Metalmorfosis

Metalmorfosis

BAB 1. Tidak Ada Yang Percaya Dengan Kebenaran.

Halloo warga... Selamat datang di novel ketigaku...

Sebelum kumpul di RTnya bang Ren, nih disimak dulu pengenalan para tokoh. Semoga membantu untuk memvisualisasikan imajinasi kalian ya... Karna di novelku gak ada visual sehingga kalian bebas membayangkannya sesuka kalian.

Harapanku, semoga cerita kali ini juga menjadi penghiburan buat kalian yang membacanya. Semoga cerita ini bisa mengalihkan kalian dari kepenatan beraktifitas di dunia nyata. Dan juga, semoga ada pelajaran yang bisa di ambil dari cerita sederhana ini.

Okeee..

Selamat membaca....

*****

ZINNIA NASHIRA.

Gadis berusia 25 tahun yang masih bersikap kekanak-kanakan. Dengan ciri-ciri wajah biasa saja. Rambut pendek pirang. Selalu berpakaian serba hitam. Karna ia menyukai aliran musik metal, rock. Mengidolakan Avril Lavinge sehingga penampilannya banyak dipengaruhi oleh gaya artis itu. Anak pertama dari pasangan Dewi Arsa yang merupakan seorang hakim dan Hanafi yang merupakan seorang wakil menteri.

Walaupun punya orangtua dengan latar belakang hebat. Namun Jin (panggilannya) memilih untuk hidup suka-suka sesuai dengan keinginannya. Dia lebih sering memberontak ketimbang menuruti perkataan kedua orang tuanya. Ia putus sekolah saat SMA dan memilih menjadi penjual bakso untuk sekedar mencari penghidupan. Kalau ada kesempatan, ia juga bisa menjadi pencopet dadakan saat suasana hatinya sedang buruk.

REN KABA PRIANGGORO

Berumur 31 tahun. Dengan ciri-ciri wajah tampan khas anak orang kaya. Penampilan keseharian santai namun rapi saat di kantor. Menyukai aliran musik pop melow. Bahkan tak jarang ia sampai ikut galau sampai menangis ketika mendengarkan musik kesukaannya. Pewaris tunggal dari perusahaan kakeknya yaitu FD Corp. Anak pertama dari Semesta dan Rai Kenandra Prianggoro yang merupakan Direktur Utama maskapai penerbangan Sky Air Aviation.

Idola: ....?

Dia tidak punya idola. Dia juga hidup suka-suka tapi masih dalam batas aman.

NAVYA KUMALA

Umurnya baru 24 tahun. Tapi ia sudah bekerja di FD Corp sebagai kepala tim pemasaran. Itu karna ia memiliki otak yang cerdas dan cepat memahami situasi kalau masalah pekerjaan. Memiliki penampilan yang cantik dengan rambut panjang hitam berkilau. Semua itu ditunjang dengan sikapnya yang anggun. Bahkan cara berjalannyapun bak model profesional. Hampir semua pria dikantor mendambakanya menjadi istri. Apalagi ia adalah anak ke 2 dari pasangan Dewi Arsa dan Hanafi. Yang berarti dia adalah adik dari Zinnia.

Latar belakangnya mendukung semua itu.

JOHAM SYAH

Dia adalah teman Zinnia. Umurnya juga sama dengan Zinnia. Yaitu 25 tahun. Dia juga penggemar April Lavinge. Pokoknya, dari penampilan dan gaya hidup, Joham tidak pernah jauh dari Zinnia. Mereka berdua itu sudah satu paket.

Joham sedang berjuang untuk mendapatkan hati Navya. Namun ia selalu mendapatkan penolakan dari gadis itu. Namun ia tidak lantas menyerah begitu saja.

Namun di balik itu semua, Joham adalah seorang progammer kelas atas yang selalu dicari oleh para pelanggannya. Ia juga merupakan seorang direktur di perusahaan software yang ia dirikan sendiri.

****

Commuter Line jurusan Jatinegara-Angke Terlihat lebih padat dari biasanya. Mungkin efek malam minggu jadi banyak muda mudi yang keluar untuk menghabiskan malam panjang mereka.

Di dekat pintu keluar, duduk seorang pria dengan mengenakan celana pendek selutut berwarna putih tulang. Sepatu kets merk ternama, serta kaus putih dan kemeja kotak-kotak biru-putih yang tidak terkancing.

Headset bluetooth sempurna bertengger di kedua telinganya. Ia memejamkan mata sambil menyandarkan kepalanya. Menikmati setiap alunan nada yang mengalun indah di gendang telinganya. Tujuannya adalah sebuah area yang menjadi ajang fashion week di salah satu kawasan yang selalu di adakan setiap akhir pekan. Tempat yang belakangan ini menjadi ajang berkumpulnya orang-orang yang ingin memamerkan gaya fashion mereka.

Dia adalah Ren. Ren Kaba Prianggoro.

Malam minggu. Saat teman-temannya menghabiskan waktu bersama dengan pasangan mereka, namun Ren hanya bisa menghabiskan waktu sendirian di Commuter Line yang penuh sesak oleh penumpang.

Di hadapannya, berdiri seorang gadis yang sedang berpegangan pada handle sedang menatapnya kesal. Awalnya Ren tidak peduli. Namun lama-lama ia kesal juga setelah ditatap begitu lama.

“Apa? Kenapa?” Tanya Ren sambil balas memelototi gadis itu.

“Perasaan dikit kenapa, Bang? Prioritaskan tempat duduk buat cewek dong.” Ujar gadis yang mengenakan kaus dan celana jeans berwarna hitam itu. Separuh rambut pirangnya di ikat di belakang kepala.

Ren hanya memperhatikan gadis itu dari ujung kepala hingga kaki.

“Situ belum termasuk ke dalam kategori yang harus diberi prioritas. Kalau dilihat-lihat, situ bukan salah satu penyandang disabilitas. Juga bukan ibu hamil, apalagi nenek-nenek. Apa jangan-jangan, situ remaja jompo?” Ujar Ren sambil menahan tawa.

“Apa?”  Gadis itu tambah melotot kepada Ren. Tidak terima dikatai remaja jompo. “sia lan.” Makinya lirih.

Ren melanjutkan ketidak peduliannya. Sampai di stasiun berikutnya, datanglah seorang ibu hamil yang berdiri di hadapannya. Dan ia segera memberikan kursinya kepada ibu hamil tersebut. Sontak ia mendapat decikan dari gadis pirang yang kini berdiri tepat disampingnya.

“Silahkan, Mbak.” Ren mempersilahkan.

“Makasih, Mas.”

“Ch!” Gadis itu melirik sinis kepada Ren.

Ren hanya melengos saja kemudian sibuk dengan ponselnya. Sebelah tangannya memegang handle untuk menjaga keseimbangannya.

Walaupun fokusnya ke layar ponsel, namun ia masih bisa merasakan saat ada sebuah sentuhan di bokongnya. Ia juga bisa merasakan kalau perlahan dompet yang berada di saku belakangnya mulai bergerak naik.

Segera Ren menggeser tubuhnya dan menangkap tangan yang hendak mencuri dompetnya. Ia menarik dan mencengkeram tangan gadis yang berdiri disampingnya itu. Gadis itu tak kalah terkejutnya karna tiba-tiba Ren menarik dan mencengkeram tangannya dengan kuat.

“Kamu?!!” Ren mendelik kepada gadis itu.

“Aaaaaaaa!!!!!!!!”

Tiba-tiba gadis itu berteriak dengan sangat kencang. Membuat penumpang di gerbong mereka langsung melihat kepadanya.

“Kenapa, Kak?” Tanya seorang pemuda yang tak jauh dari mereka.

“Tolong! Dia melecehkan saya!” Pekik gadis itu lagi.

Ren langsung melepaskan tangan gadis itu seketika. Sementara gadis itu langsung menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. Menatap pias kepada Ren yang jadi bingung karna reaksinya.

“Hei!” Ren berteriak saat beberapa pria tiba-tiba memeganginya. Mencengkeram kedua tangannya ke belakang.

“Dia bohong, Pak! Saya gak ada nyentuh dia. Dia yang mau ambil dompet saya! Dia itu pencopet!” Pekik Ren membela diri.

“Bohong! Kamu udah pegang-pegang pan tat saya!”

“Kamu yang bohong! Dasar pencuri!” Ren tetap membela diri. Membuat orang-orang bingung melihat mereka.

“Mana buktinya kalau aku mencuri?!” Gadis itu tetap pada aktingnya. “Kamu yang mesum, kok malah nuduh aku pencuri!” Gadis itu mulai meneteskan airmata demi menarik simpati dari orang-orang.

Seorang pria yang memegangi Ren meraba arah kantung celananya. Ia menarik dompet Ren yang masih berada di dalamnya dan menunjukkannya kepada semua orang.

Kini keadaan Ren semakin terpojok dengan bukti bahwa dompetnya masih ada di dalam sakunya. Dan tuduhan pelecehan seksualpun langsung tersemat kepadanya. Para pria semakin mengeratkan cengkeramannya hingga membuatnya kesulitan untuk bergerak. Sementara gadis itu sedang di tenangkan oleh beberapa ibu-ibu yang bersimpati padanya.

“Pak! Dia bohong, Pak!” Ren masih mencoba membela diri walaupun tidak ada satu orangpun yang percaya padanya.

Beberapa saat kemudian, dua orang pihak keamanan kereta datang dan langsung membawa Ren turun di stasiun terdekat  untuk kemudian di serahkan ke kantor polisi.

Gadis yang menjadi ‘korban’ pun ikut dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.

Kini, Ren dan gadis itu sudah berada di sebuah ruangan kantor polisi dan sedang di selidiki.

“Pak, tolong percaya sama saya. Saya sama sekali gak pernah menyentuhnya, Pak. Dia yang mau mencuri dompet saya!” Tegas Ren kepada petugas yang sedang mencatat di komputer dengan sesekali melihat kepada KTP milik Ren.

“Kamu, mana KTP-mu?” Petugas meminta kartu identitas milik gadis itu.

“Saya gak bawa, Pak.” Jawab gadis itu dengan raut wajah sedih.

“Tuh kan Pak. Dia ini penipu, Pak. Kalau enggak, mana mungkin dia gak bawa KTP.” Ren memanfaatkan situasi untuk membela diri. Namun sepertinya petugas tak serta merta mempercayainya.

“Boleh saya telfon pengacara saya, Pak?” Ujar Ren meminta izin.

“Wwiihh. Gaya sekali pake pengacara segala. Ngaku aja kalau memang kamu melecehkan Mbak ini.” Seloroh salah satu petugas mentertawakan Ren. Namun Ren tetap di perbolehkan untuk menelfon.

Ren segera menelfon Pak Heru, penasihat hukum di perusahaannya. Heru langsung bergerak cepat untuk mengamankan bukti berupa vlog dari salah satu penumpang kereta. Tidak butuh waktu lama karna ia punya banyak jaringan dimana-mana.

Dua jam kemudian, Heru sudah tiba di kantor polisi beserta dengan Ariga, sekretaris Ren. Heru segera menyerahkan bukti video kepada petugas yang hanya bisa ternganga saja melihat kepada gadis yang sedang menggigiti bibirnya itu. Dan akhirnya Ren dinyatakan tidak bersalah.

“Maaf atas ketidak nyamanannya, Mas.” Petugas meminta maaf kepada Ren.

“Iya, gak apa-apa, Pak. Yang penting tolong ditindak itu.” Ujar Ren yang menunjuk gadis pencuri dengan dagunya. Sedangkan gadis itu hanya melirik padanya saja. Tidak merasa bersalah sama sekali.

Ren sudah boleh keluar dari kantor polisi. Bersama dengan Ariga dan Heru, mereka berjalan menuju ke arah mobil di parkir.

“Makasih banyak, Pak Heru.” Ujar Ren.

“Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu.”

Ariga segera membukakan pintu untuk bosnya itu. Sementara Heru mengemudikan mobilnya sendiri.

“Harusnya Bapak ngajak saya. Atau naik mobil sendiri aja, Pak. Kenapa harus naik kereta, Pak?” Ariga mulai merepet menyalurkan kekesalannya. Karna peristiwa bodoh hampir saja menimpa Ren.

“Sekali-kali perlu healing, Ga.” Jawab Ren santai.

“Healing apaan kalau akhirnya dibawa ke kantor polisi, Pak? Healing itu ke gunung, ke laut.” Ariga masih saja merepet. “Kenapa gak di tuntut aja cewek itu, Pak?”

“Udah di urus sama Pak Heru.” Ujar Ren yang kemudian berusaha untuk memejamkan mata sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi mobil.

Melihat itu, Ariga sudah tidak berani protes lagi. Ia terus melajukan mobil menuju ke kediaman Ren.

Terpopuler

Comments

Dwi ratna

Dwi ratna

wah paman ariga nih

2023-05-01

0

Ney Maniez𖤍ᴹᴿ᭄ᴰᵁᴼʙᷣʏͧᴛᷤᴀͧᴀͪ☠

Ney Maniez𖤍ᴹᴿ᭄ᴰᵁᴼʙᷣʏͧᴛᷤᴀͧᴀͪ☠

mampir

2022-12-09

0

Dea Amira 🍁

Dea Amira 🍁

nyimak

2022-11-10

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Tidak Ada Yang Percaya Dengan Kebenaran.
2 BAB 2. Terjebak Di Padang Kaktus.
3 BAB 3. Tawa. Tempat Bersembunyi Paling Sempurna.
4 BAB 4. Kebebasan Untuk Memillih Waktu Yang Tepat.
5 BAB 5. Ucapan Adalah Senjata Paling Tajam Di Dunia.
6 BAB 6. Permintaan Maaf Yang Tulus.
7 BAB 7. Semua Hanya Butuh Waktu Yang Tepat Untuk Melalui Proses.
8 BAB 8. Hari Baik Belum Tentu Menjadi Yang Terbaik.
9 BAB 9. Menyembunyikan Diri Dalam Kegelapan.
10 BAB10. Bersiap Menyambut Kemandirian.
11 BAB 11. Malu Dan Tidak Mau Mengakui.
12 BAB 12. Sebutan Kosong Yang Tidak Berarti.
13 BAB 13. Terlihat Sekelebatan Luka.
14 BAB 14. Ternyata Sesulit Itu Menemukan Ketulusan.
15 BAB 15. Ada Batasan Yang Tidak Terlihat.
16 BAB 16. Sudah Biasa Dipandang Remeh.
17 BAB 17. Malam Yang Memberi Banyak Keuntungan.
18 BAB 18. Entah Lelah Fisik, Atau Lelah Hati.
19 BAB 19. Kenyaman Yang Disebut, Keluarga.
20 BAB 20. Harapan Yang Berkelebat Dan Menimbulkan Rasa Iri.
21 BAB 21. Lebih Banyak Yang Menyembunyikan Sifat Asli.
22 BAB 22. Tidak Punya Hak, Tapi Merasa Kesal.
23 BAB 23. Tidak Ada Raut Kekhawatiran Yang Terbaca.
24 BAB 24. Tidak Seperti Yang Terlihat
25 BAB 25. Tidak Bisa Diam Saja.
26 BAB 26. Digelitik Oleh Perasaan Aneh Yang Menyenangkan.
27 BAB 27. Rintik Hujan Menambah Malu.
28 BAB 28. Tingginya Keegoisan Hingga Menutupi Fikiran.
29 BAB 29. Mendung Yang Tak Kunjung Mendatangkan Hujan.
30 BAB 30. Serapat Apapun Menyembunyikan, Akan Ada Waktunya Untuk Di Ketahui.
31 BAB 31. Hitam Adalah Benteng Pertahanan.
32 BAB 32. Tidak Menemukan Alasannya.
33 BAB 33. Hati Yang Pias Dan Penuh Rasa Iri.
34 BAB 34. Senyuman Yang Berhasil Meluluh Lantakkan Sebuah Hati.
35 BAB 35. Sebaran Dalam Batasan.
36 BAB 36. Keindahan, Tersenyum Kepada Matahari.
37 BAB 37. Kebohongan Yang Sering Di Ucapkan Manusia.
38 BAB 38. Rumah Yang Tidak Pernah Menerimaku.
39 BAB 39. Setiap Orang Berhak Hidup Dengan Caranya Sendiri.
40 BAB 40. Untuk Sesaat Melupakan Luka.
41 BAB 41. Menjaga, Bukan Merusak. Itu Adalah Sikap Pria Hebat.
42 BAB 42. Benar Itu Semua Adalah Bagian Dari Masa Lalu.
43 BAB 43. Kecurigaan Yang Berakhir Dengan Salah Faham.
44 BAB 44. Sakit Akibat Praduga Yang Salah.
45 BAB 45. Ilusi Dari Sebuah Jurang Yang Nampak Menakutkan.
46 BAB 46. Ladang Yang Di Penuhi Oleh Bunga Dan Kupu-Kupu.
47 BAB 47. Menyusupkan Keinginan Di Antara Peringatan.
48 BAB 48. Dua Hati Yang Sedang Berbunga-Bunga Itu, Enggan Berpisah.
49 BAB 49. Deguban Rindu Yang Mendebarkan.
50 BAB 50. Sisi Kerapuhan Dan Kehancuran Yang Harus Di sembunyikan.
51 BAB 51. Sebenarnya Tidak Punya Hak Ikut Campur.
52 BAB 52. Orang Cenderung Melihat Hasilnya Ketimbang Prosesnya.
53 BAB 53. Sejauh Ini, Perasaan Itu Masih Terjaga Dengan Baik.
54 BAB 54. Besar Kepala Karna Kesempurnaan.
55 BAB 55. Rasa Bahagi Yang Sewaktu-Waktu Bisa Berubah Mnejadi Rasa Sakit.
56 BAB 56. Malam Yang Semprna Membawa Kebahagiaan Sekaligus Rasa Sakit.
57 BAB 57. Menawarkan Sandaran Dan Perlindungan.
58 BAB 58. Tidak Perlu Romantis, Yang Penting Tulus.
59 BAB 59. Selalu Ada Yang Tersakiti Saat Yang Lain Mendapatkan Kebahagiaan.
60 BAB 60. Senyum Pesakitan, Menandakan Hati Yang Sudah Terkoyak-Koyak.
61 BAB 61. Orang Yang Tepat Untuk Sandaran Luka.
62 BAB 62. Menangis Dalam Diam Adalah Hal Yang Menmyakitkan.
63 BAB 63. Hati Yang Masih Terjebak Di Masa Anak-Anak.
64 BAB 64. Rencana Masa Depan Itu Sudah Tersusun Rapi.
65 BAB 65. Hal Umum Namun Tidak Pernah Di Dapatkan.
66 BAB 66. Masih Punya Banyak Kekuatan Untuk Mengendalikan Diri.
67 BAB 67. Masih Belum Terbiasa Dengan Perubahan Sikap Yang Tiba-Tiba.
68 BAB 68. Pengakuan Atas Hak Milik.
69 BAB 69. Pujian Tapi Kok Menyakitkan.
70 BAB 70. Jurus Belas kasih. Pukulan Telak.
71 BAB 71. Tawa Itu, Telah Memantabkan Sebuah Rencana.
72 BAB 72. Putri Yang Baik Hati.
73 BAB 73. Pribadinya Masih Jauh Dari kata Dewasa.
74 BAB 74. Tidak Lagi Menemukan Jalan Untuk Melarikan Diri.
75 BAB 75. Hancur Untuk Yang Kedua Kalinya.
76 BAB 76. Orang Baik Tidak Benar-Benar Baik.
77 BAB 77. Rasa Malu Telah Mengalahkannya.
78 BAB 78. Kemalangan Seolah Masih Enggan Untuk Pergi.
79 BAB 79. Keputusan Tergesa-Gesa. Semoga Menjadi Baik.
80 BAB 80. Karma Butuh Waktu Untuk Mempersiapkan Balasan Terhebat.
81 BAB 81. Tidak Dalam Kondisi Bisa Memilih.
82 BAB 82. Sudah Jadi Hak Milik.
83 BAB 83. Ayo Kita Bahagia Sama-Sama.
84 Novel Baru.
Episodes

Updated 84 Episodes

1
BAB 1. Tidak Ada Yang Percaya Dengan Kebenaran.
2
BAB 2. Terjebak Di Padang Kaktus.
3
BAB 3. Tawa. Tempat Bersembunyi Paling Sempurna.
4
BAB 4. Kebebasan Untuk Memillih Waktu Yang Tepat.
5
BAB 5. Ucapan Adalah Senjata Paling Tajam Di Dunia.
6
BAB 6. Permintaan Maaf Yang Tulus.
7
BAB 7. Semua Hanya Butuh Waktu Yang Tepat Untuk Melalui Proses.
8
BAB 8. Hari Baik Belum Tentu Menjadi Yang Terbaik.
9
BAB 9. Menyembunyikan Diri Dalam Kegelapan.
10
BAB10. Bersiap Menyambut Kemandirian.
11
BAB 11. Malu Dan Tidak Mau Mengakui.
12
BAB 12. Sebutan Kosong Yang Tidak Berarti.
13
BAB 13. Terlihat Sekelebatan Luka.
14
BAB 14. Ternyata Sesulit Itu Menemukan Ketulusan.
15
BAB 15. Ada Batasan Yang Tidak Terlihat.
16
BAB 16. Sudah Biasa Dipandang Remeh.
17
BAB 17. Malam Yang Memberi Banyak Keuntungan.
18
BAB 18. Entah Lelah Fisik, Atau Lelah Hati.
19
BAB 19. Kenyaman Yang Disebut, Keluarga.
20
BAB 20. Harapan Yang Berkelebat Dan Menimbulkan Rasa Iri.
21
BAB 21. Lebih Banyak Yang Menyembunyikan Sifat Asli.
22
BAB 22. Tidak Punya Hak, Tapi Merasa Kesal.
23
BAB 23. Tidak Ada Raut Kekhawatiran Yang Terbaca.
24
BAB 24. Tidak Seperti Yang Terlihat
25
BAB 25. Tidak Bisa Diam Saja.
26
BAB 26. Digelitik Oleh Perasaan Aneh Yang Menyenangkan.
27
BAB 27. Rintik Hujan Menambah Malu.
28
BAB 28. Tingginya Keegoisan Hingga Menutupi Fikiran.
29
BAB 29. Mendung Yang Tak Kunjung Mendatangkan Hujan.
30
BAB 30. Serapat Apapun Menyembunyikan, Akan Ada Waktunya Untuk Di Ketahui.
31
BAB 31. Hitam Adalah Benteng Pertahanan.
32
BAB 32. Tidak Menemukan Alasannya.
33
BAB 33. Hati Yang Pias Dan Penuh Rasa Iri.
34
BAB 34. Senyuman Yang Berhasil Meluluh Lantakkan Sebuah Hati.
35
BAB 35. Sebaran Dalam Batasan.
36
BAB 36. Keindahan, Tersenyum Kepada Matahari.
37
BAB 37. Kebohongan Yang Sering Di Ucapkan Manusia.
38
BAB 38. Rumah Yang Tidak Pernah Menerimaku.
39
BAB 39. Setiap Orang Berhak Hidup Dengan Caranya Sendiri.
40
BAB 40. Untuk Sesaat Melupakan Luka.
41
BAB 41. Menjaga, Bukan Merusak. Itu Adalah Sikap Pria Hebat.
42
BAB 42. Benar Itu Semua Adalah Bagian Dari Masa Lalu.
43
BAB 43. Kecurigaan Yang Berakhir Dengan Salah Faham.
44
BAB 44. Sakit Akibat Praduga Yang Salah.
45
BAB 45. Ilusi Dari Sebuah Jurang Yang Nampak Menakutkan.
46
BAB 46. Ladang Yang Di Penuhi Oleh Bunga Dan Kupu-Kupu.
47
BAB 47. Menyusupkan Keinginan Di Antara Peringatan.
48
BAB 48. Dua Hati Yang Sedang Berbunga-Bunga Itu, Enggan Berpisah.
49
BAB 49. Deguban Rindu Yang Mendebarkan.
50
BAB 50. Sisi Kerapuhan Dan Kehancuran Yang Harus Di sembunyikan.
51
BAB 51. Sebenarnya Tidak Punya Hak Ikut Campur.
52
BAB 52. Orang Cenderung Melihat Hasilnya Ketimbang Prosesnya.
53
BAB 53. Sejauh Ini, Perasaan Itu Masih Terjaga Dengan Baik.
54
BAB 54. Besar Kepala Karna Kesempurnaan.
55
BAB 55. Rasa Bahagi Yang Sewaktu-Waktu Bisa Berubah Mnejadi Rasa Sakit.
56
BAB 56. Malam Yang Semprna Membawa Kebahagiaan Sekaligus Rasa Sakit.
57
BAB 57. Menawarkan Sandaran Dan Perlindungan.
58
BAB 58. Tidak Perlu Romantis, Yang Penting Tulus.
59
BAB 59. Selalu Ada Yang Tersakiti Saat Yang Lain Mendapatkan Kebahagiaan.
60
BAB 60. Senyum Pesakitan, Menandakan Hati Yang Sudah Terkoyak-Koyak.
61
BAB 61. Orang Yang Tepat Untuk Sandaran Luka.
62
BAB 62. Menangis Dalam Diam Adalah Hal Yang Menmyakitkan.
63
BAB 63. Hati Yang Masih Terjebak Di Masa Anak-Anak.
64
BAB 64. Rencana Masa Depan Itu Sudah Tersusun Rapi.
65
BAB 65. Hal Umum Namun Tidak Pernah Di Dapatkan.
66
BAB 66. Masih Punya Banyak Kekuatan Untuk Mengendalikan Diri.
67
BAB 67. Masih Belum Terbiasa Dengan Perubahan Sikap Yang Tiba-Tiba.
68
BAB 68. Pengakuan Atas Hak Milik.
69
BAB 69. Pujian Tapi Kok Menyakitkan.
70
BAB 70. Jurus Belas kasih. Pukulan Telak.
71
BAB 71. Tawa Itu, Telah Memantabkan Sebuah Rencana.
72
BAB 72. Putri Yang Baik Hati.
73
BAB 73. Pribadinya Masih Jauh Dari kata Dewasa.
74
BAB 74. Tidak Lagi Menemukan Jalan Untuk Melarikan Diri.
75
BAB 75. Hancur Untuk Yang Kedua Kalinya.
76
BAB 76. Orang Baik Tidak Benar-Benar Baik.
77
BAB 77. Rasa Malu Telah Mengalahkannya.
78
BAB 78. Kemalangan Seolah Masih Enggan Untuk Pergi.
79
BAB 79. Keputusan Tergesa-Gesa. Semoga Menjadi Baik.
80
BAB 80. Karma Butuh Waktu Untuk Mempersiapkan Balasan Terhebat.
81
BAB 81. Tidak Dalam Kondisi Bisa Memilih.
82
BAB 82. Sudah Jadi Hak Milik.
83
BAB 83. Ayo Kita Bahagia Sama-Sama.
84
Novel Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!