HISYANARA

HISYANARA

Prolog( Part 1 )

Hisyanara" sosok gadis yang menyimpan banyak tanda tanya akan watak diri sebenarnya. Keceriaan yang terlihat diraut wajahnya selalu dapat memikat orang-orang sekitarnya. Keluwesannya dalam bergaul membuat ia dengan mudah bertegur sapa dengan siapa pun. Ketegasannya dalam mengambil keputusan menjadikan dirinya selalu diberi tanggung jawab oleh orang-orang. Si gadis peramah dengan Prinsip hanya memberikan kesempatan hingga ke tiga kali terhadap kesalahan namun jika sudah melebihi batas maka tak berlaku toleransi darinya. Tapi dengan rasa kemanusiaannya yang tinggi sehingga tak sedikit orang yang mengambil keuntungan untuk diri sendiri. Perlu digaris bawahi bahwa ia akan sangat cuek dan jutek jika berurusan pria, terkecuali first impression membahas hal bermanfaat tanpa embel-embel modus.

"Hars Angkasa Alleygra" sosok pria sejuta pesona memikat siapa pun terkecuali untuk Hisyanara. Keras kepalanya selalu membuat ia menyesal akan tindakannya. Sikap datarnya terhadap hal-hal sekitarnya sering kali membuat ia dianggap tidak peduli terhadap apapun. Tak pernah ada yang berhasil menebak sikapnya yang selalu berujung kegagalan menebak. Ambisinya untuk memiliki atau mencapai tujuan selalu membuatnya merasa puas. Tak tergambar sedikitpun jiwa keramahan diwajahnya. Irit dalam berbicara selalu membuat orang sekitarnya merutuki diri sendiri. Gengsinya yang terlalu tinggi untuk mengakui sesuatu akhirnya membuat ia kehilangan orang berharganya. Dinginnya terhadap siapa pun seringkali membuat orang segan terhadapnya bahkan orang sekitarnya harus menyusun kata sebelum berbicara kepadanya.

Part 1

Selasa 09-15-2015

Terlihat jelas gelak tawa tanda dari kesejukan dihari itu, pipi gembul gadis yang sedang mengunyah lahap cemilan bermerek Tara heheh canda Taro, seketika ruangan yang bersorak kegirangan berubah seakan mencekam dengan masuknya sosok guru yang menenteng buku bertuliskan fisika. "Rumus" teriak gadis pipi gembul yang tiba-tiba membuyarkan halu teman disampingnya. Ya dia adalah Zafana Talitha dengan paras kemayu dan gemoy tak lain teman Nara.

"Urghhh Nat-haa volumenya dibesarin dikit ehh maksudku dikecilin biar telinga comelku tidak syok " sentak Nara. "Ya maaf Syan kan lagi kelepasan". Sekiranya itulah seulas gambaran kecil dalam kelas tersebut.

"Syan, jadi kerumahku kan?. Of Course Nat-haa (Nyengir Nara). Namaku Zafana Talitha dan bisa dipanggil Fana atau Litha sambil mengulurkan tangannya ke Nara. "Hmm itu nama terbaik versiku untukmu Nat-haa Sayengkoh" ucap Nara. Oh iya kamu bawa baju ganti kan?. Kan gak lucu kalau rok spam itu masih melekat indah ditubuh idealmu. "Ya pastinya dong Nat-haa".

Kedua gadis itu kembali melakukan kegiatan yang sudah menjadi rutinitasnya yang hampir setiap hari setelah pulang sekolah untuk melenggang ketempat gila-gilannya, yah lebih tepatnya Zafana hanya makan dan senyum sesekali berisik ketika telah bosan jadi korban saksi aksi ugal-ugalan dan balapan liar Nara.

"Stok permen green tea di kantin diambang kepunahan dan berhentilah membuat Ibu kantin kaya akan hasil jajan permenmu yang selalu meningkat setiap hari" tukas Zafana. "Alangkah baiknya nasehat petuah itu kau simpan untuk anak-anakmu kelak yang akan lahir dari perut langsing itu", ledekan sadis Nara sambil melirik badan Zafana dan seketika mereka melemparkan senyum kecut kemudian ngakak seakan miris dengan perkataan masing-masing.

"Syan bangun dong, sekarang kemerdekaan sudah didepan mata ehh maksudku bel pulang sudah berkumandang, ayok anterin aku pulang. Ehh sekalian mampir dirumah karna Ibu lagi praktekin resep kue barunya, hitung-hitung kamu bahagian Ibu dengan selalu siap sedia memakan kue-kuenya. Yah walaupun aku yakin sih rasanya bakalan gitu-gitu aja, padahal sebelum aku lahir Ibu sudah belajar masak. "Husssh stop berpuisi Nat-haa, telinga ku pengang dengarnya" ucap Nara seketika yang membuat Zafana tertawa puas karna telah membangunkan putri tidur.

Akhirnya mereka pulang kerumah Zafana seperti biasanya Nara akan pulang setelah jam 3 sore.

Sesampainya dirumah ia langsung melakukan kegiatan bersih-bersihnya lalu lanjut molor. Heheh kok hidup Nara kayak datar saja yah, padahal pada nyatanya terlihat jelas guratan lelah terpatri dalam bola matanya yang berwarna cokelat.

Pagi yang terlihat damai untuk penikmat sunrise dan itu adalah Nara, seakan tak pernah bosan ketika Nara dalam perjalanan kesekolah selalu saja ia sempatkan menikmati sunrise dan tak peduli seberapa berantakannya keadaan ia lalui disepanjang malam sebab semua dapat tertawar oleh hadirnya senyum hangat dikala matahari terbit di keesokan harinya.

Hii matahariku, kamu bosan yah setiap hari jadi korban pendengarku? kuharap tidak . Pandangan Nara fokus kearah timur perjalanan diselingi kekehan kecilnya. Belum sempat kakinya dinaikkan ke lantai motor tapi gas motornya sudah lebih dulu mengambil alih untuk membelah perjalanan yang minim pengendara.

"Syan, bisa gak sih kalau kamu masuk sekolah dengan style normal gitu? tanya Zafana yang tiba-tiba muncul seperi bayangan yang tak diinginkan. " Memang aku kurang normal apa Nat-haa sayeng? balas Nara. Seragam yang kamu pakai selalu pres body, kan akunya jadi "insecure" protes Zafana dengan memelas. Sebelum melanjutkan ocehannya Nara memotong " Nat-haa kan kamu juga tau kalau semua seragamku gak ada yang aku ubah ukurannya, ini semua ukuran real dari taylornya. Lagi pula semua rok yang aku kenakan juga cukup panjang kok jadi tidak begitu ganjil atau seakan sengaja berpakaian minim seperti ciwi-ciwi alergi diluar sana. "GATAL, itu cewek gatal namanya . Zafana sambil tepuk jidat, kalau alergi kan memang penyakit dan seketika tawa geblek mereka memecahkan keheningan kelas.

Tahun yang telah berganti dan spertinya masih belum tahunnya Nara, bagaimana tidak kalau mirisnya alur hidup ternyata masih betah menguji setiap langkahnya dan bukan Nara namanya jika mengeluh dan menyalahkan pihak lain atas apa yang telah menjadi bagian dari ujian perjalanan hidupnya.

"kenapa yah dunia begitu bersemangat untuk ngeprank aku?" tanya Nara kepada diri sendiri sambil menatap langit yang malam itu sedang temaram dan seperti biasanya ocehan konyol Nara hanya tinggal sebatas tanya tak terjawab.

Nara tumbuh dan dibesarkan oleh keluarga yang dikata begitu rumit. Masalah yang menghampiri keluarganya datang silih berganti, mulai dari; kesalahpahaman, pertengkaran, pertikaian, ketidakadilan, kecurangan, pengkhianatan, kebohongan, hingga pembalasan dendam. Bayangkan betapa hebatnya seorang Nara melewati prosesnya dan itu dimulai sejak umur 9 thn telah disuguhkan kenyataan-kenyataan pahit dalam keluarganya, bocah 9 tahun sudah dituntut untuk menerima realita kekejaman hidup, tapi beruntungnya sebab Nara tidak menjadikan semua itu alasan untuk kearah negatif.

Sekarang usia Nara sudah 15 tahun sedikit lagi menuju 16 tahun dan senyum manis Nara selalu bisa jadi candu untuk siapa saja dan penawar untuk siapa pun tapi tidak untuk dirinya sendiri bahkan ia selalu berhasil memotivasi orang lain tapi sangat bodoh untuk memotivasi dirinya dan itulah salah satu kelemahan Nara.

Riuhnya angin menerpa kulit wajah Nara yang terlihat damai saat ia menikmati kicauan burung saling bertautan ditemani dengan jejeran rumput-rumput hijau menghiasi pandangannya diantara menjelang senja. Notifikasi yang tiba-tiba masuk ke handphone Nara seketika membuyarkan kelarutannya dalam suasana sejuk di sore hari. "Apa-apaan ini?", notifikasi tak berbobot ini nyasar atau sengaja ditujukan ke aku?, wajah Nara dengan menyiratkan tanya.

Betapa tidak menyangkanya Nara saat muncut notif pesan dari salah satu akun sosmednya yang memperlihatkan beberapa foto sepasang anak muda yang terlihat seumuran dengannya, sedang tertawa renyah begitu senang dan seketika Nara mengatupkan kedua bibirnya yang masih terpengangah karna kaget. Bagaimana tidak jika orang yang ada di foto itu adalah Zafran, yah dia Zafran Dazzen tak lain pria yang sudah setahunan lebih memiliki status berpacaran dengan Hisyanara.

"Bagaimana mungkin dia mengulang lagi kesalahan pertamanya?, sikapnya sejauh ini sudah membuktikan bahwa ia berubah, lalu apa semua ini? . Tidak, ini bukan kesalahan tapi lebih tepatnya kesengajaan Hahah, tanpa sadar Nara hanya tertawa nyaring.

Runtuh? perasaan Nara runtuh? Hahah sepertinya tidak sama sekali sebab ia sudah tahu jika ini akan terjadi suatu hari nanti, entah dengan kejadian sama atau berbeda yang jelas rasa yang sama akan pasti terulang karna Nara selalu bersiap-siap akan kemungkinan yang akan terjadi suatu saat yang akan datang.

Nara hanya meras miris dengan Zafran yang telah berusaha meminta dimaafkan atas perbuatannya yang ia akui sebagai kekhilafan. Zafran bahkan sampai berlutut saat itu didepan Nara hanya untuk diberi kesempatan kedua tapi dengan bodohnya dia mengulanginya lagi.

EnhaShahena.

Ig: @enhashahena

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!