Gemericik air yang berbunyi diikuti hembusan angin membuat dedaunan berjatuhan diatas rumput yang sepertinya mulai mengering, itu adalah gambaran dari istrumen yang sedang diputar oleh Nara.
Gadis itu memang sangat menyukai instrumen dan jika ditanya alasannya maka ia menjawab bahwa instrumen dapat menciptakan ketenangan untuk dirinya.
Tak banyak yang berubah selama 9 bulan terakhir dan Nara tetap dengan kepribadian yang sama, hanya saja ia terlihat sangat kurus karena faktor begadang disebabkan makin rumitnya masalah dalam keluarganya yang mana salah satu dari kakaknya terjerat kasus hukum dan itu cukup memicu keributan dalam keluarganya.
Hari ini Nara berangkat ke sekolah dengan muka yang tetap terlihat cukup segar untuk dipandang.
"Guten Morgen Sweetheart", sapa Zafana yang dibalas Nara dengan kerutan dahi dan alis terangkat."Ehh Syan, kamu sehat kan soalnya tadi pas masuk kelas perasaan muka kamu fresh aja, lah kok tiba-tiba berubah?, tanya Zafana sambil menempelkan telapak tangannya didahi Nara.
"Nat-haa dengar aku Sayengkoh, pertama aku sehat, kedua aku hanya kaget dengan ucapanmu pagi ini yang sangat berbeda. "Kan aku cuma menyapa Syan", balas Zafana.
"Elleh bilang aja mau nyindir aku, mentang-mentang gak dikabarin Zafran 9 bulan jadi sekarang kamu mau gantiin Zafran yang ucapin "Guten Morgen"? PUAS!, sentak Nara yang dibalas ketawa Zafana yang memenuhi ruang kelas.
9 bulan berlalu setelah keberangkatan Zafran dan selama itu pula ia hilang tanpa kabar untuk Nara. Inilah salah satu alasan mengapa Nara sempat mengingatkan Zafran akan Indonesia sebab Nara berfirasat bahwa Zafran bisa saja terlena dengan kehidupan dan lingkungan barunya. Berlin adalah salah satu kota yang diminati banyak orang dan keindahannya tak diragukan lagi jadi wajar jika Nara beranggapan tentang hal itu karna jiwa Zafran sudah cukup Nara kenal.
Sepanjang jam belajar Nara terlihat tetap begitu santai menerima setiap pelajaran, lain sisi Zafana sedang mencuri-curi kesempatan untuk menghabiskan cemilannya. Tiba-tiba pundak Nara ditepuk Zafana, "Syan, tadi kamu dicariin Alleta , katanya pulang sekolah mau kerja tugas bareng kamu, heheh saranku kamu respon gih tuh anaknya baik kok, asal jangan aja kamu lupain aku dan lagian selama hampir 3 tahun SMA, teman secinta dunia akhirat kamu kan cuma aku hahaha. "Diem gak Nat-haa, aku itu puyeng tahu denger kamu khutbah disamping telinga", seketika Zafana terdiam merasa bersalah.
"Berhenti dong ngambeknya Sayengkoh, aku kan cuma bercanda", tanpa aba-aba Zafana langsung tersenyum girang dan memeluk Nara dengan semangat.
Sepulang sekolah Nara melanjutkan kegiatan kerja tugasnya bersama Alleta dan benar saja Alleta orangnya cukup ramah ketika dikenal. Tak terasa mereka menghabiskan waktu 4 jam dan Alleta banyak berbicara ke Nara walaupun Nara belum bisa welcome ke Alleta.
Dengan pendekatan Alleta ke Nara di hari itu ternyata berlanjut hingga saat ini dan disinilah mereka sekarang dibawah pohon rindang dipinggir lapangan sedang berguyon dan kali ini bukan hanya Nara dan Zafana tetapi ada juga Alleta. Alleta Anantari seorang gadis yang cukup bisa menempatkan diri sehingga 2 bulan belakangan dia sudah berteman dengan Nara dan Zafana.
"Syan, aku mau ngomong serius nih, jadi guyonannya lanjut next time yah", ucap Zafana. "Ngomong aja sayeng", jawab Nara.
"Syan, ada kabar dari Zafran loh, katanya dia sudah berusaha untuk hubungin kamu tapi kontaknya kamu ngilang gara-gara dia kehilangan handphone jadi terpaksa dia berusaha minta teman-temannya dan sepupunya buat cari kontak kamu dan alhasil kebetulan aku teman SMP sepupunya jadi semalam aku kasih nomor kamu ke sepupu Zafran", seketika suasana mode bisu.
Nara memecahkan suasana dengan bersuara "yah gak apa-apa, kamu gak perlu terlihat bersalah, kan aku juga baik-baik saja tanpa Zafran.
Malam itu terasa sangat dingin jadi Nara membungkus dirinya dengan selimut tebal dan tepat pukul 2 dini hari terdengar notifikasi dari pesan WhatsApp, awalnya ia mengabaikan tetapi notif itu berbunyi untuk kelima kalinya sampai rasa ingin tahu Nara muncul dan langsung mengeceknya. "Sweetheart, how are you Nara-nya aku?". Mata Nara terbelalak, ini salah orang atau memang minus mata Nara bertambah, ia sampai mengucek matanya.
Ternyata itu benar dari Zafran, selama 3 jam Zafran Chattingan bersama Nara dengan segala permintaan maaf sampai membahas dia akan dijodohkan dan sebulan lagi akan ditunangankan , Nara sempat kaget tapi lama-lama Nara berubah mode bodoh amat. Zafran mengabari Nara bahwa ia akan kabur ke Indonesia 2 minggu lagi dan sempat Nara merasa senang karna dalam hatinya Zafran masih memilih dia dibanding perempuan lain dan memilih menentang keluarganya, walaupn Nara sempat menasehati Zafran tapi keputusan Zafran sudah bulat.
2 Minggu kemudian, pagi ini Nara sedang memasak untuk sarapan orang rumah, yah itulah Nara dengan gadis hobby membaca, memasak dan berenang. Tidak banyak yang tahu jika Nara bisa memasak dan lumayan bisa untuk dinikmati. "Nara, kamu siap-siap untuk lanjut kuliah, Ayah semalam sudah bicara sama Mama soal lanjut study kamu" ucap Mama Niratih tak lain Mama Nara dan Ayah Nara ialah Karsa Andreastan.
Nara menghentikan kegiatan mengaduk bubur ayam, "iya Mah, nilai Nara semester ini juga ada peningkatan kok" jawab Nara dengan mode dingin.
Kemarin malam Nara sempat dikabari oleh Zafran saat dia sudah berada di Airport " Otto Lilienthal Berlin-Tegel" dan setelah itu last seen kontak Zafran off.
Beberapa hari kemudian, hari ini Nara agak kelelahan sebab baru saja melakukan ujian praktek lari yang dilakukan sebanyak 25 kali putaran dan lanjut lagi main volly setelahnya Nara diberi tanggung jawab untuk memeriksakan hasil ujian teman kelasnya. Bel berbunyi yang menandakan jam pulang sudah tiba. " Hisyanara, sekarang sudah jam pulang jadi tugas kamu lanjut besok yah", ucap guru wali kelasnya. "Ehh ini anu pak, ini juga sudah selesai kok pak" jawab Nara. "Wah cepat sekali, terima kasih yah karna kamu tidak pernah ngeluh saat Bapak minta bantuan, pantas saja kerjaan mu selalu bagus karna kamu ikhlas" dibalas senyum manis dan anggukan Nara. "Kalau bisa besok kamu bantuin Bapak lagi yah untuk memeriksakan hasil ujian yang tersisa 4 kelas lagi". "Siap pak, bisa kok pak, lagi pula sekarang bukan waktu belajar intensif" Nara sambil mengangguk lagi dan pamit.
Selepas itu Nara kembali ke kelas untuk mengambil tasnya, tiba-tiba Zafana mencegat Nara. " Apa-apaan ini Nat-haa sayeng?. "Wait Sayengkoh tercinta, aku mau ngomong, diluar itu pas depan pagar sedang ada Bule kesasar yang nangkring nungguin putri tidur" ucap Zafana dengan lantang". Nara mengernyit dan bertanya dalam hati " ini ratu mellow lagi main tebak-tebakan apaan sih?". "Eits jangan bengong pura-pura gak tau arah pembicaraanku kemana" potong Zafana.
Tiba-tiba Danial dan Jio menerobos Zafana sambil ngos-ngosan. "Ehh cecurut kalau mau olahraga itu dilapangan bukan didalam kelas bego" Nara dengan mode garangnya menyambut kedua temannya. " Nar, dengar gua yah, diluar sana itu kamu sudah ditungguin sama Zafran, nah ini gua lari karna kalau kamu sampai kelamaan keluar yang dapat tonjokan Zafran yah kita berdua" balas Danial diikuti anggukan setuju dari Jio, "cepetan sana samperin dia, jangan sampai gua keburu babak belur" sambung Jio.
Dengan santai Nara menghampiri Zafran dengan raut muka terlihat letih dan masih mengenakan seragam olahraga. Dari jauh wajah Zafran berbinar kebahagiaan sedangkan di lain arah Nara berjalan begitu santai sambil memasukkan kertas-kertas ujian kedalam tasnya.
Saat sampai didepan Zafran saat itu juga Zafran merengkuh tubuh ramping Nara kedalam pelukannya dan mendaratkan 2 kecupan di kening Nara, detik itu juga Nara hanya terpaku tanpa berbicara sepatah kata pun bahkan tidak membalas pelukan Zafran, waktu seakan berhenti dan berpihak kepada Zafran karna Nara tidak memberontak sama sekali sebab selama Zafran mengenal Nara, Zafran hanya bisa menggenggam jemari Nara sehingga kali ini Zafran menikmati pelukannya. Sekarang Zafran melepaskan pelukannya lalu mengangkat dagu Nara untuk mendongak kearahnya karena postur tubuh Zafran yang begitu tinggi jadi ia perlu membuat Nara mendongak, 10 detik kemudian jarak wajah Zafran dan Nara tersisa 3 Senti saja dan tak terduga mereka sudah menjadi tontonan beberapa siswa siswi. Zafran mulai memiringkan wajahnya dan tangan kanannya sudah megusap lembut pipi Nara, saat itu juga Zafran siap mencium bibir mungil Nara. "What the ****" suara syok Zafana menggelegar, "ini aku gak salah lihat kan?, adegan di film-film akhirnya live" ucap Zafana.
Saat itu juga Nara tersadar dan melepaskan rengkuhan tangan kiri Zafran di pinggangnya. "Wah gak sopan banget dah sih Zafana, belum juga guanya nge-fly dengan adegannya, ehhh dia potong, kan gak jadi deh dapat bahan kita semua" ucap Danial. "Ehh cowok kesetanan, otak dikepalamu hanya berisi ++ yah? tanya Alleta dengan lantang sambil menjewer telinga Danial dan membuyarkan orang-orang disekeliling Zafran dan Nara.
"Ehh maaf yah teman-teman, sekali lagi maaf" Nara dengan raut muka terlihat malu dan pipinya memerah. " Lain kali jangan didepan umum yah Bro" timpal Alleta. "Iyya ini kan bukan Jerman Zafran" sambung Zafana dan dibalas kekehan kecil Zafran sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sorry guys, tadi kebawa perasaan" kata Zafran, lalu Zafran membawah Nara dengan menggenggam jemari Nara untuk pulang setelah pamit dengan teman-teman Nara.
#EnhaShahena
Ig: @enhashahena
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments