam semakin pekat di balik selimut sebuah cahaya menyinari ada kaka beradik yang belum tidur, keduanya sibuk menyalakan senter untuk buku horror, tak lama pria berusia paruh baya membuka pintu masuk kamar.
Tangan kekarnya membuka selimut dan menatap anak-anaknya, “kalian belum tidur?” tanya Nathan pada anak-anaknya. Dania menatap ayahnya dengan tatapan sinis karena ayahnya ibunya tiada dan karena ayahnya juga hidup ibunya di penuhi derita.
“Menurut situ!” ucap Dania dengan sinis.
Nathan berwajah merah padam antara marah dan kesal. Seolah dirinya kehilangan rasa hormat pada putrinya, saat ingin menampar tangannya di tahan oleh gadis berumur 15 tahun itu.
“Papa seorang Perwira tentara dan terpelajar tapi Papa tidak bisa memahami hubungan dalam keluarga tidak dengan istri atau pun anak!! Papa mengerti hubungan antara anak buah dan komandan papa juga mengerti hubungan dalam karir Papa!!” jelas Dania dengan mata berkaca-kaca.
“Kamu bicara apa anak kecil!!” maki Nathan tak terima saat ingin memukul kembali Dania gadis itu malah dengan berani menepisnya dan mengambil pisau kecil atau kita sebut karter.
Dania dengan berani menodongkan kepada ayahnya bahkan mengancam, lalu dengan nekat berusaha mengarahkan ke pergelangan tangannya. “Papa ingat aku di sayangi di keluarga Rejaya!! Dan papa ingat mereka memaklumi sikapku padamu!! Apa papa pernah berfikir berusaha mendapatkan kembali cinta putrinya dengan kasih sayang!!” maki Dania masih dengan pisaunya.
“Iya papa salah tolong sini pisaunya,” pinta Nathan pada putrinya.
“Sekali papa berani melangkah aku tak segan memotong pergelangan tanganku!!” ancam Dania dengan mata memerah dan air mata seolah ia sudah amat membenci ayahnya yang menurutnya menjadi penyebab kematian ibunya.
"Oke papa keluar sekarang!!” ucap Nathan yang buru-buru keluar kamar lalu menutup pintunya.
Dania bisa bernafas lega lantaran ayahnya bisa keluar dan ia menyimpan kembali pisaunya di saku bajunya, Rendy adiknya yang berusia sepuluh tahun memeluk kakaknya. Anak umur segitu belum paham mengapa ibunya bisa meninggal.
Dania menjelaskan dengan emosi kepada Rendy jika ayahnya penyebab kematian ibunya, waktu itu ayahnya ketahuan selingkuh dengan wanita lain. Ternyata ayahnya terkena pelet jaran goyang, beruntung ia bisa lepas dengan meminum air suci dari Kiai.
Tapi malang ibunya Nadia Sabrina bertempur dengan dukun dari wanita itu, dengan di bantu Nathan dan Satria kakaknya. Dukun itu mati mengenaskan dan yang pasti tubuh dukun itu di penuhi nanah.
Sekarang kabar wanita itu entah kemana. Ibunya yang bernama Nadia tiada karena penyakit asam lambung yang berkepanjangan, Dania yang masih belum mengerti menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya.
Dania yang belum puas dengan dendamnya ia berusaha balas dendam dengan mengirim wanita itu, guna-guna Dania menggunakan salah satu jin membuat tubuh wanita yang mengirimi ayahnya pelet bulu ditubuh selingkuhan Nathan berubah jadi besi.
Altar Victoria mulai menguasai jiwa Dania, hidupnya seolah tak ada arah dan tujuan ia hanya berfokus dengan amarahnya pada ayahnya terutama pada si sundal yang telah membuat hidup ibunya tiada.
“Bang Satria kapan pulang dari Papua_hiks_seolah kalo gak ada lu gua susah buat napas,” keluh Dania sambil memeluk Rendy adiknya.
Satria di tugaskan ke Papua hanya untuk seminggu tapi seminggu bagi Dania terasa bertahun-tahun, satu lagi pelayan di rumah termasuk saudaranya dilarang membuka lemari kamarnya.
Nathan tahu isinya ia tak bisa mengungkapkan apa isi lemari tersebut karena Dania dan Rendy masih sangat kecil untuk memahami semuanya, Dania memeluk adiknya ia amat menyayangi sang adik.
“Seandainya Rendy tahu kebenarannya maka kamu akan sama seperti yang aku rasakan sama papa,” batin Dania pada adiknya.
*************
Nathan kembali ke kamarnya ia menatap foto pernikahannya di nakas, Nadia mengenakan gaun dengan bordiran kebaya sedangkan Nathan memakai seragam lengkap dengan militer juga di depannya ada upacara pedang.
“Nadia aku gak tahu lagi bagaimana membuat Dania kembali menganggapku ayahnya,” ucap Nathan dengan sedih dan kecewa.
Tangan kekarnya mengambil bingkai foto tersebut lalu menatap foto pernikahan itu, ia memeluknya dengan lelehan air mata. Tak lama ponselnya berdering, Nathan langsung melihatnya ternyata itu putranya namanya Satria.
“Hallo,” kata Nathan membuka pembicaraan.
“....” jawab Satria.
“Jadi besok kamu mau pulang?” tanya Nathan pada anaknya.
“...”
“Waduh, berarti besok!!” ucap Nathan ia lupa menyiapkan pakaian dinasnya dan perlengkapan besok, seharusnya besok ia bertugas siang hari tapi malah pagi karena pergantian tugas bawahan yang secara tiba-tiba.
Nathan mematikan panggilan telepon anaknya ia segera menyiapkan semuanya dalam hal ini ia termenung sebentar ia menjadi ingat Nadia mendiang istrinya yang selalu tepat waktu dan menyiapkan semuanya.
Nathan berusaha untuk tidak melamun karena ia tak ada waktu karena besok pagi jam 6 ia sudah harus di kantor, besok putranya pulang dari Papua ada beberapa anggota dan pimpinan KKB yang berhasil di ringkus.
Nathan bertugas mengintrogasi para KKB itu, gerakan separatis di Papua. “Nadia aku rindu kamu, padahal sudah empat tahun tapi tetap aku belum bisa melupakanmu.” Nathan menyiapkan seragamnya lalu ia pergi istirahat.
Di malam hari Nathan bermimpi ia melihat anak berumur 15 tahun dari belakang terlihat seperti putrinya saat gadis itu menoleh ia menatap lagi secara jelas, gadis itu memutar kepalanya ke belakang seperti yang dilakukan kekasih hantu ibunya dulu lalu tersenyum.
Pakaian memakai gaun putih dan rambutnya di kuncir setengah ia tersenyum menatap Nathan sambil membawa obor di tangannya, mendekati ayahnya. “PEMBUNUH!!!” ujar Dania sambil menodongkan obor yang berisi api menyala.
“Kamu pembunuh!!” ucapnya lagi sambil mendekat membawa obor itu.
“Dania kamu apa-apaan sih?!” maki Nathan pada putrinya.
“KAMU PEMBUNUH!!” maki Dania lagi mendekati Nathan.
“Dania!!! Stop!!” ungkap Nathan yang muak.
“Kamu pembunuh mama!!!” ujar Dania sambil mendekat menodongkan obor, tanpa Nathan sadari ia sudah di ujung tangga.
Nathan terguling lalu kepalanya terpentok tembok yang membuatnya berdarah di kening, lalu terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Nathan mendongak menatap putrinya dengan marah membawa obor.
“Dania Papa bisa jelaskan!!” ucap Nathan lalu berusaha mengangkat tangannya.
“Kamu pembunuh!! Kamu pembunuh mama!! Kamu pantas mati!!” kata Dania dengan gelap mata membakar tubuh Nathan dengan api obor itu lalu Nathan terbangun dari mimpinya jam menunjukan pukul subuh ia segera berwudhu dan melaksanakan solat subuh.
Nathan berdoa mengeluh kesahnya kepada tuhan yang maha esa mengapa anak-anaknya menjadi berani padanya dan mengapa Dania membencinya, ia sadar perlakuannya kepada ibu mereka yang membuatnya seperti itu.
Ingin rasanya Nathan bermimpi mendiang istrinya bagaimana cara ia mengatasi amarah putrinya yang sudah sangat membencinya, ia amat tak mau Dania menjadi anak durhaka. Dania masih 15 tahun rasanya sangat sulit mengatasi remaja labil.
Jika salah bertindak maka masa depan sang anak yang akan menjadi konsekuensinya.
#BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-08-13
2