BAB 2. Terjebak Di Padang Kaktus.

Zinnia masih terduduk di salah satu kursi ruangan kantor polisi setelah Ren pergi bersama dengan pengacara dan sekretarisnya. Ia bersedekap sambil menggoyang-goyangkan kursi yang ia duduki.

“Cepetan telfon keluargamu.” Perintah salah satu petugas.

“Saya gak punya keluarga, Pak.” Jawabnya santai.

“Kalau gitu saudaramu.”

“Saya juga gak punya saudara, Pak.”

“Ya ampun Mbak. Mana mungkin ada orang yang gak punya saudara.”

“Ada, buktinya saya.”

“Kamu bawa KTP, kan? Mana sini KTP-mu?” Pinta petugas.

Awalnya Zinnia enggan untuk memberikannya. Namun setelah melihat petugas yang melotot ke arahnya, ia jadi meringsut dan kemudian mengeluarkan dompetnya. Dengan terpaksa menyerahkan KTP kepada petugas.

“Dari tadi gini kan udah Selesai kerjaan.” Gerutu petugas yang kesal karna Zinnia keras kepala.

Petugas itu memperhatikan kartu identitas milik Zinnia kemudian mencatatnya di komputer.

“Umur udah 25 masih demen nyopet, Kamu. Cari kerja yang halal, Mbak. Banyak di luar sana kerja yang halal.”

“Bapak kok mental shamming sih! Bapak bisa saya tuntut lho, atas perbuatan tidak menyenangkan karna bapak udah nyinggung saya.”

“Ya,,, ya,,, ya,,,” petugas itu nampak enggan menanggapi Zinnia.

Zinnia merogoh saku celananya saat ponSelnya berbunyi. Ada nama ‘Joo’ yang muncul di layar ponSelnya.

“Joooooo....” Rengeknya tiba-tiba saat mengangkat ponSelnya.

“Dimana? Aku udah di lokasi ini.” Ujar pria bernama Joham Syah itu. Suaranya terdengar kesal.

“Di kantor polisi.” Jawab Zinnia santai.

“Hah? Kok di kantor polisi? Ngapain?”

“Biasa....”

Joham sepertinya mengerti apa yang dimaksud oleh Zinnia dengan ‘biasa’.

“Ya ampun. Kamu ini ya. Gak ada kapok-kapoknya sih!” Joham malah ikut menggerutu.

“Buruan kesini.” Perintah Zinnia kemudian mematikan ponsel secara sepihak.

“Kamu tau ancaman hukumanmu?” Tanya petugas kembali.

“3 tahun.” Lagi-lagi Zinnia menjawabnya dengan santai.

“Nah itu tau. Kenapa masih ngelakuin?”

Zinnia terdiam.

Namun obrolan itu terhenti saat ada seorang wanita berkacamata yang mengetuk pintu dan kemudian masuk ke dalam ruangan. Wanita muda itu memperkenalkan dirinya sebagai wali dari Zinnia.

Zinnia nampak melengos tidak peduli. Ia sudah menduga kalau Selvi akan datang. Mengingat kalau ibunya pastilah sudah dikabari oleh orang-orang kenalannya yang berada di kantor polisi.

Sekretaris pribadi ibunya itu langsung menyelesaikan masalah saat itu juga.

“Jadi ini anaknya Bu Arsa?” Petugas itu nampak berbisi-bisik kepada sesama rekannya.

Tidak heran. Karna ibunya terkenal sebagai hakim yang banyak di kagumi oleh orang-orang yang bergelut di bidang hukum. Termasuk para polisi.

“Kalau begitu kami permisi dulu, Pak. Terimakasih atas kerja samanya.” Ucap Selvi sambil memaksa Zinnia untuk keluar dari ruangan itu lewat kode kepalanya.

Zinnia yang masih bersedekap mengikuti Selvi dengan diam. Berjalan keluar dari kantor polisi ke arah mobil terparkir.

“Kenapa gak masuk?”

“Kak Selvi duluan aja. Aku nunggu temen.”

Selvi tidak peduli. Ia mengangguk kemudian masuk sendiri ke dalam mobil.

Zinnia mengikuti kepergian mobil Selvi yang mulai menghilang dari pandangan. Berdiri sambil sesekali menendang-nendang kerikil untuk mengusir bosan.

Kalau teringat kejadian sore tadi, rasanya enggan sekali ia pulang ke rumah. Karna bisa di pastikan kalau ia hanya akan mendapat omelan dari ayah, ibu, bahkan adiknya yang ‘sempurna’ itu.

******

Flasback di ruang keluarga tadi sore.

Zinnia sedang sibuk dengan ponselnya. Duduk bersila di sofa dengan TV yang menyala tanpa ada yang melihatnya. Tangan kanannya sibuk menjumputi snack kue bawang dari dalam toples di pangkuannya.

Saat terdengar suara mobil ibunya yang sudah kembali dari bekerja, ia segera merapikan duduk dan menutup toples serta menaruhnya kembali ke atas meja. Ia juga menepis-nepis remahan yang mungkin terjatuh di atas sofa.

“Mama udah pulang?” Sapanya dengan tersenyum.

“iya.” Jawab Arsa yang ikut duduk di sofa. Wanita paruh baya itu meletakkan tasnya di atas meja kemudian menyandarkan kepalanya.

Zinnia menutup ponsel lipatnya kemudian membenahi duduknya untuk menghadap ibunya.

“ma...” Lirihnya.

“Apa? Mau minta apa?”

“Hehehe.. Ehmmm,, Zinnia mau lihat konser di Malang, boleh?”

“Konser apa?”

“Ya konser musik metal.”

“Gak.” Jawab Arsa tegas.

Dan seketika suasana hati Zinnia berubah kesal. Ia merengut kepada ibunya dengan mendengus kecil. Mengutarakan kekesalannya padahal ia belum mengatakan alasannya.

“Kamu ini mau sampai kapan begini terus? Gak pengen berubah apa? Gak iri lihat adikmu yang udah berhasil dan sukses di umur semuda itu? Gimana caranya Mama bisa ngerubah kamu, Zinnia?”

Mulaiiii... Batin Zinnia kesal.

“Di umur segini, seharusnya kamu ini udah mikirin kerjaan. Gimana nasib masa depan kamu nanti? Lihat adikmu itu. Masa depannya sudah terjamin. Kenapa kalian ini beda? Kamu seperti bukan anak mama aja.” Dengus Arsa yang sudah kesal. Ia sudah lelah bekerja, ditambah dengan putri sulungnya yang selalu membuat masalah. Sibuk mengurusi konser apalah itu.

“Mungkin memang aku bukan anak Mama, kali.” Jawab Zinnia.

“Zinnia!!” Arsa sudah terpancing emosi.

“Memang apa salahku, Ma? Berhenti banding-bandingin aku sama Navya! Selama ini Mama gak pernah urusin hidupku dan terlalu fokus sama hidup Navya! Mama bahkan gak peduli saat aku minta berhenti sekolah dan malah biarin aku gitu aja. Di hidup Mama cuma ada Navya! Navya! Dan Navya! Cuma dia yang bisa banggain Mama sama Papa tanpa melihat kepadaku!” Zinnia sudah kepalang emosi.

Plak!

Sebuah tamparan dari Hanafi yang baru pulang bekerja tapi sudah mendapati istri dan anaknya bertengkar.

“Kamu ini apa gak pernah di ajari buat hormat sama orang tua?! Tiap hari melawan terus kalau di bilangin.” Dengus Hanafi dengan tatapan marahnya.

Hati Zinnia kembali terkoyak. Tamparan di pipi sakitnya tidak sebanding dengan yang ia rasakan di hatinya. Ia masih ingin melawan. Tapi saat melihat sekelebatan bayangan Navya yang berdiri di pintu masuk, membuatnya enggan untuk melanjutkan.

Seperti baisa, Navya melihat dengan tatapan menjijikkan dan remeh kepadanya. Membuat sakit di hatinya semakin berambah saja.

Zinnia muak tinggal di rumah ini. Ia  muak dengan semua perlakuan yang selalu ia terima dari orangtua dan adiknya. Ia ingin pergi tapi ia tidak punya tempat pelarian.

saking kesalnya, Zinnia langsung mendengus pergi begitu saja melewati Navya. ia keluar dari rumah dan tidak mempedulikan teriakan ibunya yang memanggil namanya.

Di mata keluarganya, ia seperti tidak terlihat. Selalu dipandang remeh dengan apapun yang ia lakukan. Ia ingin keluar dari tempurung yang menyesakkan itu. Pergi ke tempat dimana orang tidak memandang rendah dirinya. Dan tidak di banding-bandingkan dengan siapapun.

Untuk saat ini, pelariannya adalah musik metal. Saat ia mendengar dentuman demi dentuman di telinganya, membuat hati dan fikirannya kosong. Sesaat, ia bisa melupakan tempat yang membuatnya sesak tak berkesudahan itu.

Sejak kecil tidak di anggap dan Selalu diremehkan oleh keluarga sendiri. Itu ibarat seperti hidup di tengah padang kaktus. Kemanapun ia bergerak, duri-duri yang menyakitkan akan terus menusuk menembus kedalam kulitnya. Hingga menyebabkan luka itu gatal dan perlahan membusuk.

Terpopuler

Comments

Dwi ratna

Dwi ratna

nyesek deh, aq pernh dposisi itu jin

2023-05-01

0

Ney Maniez

Ney Maniez

msh nyimak

2022-12-09

0

neng ade

neng ade

anak nya Rai dan Semesta brarti ada 2 ya thor .. yg 1 kan nama nya Ranu di novel my handsome richman

2022-08-30

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Tidak Ada Yang Percaya Dengan Kebenaran.
2 BAB 2. Terjebak Di Padang Kaktus.
3 BAB 3. Tawa. Tempat Bersembunyi Paling Sempurna.
4 BAB 4. Kebebasan Untuk Memillih Waktu Yang Tepat.
5 BAB 5. Ucapan Adalah Senjata Paling Tajam Di Dunia.
6 BAB 6. Permintaan Maaf Yang Tulus.
7 BAB 7. Semua Hanya Butuh Waktu Yang Tepat Untuk Melalui Proses.
8 BAB 8. Hari Baik Belum Tentu Menjadi Yang Terbaik.
9 BAB 9. Menyembunyikan Diri Dalam Kegelapan.
10 BAB10. Bersiap Menyambut Kemandirian.
11 BAB 11. Malu Dan Tidak Mau Mengakui.
12 BAB 12. Sebutan Kosong Yang Tidak Berarti.
13 BAB 13. Terlihat Sekelebatan Luka.
14 BAB 14. Ternyata Sesulit Itu Menemukan Ketulusan.
15 BAB 15. Ada Batasan Yang Tidak Terlihat.
16 BAB 16. Sudah Biasa Dipandang Remeh.
17 BAB 17. Malam Yang Memberi Banyak Keuntungan.
18 BAB 18. Entah Lelah Fisik, Atau Lelah Hati.
19 BAB 19. Kenyaman Yang Disebut, Keluarga.
20 BAB 20. Harapan Yang Berkelebat Dan Menimbulkan Rasa Iri.
21 BAB 21. Lebih Banyak Yang Menyembunyikan Sifat Asli.
22 BAB 22. Tidak Punya Hak, Tapi Merasa Kesal.
23 BAB 23. Tidak Ada Raut Kekhawatiran Yang Terbaca.
24 BAB 24. Tidak Seperti Yang Terlihat
25 BAB 25. Tidak Bisa Diam Saja.
26 BAB 26. Digelitik Oleh Perasaan Aneh Yang Menyenangkan.
27 BAB 27. Rintik Hujan Menambah Malu.
28 BAB 28. Tingginya Keegoisan Hingga Menutupi Fikiran.
29 BAB 29. Mendung Yang Tak Kunjung Mendatangkan Hujan.
30 BAB 30. Serapat Apapun Menyembunyikan, Akan Ada Waktunya Untuk Di Ketahui.
31 BAB 31. Hitam Adalah Benteng Pertahanan.
32 BAB 32. Tidak Menemukan Alasannya.
33 BAB 33. Hati Yang Pias Dan Penuh Rasa Iri.
34 BAB 34. Senyuman Yang Berhasil Meluluh Lantakkan Sebuah Hati.
35 BAB 35. Sebaran Dalam Batasan.
36 BAB 36. Keindahan, Tersenyum Kepada Matahari.
37 BAB 37. Kebohongan Yang Sering Di Ucapkan Manusia.
38 BAB 38. Rumah Yang Tidak Pernah Menerimaku.
39 BAB 39. Setiap Orang Berhak Hidup Dengan Caranya Sendiri.
40 BAB 40. Untuk Sesaat Melupakan Luka.
41 BAB 41. Menjaga, Bukan Merusak. Itu Adalah Sikap Pria Hebat.
42 BAB 42. Benar Itu Semua Adalah Bagian Dari Masa Lalu.
43 BAB 43. Kecurigaan Yang Berakhir Dengan Salah Faham.
44 BAB 44. Sakit Akibat Praduga Yang Salah.
45 BAB 45. Ilusi Dari Sebuah Jurang Yang Nampak Menakutkan.
46 BAB 46. Ladang Yang Di Penuhi Oleh Bunga Dan Kupu-Kupu.
47 BAB 47. Menyusupkan Keinginan Di Antara Peringatan.
48 BAB 48. Dua Hati Yang Sedang Berbunga-Bunga Itu, Enggan Berpisah.
49 BAB 49. Deguban Rindu Yang Mendebarkan.
50 BAB 50. Sisi Kerapuhan Dan Kehancuran Yang Harus Di sembunyikan.
51 BAB 51. Sebenarnya Tidak Punya Hak Ikut Campur.
52 BAB 52. Orang Cenderung Melihat Hasilnya Ketimbang Prosesnya.
53 BAB 53. Sejauh Ini, Perasaan Itu Masih Terjaga Dengan Baik.
54 BAB 54. Besar Kepala Karna Kesempurnaan.
55 BAB 55. Rasa Bahagi Yang Sewaktu-Waktu Bisa Berubah Mnejadi Rasa Sakit.
56 BAB 56. Malam Yang Semprna Membawa Kebahagiaan Sekaligus Rasa Sakit.
57 BAB 57. Menawarkan Sandaran Dan Perlindungan.
58 BAB 58. Tidak Perlu Romantis, Yang Penting Tulus.
59 BAB 59. Selalu Ada Yang Tersakiti Saat Yang Lain Mendapatkan Kebahagiaan.
60 BAB 60. Senyum Pesakitan, Menandakan Hati Yang Sudah Terkoyak-Koyak.
61 BAB 61. Orang Yang Tepat Untuk Sandaran Luka.
62 BAB 62. Menangis Dalam Diam Adalah Hal Yang Menmyakitkan.
63 BAB 63. Hati Yang Masih Terjebak Di Masa Anak-Anak.
64 BAB 64. Rencana Masa Depan Itu Sudah Tersusun Rapi.
65 BAB 65. Hal Umum Namun Tidak Pernah Di Dapatkan.
66 BAB 66. Masih Punya Banyak Kekuatan Untuk Mengendalikan Diri.
67 BAB 67. Masih Belum Terbiasa Dengan Perubahan Sikap Yang Tiba-Tiba.
68 BAB 68. Pengakuan Atas Hak Milik.
69 BAB 69. Pujian Tapi Kok Menyakitkan.
70 BAB 70. Jurus Belas kasih. Pukulan Telak.
71 BAB 71. Tawa Itu, Telah Memantabkan Sebuah Rencana.
72 BAB 72. Putri Yang Baik Hati.
73 BAB 73. Pribadinya Masih Jauh Dari kata Dewasa.
74 BAB 74. Tidak Lagi Menemukan Jalan Untuk Melarikan Diri.
75 BAB 75. Hancur Untuk Yang Kedua Kalinya.
76 BAB 76. Orang Baik Tidak Benar-Benar Baik.
77 BAB 77. Rasa Malu Telah Mengalahkannya.
78 BAB 78. Kemalangan Seolah Masih Enggan Untuk Pergi.
79 BAB 79. Keputusan Tergesa-Gesa. Semoga Menjadi Baik.
80 BAB 80. Karma Butuh Waktu Untuk Mempersiapkan Balasan Terhebat.
81 BAB 81. Tidak Dalam Kondisi Bisa Memilih.
82 BAB 82. Sudah Jadi Hak Milik.
83 BAB 83. Ayo Kita Bahagia Sama-Sama.
84 Novel Baru.
Episodes

Updated 84 Episodes

1
BAB 1. Tidak Ada Yang Percaya Dengan Kebenaran.
2
BAB 2. Terjebak Di Padang Kaktus.
3
BAB 3. Tawa. Tempat Bersembunyi Paling Sempurna.
4
BAB 4. Kebebasan Untuk Memillih Waktu Yang Tepat.
5
BAB 5. Ucapan Adalah Senjata Paling Tajam Di Dunia.
6
BAB 6. Permintaan Maaf Yang Tulus.
7
BAB 7. Semua Hanya Butuh Waktu Yang Tepat Untuk Melalui Proses.
8
BAB 8. Hari Baik Belum Tentu Menjadi Yang Terbaik.
9
BAB 9. Menyembunyikan Diri Dalam Kegelapan.
10
BAB10. Bersiap Menyambut Kemandirian.
11
BAB 11. Malu Dan Tidak Mau Mengakui.
12
BAB 12. Sebutan Kosong Yang Tidak Berarti.
13
BAB 13. Terlihat Sekelebatan Luka.
14
BAB 14. Ternyata Sesulit Itu Menemukan Ketulusan.
15
BAB 15. Ada Batasan Yang Tidak Terlihat.
16
BAB 16. Sudah Biasa Dipandang Remeh.
17
BAB 17. Malam Yang Memberi Banyak Keuntungan.
18
BAB 18. Entah Lelah Fisik, Atau Lelah Hati.
19
BAB 19. Kenyaman Yang Disebut, Keluarga.
20
BAB 20. Harapan Yang Berkelebat Dan Menimbulkan Rasa Iri.
21
BAB 21. Lebih Banyak Yang Menyembunyikan Sifat Asli.
22
BAB 22. Tidak Punya Hak, Tapi Merasa Kesal.
23
BAB 23. Tidak Ada Raut Kekhawatiran Yang Terbaca.
24
BAB 24. Tidak Seperti Yang Terlihat
25
BAB 25. Tidak Bisa Diam Saja.
26
BAB 26. Digelitik Oleh Perasaan Aneh Yang Menyenangkan.
27
BAB 27. Rintik Hujan Menambah Malu.
28
BAB 28. Tingginya Keegoisan Hingga Menutupi Fikiran.
29
BAB 29. Mendung Yang Tak Kunjung Mendatangkan Hujan.
30
BAB 30. Serapat Apapun Menyembunyikan, Akan Ada Waktunya Untuk Di Ketahui.
31
BAB 31. Hitam Adalah Benteng Pertahanan.
32
BAB 32. Tidak Menemukan Alasannya.
33
BAB 33. Hati Yang Pias Dan Penuh Rasa Iri.
34
BAB 34. Senyuman Yang Berhasil Meluluh Lantakkan Sebuah Hati.
35
BAB 35. Sebaran Dalam Batasan.
36
BAB 36. Keindahan, Tersenyum Kepada Matahari.
37
BAB 37. Kebohongan Yang Sering Di Ucapkan Manusia.
38
BAB 38. Rumah Yang Tidak Pernah Menerimaku.
39
BAB 39. Setiap Orang Berhak Hidup Dengan Caranya Sendiri.
40
BAB 40. Untuk Sesaat Melupakan Luka.
41
BAB 41. Menjaga, Bukan Merusak. Itu Adalah Sikap Pria Hebat.
42
BAB 42. Benar Itu Semua Adalah Bagian Dari Masa Lalu.
43
BAB 43. Kecurigaan Yang Berakhir Dengan Salah Faham.
44
BAB 44. Sakit Akibat Praduga Yang Salah.
45
BAB 45. Ilusi Dari Sebuah Jurang Yang Nampak Menakutkan.
46
BAB 46. Ladang Yang Di Penuhi Oleh Bunga Dan Kupu-Kupu.
47
BAB 47. Menyusupkan Keinginan Di Antara Peringatan.
48
BAB 48. Dua Hati Yang Sedang Berbunga-Bunga Itu, Enggan Berpisah.
49
BAB 49. Deguban Rindu Yang Mendebarkan.
50
BAB 50. Sisi Kerapuhan Dan Kehancuran Yang Harus Di sembunyikan.
51
BAB 51. Sebenarnya Tidak Punya Hak Ikut Campur.
52
BAB 52. Orang Cenderung Melihat Hasilnya Ketimbang Prosesnya.
53
BAB 53. Sejauh Ini, Perasaan Itu Masih Terjaga Dengan Baik.
54
BAB 54. Besar Kepala Karna Kesempurnaan.
55
BAB 55. Rasa Bahagi Yang Sewaktu-Waktu Bisa Berubah Mnejadi Rasa Sakit.
56
BAB 56. Malam Yang Semprna Membawa Kebahagiaan Sekaligus Rasa Sakit.
57
BAB 57. Menawarkan Sandaran Dan Perlindungan.
58
BAB 58. Tidak Perlu Romantis, Yang Penting Tulus.
59
BAB 59. Selalu Ada Yang Tersakiti Saat Yang Lain Mendapatkan Kebahagiaan.
60
BAB 60. Senyum Pesakitan, Menandakan Hati Yang Sudah Terkoyak-Koyak.
61
BAB 61. Orang Yang Tepat Untuk Sandaran Luka.
62
BAB 62. Menangis Dalam Diam Adalah Hal Yang Menmyakitkan.
63
BAB 63. Hati Yang Masih Terjebak Di Masa Anak-Anak.
64
BAB 64. Rencana Masa Depan Itu Sudah Tersusun Rapi.
65
BAB 65. Hal Umum Namun Tidak Pernah Di Dapatkan.
66
BAB 66. Masih Punya Banyak Kekuatan Untuk Mengendalikan Diri.
67
BAB 67. Masih Belum Terbiasa Dengan Perubahan Sikap Yang Tiba-Tiba.
68
BAB 68. Pengakuan Atas Hak Milik.
69
BAB 69. Pujian Tapi Kok Menyakitkan.
70
BAB 70. Jurus Belas kasih. Pukulan Telak.
71
BAB 71. Tawa Itu, Telah Memantabkan Sebuah Rencana.
72
BAB 72. Putri Yang Baik Hati.
73
BAB 73. Pribadinya Masih Jauh Dari kata Dewasa.
74
BAB 74. Tidak Lagi Menemukan Jalan Untuk Melarikan Diri.
75
BAB 75. Hancur Untuk Yang Kedua Kalinya.
76
BAB 76. Orang Baik Tidak Benar-Benar Baik.
77
BAB 77. Rasa Malu Telah Mengalahkannya.
78
BAB 78. Kemalangan Seolah Masih Enggan Untuk Pergi.
79
BAB 79. Keputusan Tergesa-Gesa. Semoga Menjadi Baik.
80
BAB 80. Karma Butuh Waktu Untuk Mempersiapkan Balasan Terhebat.
81
BAB 81. Tidak Dalam Kondisi Bisa Memilih.
82
BAB 82. Sudah Jadi Hak Milik.
83
BAB 83. Ayo Kita Bahagia Sama-Sama.
84
Novel Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!