Hisyanara" sosok gadis yang menyimpan banyak tanda tanya akan watak diri sebenarnya. Keceriaan yang terlihat diraut wajahnya selalu dapat memikat orang-orang sekitarnya. Keluwesannya dalam bergaul membuat ia dengan mudah bertegur sapa dengan siapa pun. Ketegasannya dalam mengambil keputusan menjadikan dirinya selalu diberi tanggung jawab oleh orang-orang. Si gadis peramah dengan Prinsip hanya memberikan kesempatan hingga ke tiga kali terhadap kesalahan namun jika sudah melebihi batas maka tak berlaku toleransi darinya. Tapi dengan rasa kemanusiaannya yang tinggi sehingga tak sedikit orang yang mengambil keuntungan untuk diri sendiri. Perlu digaris bawahi bahwa ia akan sangat cuek dan jutek jika berurusan pria, terkecuali first impression membahas hal bermanfaat tanpa embel-embel modus.
"Hars Angkasa Alleygra" sosok pria sejuta pesona memikat siapa pun terkecuali untuk Hisyanara. Keras kepalanya selalu membuat ia menyesal akan tindakannya. Sikap datarnya terhadap hal-hal sekitarnya sering kali membuat ia dianggap tidak peduli terhadap apapun. Tak pernah ada yang berhasil menebak sikapnya yang selalu berujung kegagalan menebak. Ambisinya untuk memiliki atau mencapai tujuan selalu membuatnya merasa puas. Tak tergambar sedikitpun jiwa keramahan diwajahnya. Irit dalam berbicara selalu membuat orang sekitarnya merutuki diri sendiri. Gengsinya yang terlalu tinggi untuk mengakui sesuatu akhirnya membuat ia kehilangan orang berharganya. Dinginnya terhadap siapa pun seringkali membuat orang segan terhadapnya bahkan orang sekitarnya harus menyusun kata sebelum berbicara kepadanya.
Part 1
Selasa 09-15-2015
Terlihat jelas gelak tawa tanda dari kesejukan dihari itu, pipi gembul gadis yang sedang mengunyah lahap cemilan bermerek Tara heheh canda Taro, seketika ruangan yang bersorak kegirangan berubah seakan mencekam dengan masuknya sosok guru yang menenteng buku bertuliskan fisika. "Rumus" teriak gadis pipi gembul yang tiba-tiba membuyarkan halu teman disampingnya. Ya dia adalah Zafana Talitha dengan paras kemayu dan gemoy tak lain teman Nara.
"Urghhh Nat-haa volumenya dibesarin dikit ehh maksudku dikecilin biar telinga comelku tidak syok " sentak Nara. "Ya maaf Syan kan lagi kelepasan". Sekiranya itulah seulas gambaran kecil dalam kelas tersebut.
"Syan, jadi kerumahku kan?. Of Course Nat-haa (Nyengir Nara). Namaku Zafana Talitha dan bisa dipanggil Fana atau Litha sambil mengulurkan tangannya ke Nara. "Hmm itu nama terbaik versiku untukmu Nat-haa Sayengkoh" ucap Nara. Oh iya kamu bawa baju ganti kan?. Kan gak lucu kalau rok spam itu masih melekat indah ditubuh idealmu. "Ya pastinya dong Nat-haa".
Kedua gadis itu kembali melakukan kegiatan yang sudah menjadi rutinitasnya yang hampir setiap hari setelah pulang sekolah untuk melenggang ketempat gila-gilannya, yah lebih tepatnya Zafana hanya makan dan senyum sesekali berisik ketika telah bosan jadi korban saksi aksi ugal-ugalan dan balapan liar Nara.
"Stok permen green tea di kantin diambang kepunahan dan berhentilah membuat Ibu kantin kaya akan hasil jajan permenmu yang selalu meningkat setiap hari" tukas Zafana. "Alangkah baiknya nasehat petuah itu kau simpan untuk anak-anakmu kelak yang akan lahir dari perut langsing itu", ledekan sadis Nara sambil melirik badan Zafana dan seketika mereka melemparkan senyum kecut kemudian ngakak seakan miris dengan perkataan masing-masing.
"Syan bangun dong, sekarang kemerdekaan sudah didepan mata ehh maksudku bel pulang sudah berkumandang, ayok anterin aku pulang. Ehh sekalian mampir dirumah karna Ibu lagi praktekin resep kue barunya, hitung-hitung kamu bahagian Ibu dengan selalu siap sedia memakan kue-kuenya. Yah walaupun aku yakin sih rasanya bakalan gitu-gitu aja, padahal sebelum aku lahir Ibu sudah belajar masak. "Husssh stop berpuisi Nat-haa, telinga ku pengang dengarnya" ucap Nara seketika yang membuat Zafana tertawa puas karna telah membangunkan putri tidur.
Akhirnya mereka pulang kerumah Zafana seperti biasanya Nara akan pulang setelah jam 3 sore.
Sesampainya dirumah ia langsung melakukan kegiatan bersih-bersihnya lalu lanjut molor. Heheh kok hidup Nara kayak datar saja yah, padahal pada nyatanya terlihat jelas guratan lelah terpatri dalam bola matanya yang berwarna cokelat.
Pagi yang terlihat damai untuk penikmat sunrise dan itu adalah Nara, seakan tak pernah bosan ketika Nara dalam perjalanan kesekolah selalu saja ia sempatkan menikmati sunrise dan tak peduli seberapa berantakannya keadaan ia lalui disepanjang malam sebab semua dapat tertawar oleh hadirnya senyum hangat dikala matahari terbit di keesokan harinya.
Hii matahariku, kamu bosan yah setiap hari jadi korban pendengarku? kuharap tidak . Pandangan Nara fokus kearah timur perjalanan diselingi kekehan kecilnya. Belum sempat kakinya dinaikkan ke lantai motor tapi gas motornya sudah lebih dulu mengambil alih untuk membelah perjalanan yang minim pengendara.
"Syan, bisa gak sih kalau kamu masuk sekolah dengan style normal gitu? tanya Zafana yang tiba-tiba muncul seperi bayangan yang tak diinginkan. " Memang aku kurang normal apa Nat-haa sayeng? balas Nara. Seragam yang kamu pakai selalu pres body, kan akunya jadi "insecure" protes Zafana dengan memelas. Sebelum melanjutkan ocehannya Nara memotong " Nat-haa kan kamu juga tau kalau semua seragamku gak ada yang aku ubah ukurannya, ini semua ukuran real dari taylornya. Lagi pula semua rok yang aku kenakan juga cukup panjang kok jadi tidak begitu ganjil atau seakan sengaja berpakaian minim seperti ciwi-ciwi alergi diluar sana. "GATAL, itu cewek gatal namanya . Zafana sambil tepuk jidat, kalau alergi kan memang penyakit dan seketika tawa geblek mereka memecahkan keheningan kelas.
Tahun yang telah berganti dan spertinya masih belum tahunnya Nara, bagaimana tidak kalau mirisnya alur hidup ternyata masih betah menguji setiap langkahnya dan bukan Nara namanya jika mengeluh dan menyalahkan pihak lain atas apa yang telah menjadi bagian dari ujian perjalanan hidupnya.
"kenapa yah dunia begitu bersemangat untuk ngeprank aku?" tanya Nara kepada diri sendiri sambil menatap langit yang malam itu sedang temaram dan seperti biasanya ocehan konyol Nara hanya tinggal sebatas tanya tak terjawab.
Nara tumbuh dan dibesarkan oleh keluarga yang dikata begitu rumit. Masalah yang menghampiri keluarganya datang silih berganti, mulai dari; kesalahpahaman, pertengkaran, pertikaian, ketidakadilan, kecurangan, pengkhianatan, kebohongan, hingga pembalasan dendam. Bayangkan betapa hebatnya seorang Nara melewati prosesnya dan itu dimulai sejak umur 9 thn telah disuguhkan kenyataan-kenyataan pahit dalam keluarganya, bocah 9 tahun sudah dituntut untuk menerima realita kekejaman hidup, tapi beruntungnya sebab Nara tidak menjadikan semua itu alasan untuk kearah negatif.
Sekarang usia Nara sudah 15 tahun sedikit lagi menuju 16 tahun dan senyum manis Nara selalu bisa jadi candu untuk siapa saja dan penawar untuk siapa pun tapi tidak untuk dirinya sendiri bahkan ia selalu berhasil memotivasi orang lain tapi sangat bodoh untuk memotivasi dirinya dan itulah salah satu kelemahan Nara.
Riuhnya angin menerpa kulit wajah Nara yang terlihat damai saat ia menikmati kicauan burung saling bertautan ditemani dengan jejeran rumput-rumput hijau menghiasi pandangannya diantara menjelang senja. Notifikasi yang tiba-tiba masuk ke handphone Nara seketika membuyarkan kelarutannya dalam suasana sejuk di sore hari. "Apa-apaan ini?", notifikasi tak berbobot ini nyasar atau sengaja ditujukan ke aku?, wajah Nara dengan menyiratkan tanya.
Betapa tidak menyangkanya Nara saat muncut notif pesan dari salah satu akun sosmednya yang memperlihatkan beberapa foto sepasang anak muda yang terlihat seumuran dengannya, sedang tertawa renyah begitu senang dan seketika Nara mengatupkan kedua bibirnya yang masih terpengangah karna kaget. Bagaimana tidak jika orang yang ada di foto itu adalah Zafran, yah dia Zafran Dazzen tak lain pria yang sudah setahunan lebih memiliki status berpacaran dengan Hisyanara.
"Bagaimana mungkin dia mengulang lagi kesalahan pertamanya?, sikapnya sejauh ini sudah membuktikan bahwa ia berubah, lalu apa semua ini? . Tidak, ini bukan kesalahan tapi lebih tepatnya kesengajaan Hahah, tanpa sadar Nara hanya tertawa nyaring.
Runtuh? perasaan Nara runtuh? Hahah sepertinya tidak sama sekali sebab ia sudah tahu jika ini akan terjadi suatu hari nanti, entah dengan kejadian sama atau berbeda yang jelas rasa yang sama akan pasti terulang karna Nara selalu bersiap-siap akan kemungkinan yang akan terjadi suatu saat yang akan datang.
Nara hanya meras miris dengan Zafran yang telah berusaha meminta dimaafkan atas perbuatannya yang ia akui sebagai kekhilafan. Zafran bahkan sampai berlutut saat itu didepan Nara hanya untuk diberi kesempatan kedua tapi dengan bodohnya dia mengulanginya lagi.
EnhaShahena.
Ig: @enhashahena
3 bulan setelah kejadian Zafran yang mengulang kebodohannya dan tinggallah dia merenungi perbuatan tak beretika itu.
Lain tempat Nara sedang berguyon disamping Zafana dan teman-teman yang lain. Siapa lagi yang bisa menciptakan gelegar tawa diantara mereka yang sedang mendiskusikan tugas akhir kenaikan kelas, yah tak lain orang itu adalah Nara. Ia selalu bisa menciptakan suasana hangat ditengah sejuk dan begitupun sebaliknya.
Nara memang dikenal tegas oleh orang-orang termasuk temannya tapi ia tidak pernah tega terhadap orang lain dan selalu menegakkan keadilan, namun jangan salah karena ia bukan tipikal pribadi yang kaku melainkan ekpresif.
"Syan, berhenti dong melontarkan jokes mu itu!, nih karna ketawa aku jadi lapar" timpal Zafana. "Wait-wait aku yang ngelawak atau memang orang-orang dalam ruangan ini yang selera humornya receh?, perasaan aku ngomong biasa aja tapi kok kalian malah ngakak. Nih yah aku kan cuma bilang kalau ayahku itu orangnya romantis banget, bayangkan aja dia kalau apel malam mingguan itu bawah pohon asam yang sudah disiapin hiasan lampu dan balon, lah lucunya dimana coba?, tanya Nara pada semua.
"Nar, kamu itu polos atau psycho sih?, coba dipikir yah ngapain ayah kamu ngedate dibawah pohon asam?, yang ada "kuntilanak jadi vape buat ngusir nyamuk atau sekalian aja parti bareng pocong hahah geser beneran otak anak manis ini" ucap Danial.
Gemuruh hujan disore hari sepertinya menggambarkan emosi seseorang, tetapi seketika anggapan itu lenyap tak berjejak dikarenakan Nara tetap terlihat sangat manis dengan garis senyum yang terlukis dibibir mungilnya dan sesekali bergurau dengan Zafana.
"Syan, kok kamu terlihat normal-normal saja?, padahal kan ini sudah dipenghujung tahun, ucap Zafana sambil menggantungkan kalimatnya, namun belum sempat dilanjutkan ia sudah kalah telak oleh Nara. " Memang kamu mau liat aku meraung-raung sambil terlihat headshot gitu?, lalu kamu jadiin insta story lagi?, potong Nara.
"Nat-haa, aku ini tidak sampai lecet ataupun terluka parah, kamu liat kan aku masih baik-baik saja dan lagipula ini hanya perkara percaya yang disalahgunakan. "Batin kamu terbuat dari baja atau squishy?, kok kuat dan elastis gitu yah", sambung Zafana diikuti gelengan kepala.
Ditengah mereka sedang mempersiapkan diri untuk ujian akhir kenaikan kelas, kedua gadis itu masih sempat berguyon tapi Nara memang sudah sangat siap untuk menduduki bangku kelas Xll dengan harapan bisa memulai kisah baru.
Hari Nara tidak pernah senormal hari-hari orang diluaran sana. Jika rumah adalah tempat ternyaman bagi orang-orang maka lain halnya Nara yang selalu terbelenggu banyak problema ketika berada didalam rumah, baik kejadian lama atau masalah baru bahkan sampai peristiwa diluar dugaan dan kendali yang selalu siap menyambut Nara.
Malam pergantian tahun telah berlalu tepatnya tiga malam yang kemarin dan berlangsung ceria, tak terasa sekarang sudah diujung tahun 2016. 2016 memberikan goresan cerita yang berbeda-berbeda dihidup setiap orang. Mulai canda tawa, haru, hingga duka. Di 2017 ini dipenuhi harapan-harapan bagi setiap insan.
"Nar, Naraaa please listen to me sweetheart!. Berhenti melangkah, aku mau ngomong" rengek sosok pria yang sedang mengikuti Nara, terhitung sejak 15 menit yang lalu dengan setia mengekori setiap jejak Nara sampai akhirnya ia berlutut dengan menundukkan kepala yang menggambarkan penyesalannya.
"Aku bukan malaikat Zafran" tegas Nara dengan memperjelas kalimatnya yang terlihat jelas mata Nara sangat begitu berapi-api. Seketika Zafran mendongak "Nar, Sweatheart panggil aku dengan Ran lagi bukan dengan Zafran!, aku sungguh rindu dengan nama panggilan itu. "Aku rindu Nara, saat kupanggil Sweatheart dan seketika senyum indah diwajah ini merekah, spontan Zafran mengusap pipi Nara dengan lembut , tapi dengan sigap Nara menghempas tangan Zafran.
"Stop, stop it Zafran!. Sejauh ini aku banyak diam dan bukan berarti aku sudah melupakan segalanya. Jangan karna kamu mengingat prinsipku yang memberi kesempatan hingga ketiga kali kesetiap orang lalu kamu bisa dengan mudah menyalahgunakan kesempatan itu!, hening suasana mencekam saat itu juga, atau kamu sengaja melakukan ini semua karna mengandalkan prinsip itu?, tanya Nara yang dijawab kebisuan oleh Zafran. "Ingat ini juga, berhenti menerorku hanya untuk diberi maaf, jangan membuntutiku dengan alasan-alasan klasikmu karna aku bukan seperti wanita-wanitamu diluaran sana yang sangat senang jika dikejar olehmu dengan perlakuan manis itu", lanjut Nara sambil terkekeh garing terlihat dongkol dengan kata-katanya sendiri yang keluar dari mulutnya lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Bukan Zafran namanya jika dengan mudah menyerah. "Nar, aku mohon semohon-mohonya beri aku kesempatan ketiga itu, agar aku bisa membayar tuntas kesalahanku dengan memperbaiki semua. Detik itu juga langkah Nara kembali terhenti. "Berdiri Zafran! aku bilang berdiri!, jangan membuatku seperti manusia yang tidak berlaku adil" sentak Nara. "Kamu harus berlaku adil Nar, sebab aku berhak atas kesempatan itu" balas Zafran.
Dengan kejadian permintaan maaf Zafran ke Nara yang membuat keduanya sempat bersama dimalam pergantian tahun. Dimalam itu sungguh membuat Zafran terlihat bodoh dibuat oleh Nara sebab 5 jam kebersamaan mereka hanya terasa hambar.
Nara dijemput Zafran dirumahnya dan langsung membawa Nara kerumah keluarganya setelah itu mereka melanjutkan dengan berkeliling kota untuk menikmati keramaian dimalam itu. Mereka menyempatkan makan disalah satu rumah makan tetapi sepertinya keadaan belum berpihak kepada Zafran karna Nara hanya menikmati makanannya dalam diam hingga tiba mereka di pinggir pantai, tapi belum sempat Zafran mengeluarkan jurus meluluhkan seorang Nara, tiba-tiba Nara-nya minta pulang walaupun diselingi wajah mengharap Zafran agar tetap menikmati suasana tapi sialnya keputusan sudah final dan dimenangkan oleh Nara, akhirnya mereka pulang.
Siang itu Nara baru saja habis pulang sekolah namun seperti biasanya jika setelah sampai dirumah ia akan langsung berubah mode dingin lalu melanjutkan rutinitasnya.
Sebelum Nara melepaskan sepatunya dengan sempurna dan waktu yang bersamaan mamanya langsung menghentikan Nara.
"Nar?, Naraaa lihat kearah Mama!, Mama sedang berbicara denganmu" tegas Mama Nara dan saat itu juga Nara mendongak dengan malas untuk mencerna kata-kata Mamanya.
"Nara, Mama mau nanya ke kamu, kamu masih berhubungan dengan anak itu?. "Zafran Mah, namanya Zafran Dazzen, dia punya nama seperti anak pada umumnya" jawab Nara. "Kamu jangan ngelawan Mama yah dan Mama tidak pernah suka atau setuju kalau kamu berhubungan dengan dia, "camkan kata-kata Mama", peringatan Mama Nara.
Semuanya memang terlihat biasa-biasa saja jika orang melihat hidup Nara dari luar tetapi realitanya setiap hari Nara berperang dengan batinnya sendiri.
Sudah dua tahun Nara mengenal Zafran dan menjalani kisah selama kurang lebih setahun. Mirisnya hubungan mereka tidak berkembang dengan lebih baik, yang ada hanya masalah, apalagi keluarga Nara tidak pernah sreg dengan Zafran walaupun keluarga Zafran welcome ke Nara tapi tidak untuk keluarga Nara.
Nara tetap menjalani kesibukannya setiap hari meski diselingi beberapa konflik-konflik. Tidak terasa setelah kejadian Zafran berbuat salah telah berlalu selama 2 bulan.
Tidak ada yang istimewa diawal tahun ini, semua berjalan layaknya tahun sebelumnya, hanya saja malam kemarin Zafran sempat mengabari Nara bahwa dalam waktu dekat ia akan melanjutkan studinya di Jerman karena permintaan dan kemauan Mommy-nya.
Tidak kaget, Nara tidak kaget akan berita itu bahkan senyumnya sempat tergambar diwajahnya lalu memberikan sedikit pendapat kepada kekasihnya untuk menuruti kemauan orang tuanya, sebab demi masa depan Zafran. Nara berpesan kepada Zafran agar jaga diri lalu tetap ingat dengan Indonesia dan seisinya termasuk orang-orangnya. Dibalik kata Nara mengenai Indonesia dan isinya sebenarnya yang paling dimaksudkan adalah dirinya sendiri, dimana secara halus ia mengingatkan agar tidak dilupakan oleh kekasihnya.
#EnhaShahena
Ig: @enhashahena
Gemericik air yang berbunyi diikuti hembusan angin membuat dedaunan berjatuhan diatas rumput yang sepertinya mulai mengering, itu adalah gambaran dari istrumen yang sedang diputar oleh Nara.
Gadis itu memang sangat menyukai instrumen dan jika ditanya alasannya maka ia menjawab bahwa instrumen dapat menciptakan ketenangan untuk dirinya.
Tak banyak yang berubah selama 9 bulan terakhir dan Nara tetap dengan kepribadian yang sama, hanya saja ia terlihat sangat kurus karena faktor begadang disebabkan makin rumitnya masalah dalam keluarganya yang mana salah satu dari kakaknya terjerat kasus hukum dan itu cukup memicu keributan dalam keluarganya.
Hari ini Nara berangkat ke sekolah dengan muka yang tetap terlihat cukup segar untuk dipandang.
"Guten Morgen Sweetheart", sapa Zafana yang dibalas Nara dengan kerutan dahi dan alis terangkat."Ehh Syan, kamu sehat kan soalnya tadi pas masuk kelas perasaan muka kamu fresh aja, lah kok tiba-tiba berubah?, tanya Zafana sambil menempelkan telapak tangannya didahi Nara.
"Nat-haa dengar aku Sayengkoh, pertama aku sehat, kedua aku hanya kaget dengan ucapanmu pagi ini yang sangat berbeda. "Kan aku cuma menyapa Syan", balas Zafana.
"Elleh bilang aja mau nyindir aku, mentang-mentang gak dikabarin Zafran 9 bulan jadi sekarang kamu mau gantiin Zafran yang ucapin "Guten Morgen"? PUAS!, sentak Nara yang dibalas ketawa Zafana yang memenuhi ruang kelas.
9 bulan berlalu setelah keberangkatan Zafran dan selama itu pula ia hilang tanpa kabar untuk Nara. Inilah salah satu alasan mengapa Nara sempat mengingatkan Zafran akan Indonesia sebab Nara berfirasat bahwa Zafran bisa saja terlena dengan kehidupan dan lingkungan barunya. Berlin adalah salah satu kota yang diminati banyak orang dan keindahannya tak diragukan lagi jadi wajar jika Nara beranggapan tentang hal itu karna jiwa Zafran sudah cukup Nara kenal.
Sepanjang jam belajar Nara terlihat tetap begitu santai menerima setiap pelajaran, lain sisi Zafana sedang mencuri-curi kesempatan untuk menghabiskan cemilannya. Tiba-tiba pundak Nara ditepuk Zafana, "Syan, tadi kamu dicariin Alleta , katanya pulang sekolah mau kerja tugas bareng kamu, heheh saranku kamu respon gih tuh anaknya baik kok, asal jangan aja kamu lupain aku dan lagian selama hampir 3 tahun SMA, teman secinta dunia akhirat kamu kan cuma aku hahaha. "Diem gak Nat-haa, aku itu puyeng tahu denger kamu khutbah disamping telinga", seketika Zafana terdiam merasa bersalah.
"Berhenti dong ngambeknya Sayengkoh, aku kan cuma bercanda", tanpa aba-aba Zafana langsung tersenyum girang dan memeluk Nara dengan semangat.
Sepulang sekolah Nara melanjutkan kegiatan kerja tugasnya bersama Alleta dan benar saja Alleta orangnya cukup ramah ketika dikenal. Tak terasa mereka menghabiskan waktu 4 jam dan Alleta banyak berbicara ke Nara walaupun Nara belum bisa welcome ke Alleta.
Dengan pendekatan Alleta ke Nara di hari itu ternyata berlanjut hingga saat ini dan disinilah mereka sekarang dibawah pohon rindang dipinggir lapangan sedang berguyon dan kali ini bukan hanya Nara dan Zafana tetapi ada juga Alleta. Alleta Anantari seorang gadis yang cukup bisa menempatkan diri sehingga 2 bulan belakangan dia sudah berteman dengan Nara dan Zafana.
"Syan, aku mau ngomong serius nih, jadi guyonannya lanjut next time yah", ucap Zafana. "Ngomong aja sayeng", jawab Nara.
"Syan, ada kabar dari Zafran loh, katanya dia sudah berusaha untuk hubungin kamu tapi kontaknya kamu ngilang gara-gara dia kehilangan handphone jadi terpaksa dia berusaha minta teman-temannya dan sepupunya buat cari kontak kamu dan alhasil kebetulan aku teman SMP sepupunya jadi semalam aku kasih nomor kamu ke sepupu Zafran", seketika suasana mode bisu.
Nara memecahkan suasana dengan bersuara "yah gak apa-apa, kamu gak perlu terlihat bersalah, kan aku juga baik-baik saja tanpa Zafran.
Malam itu terasa sangat dingin jadi Nara membungkus dirinya dengan selimut tebal dan tepat pukul 2 dini hari terdengar notifikasi dari pesan WhatsApp, awalnya ia mengabaikan tetapi notif itu berbunyi untuk kelima kalinya sampai rasa ingin tahu Nara muncul dan langsung mengeceknya. "Sweetheart, how are you Nara-nya aku?". Mata Nara terbelalak, ini salah orang atau memang minus mata Nara bertambah, ia sampai mengucek matanya.
Ternyata itu benar dari Zafran, selama 3 jam Zafran Chattingan bersama Nara dengan segala permintaan maaf sampai membahas dia akan dijodohkan dan sebulan lagi akan ditunangankan , Nara sempat kaget tapi lama-lama Nara berubah mode bodoh amat. Zafran mengabari Nara bahwa ia akan kabur ke Indonesia 2 minggu lagi dan sempat Nara merasa senang karna dalam hatinya Zafran masih memilih dia dibanding perempuan lain dan memilih menentang keluarganya, walaupn Nara sempat menasehati Zafran tapi keputusan Zafran sudah bulat.
2 Minggu kemudian, pagi ini Nara sedang memasak untuk sarapan orang rumah, yah itulah Nara dengan gadis hobby membaca, memasak dan berenang. Tidak banyak yang tahu jika Nara bisa memasak dan lumayan bisa untuk dinikmati. "Nara, kamu siap-siap untuk lanjut kuliah, Ayah semalam sudah bicara sama Mama soal lanjut study kamu" ucap Mama Niratih tak lain Mama Nara dan Ayah Nara ialah Karsa Andreastan.
Nara menghentikan kegiatan mengaduk bubur ayam, "iya Mah, nilai Nara semester ini juga ada peningkatan kok" jawab Nara dengan mode dingin.
Kemarin malam Nara sempat dikabari oleh Zafran saat dia sudah berada di Airport " Otto Lilienthal Berlin-Tegel" dan setelah itu last seen kontak Zafran off.
Beberapa hari kemudian, hari ini Nara agak kelelahan sebab baru saja melakukan ujian praktek lari yang dilakukan sebanyak 25 kali putaran dan lanjut lagi main volly setelahnya Nara diberi tanggung jawab untuk memeriksakan hasil ujian teman kelasnya. Bel berbunyi yang menandakan jam pulang sudah tiba. " Hisyanara, sekarang sudah jam pulang jadi tugas kamu lanjut besok yah", ucap guru wali kelasnya. "Ehh ini anu pak, ini juga sudah selesai kok pak" jawab Nara. "Wah cepat sekali, terima kasih yah karna kamu tidak pernah ngeluh saat Bapak minta bantuan, pantas saja kerjaan mu selalu bagus karna kamu ikhlas" dibalas senyum manis dan anggukan Nara. "Kalau bisa besok kamu bantuin Bapak lagi yah untuk memeriksakan hasil ujian yang tersisa 4 kelas lagi". "Siap pak, bisa kok pak, lagi pula sekarang bukan waktu belajar intensif" Nara sambil mengangguk lagi dan pamit.
Selepas itu Nara kembali ke kelas untuk mengambil tasnya, tiba-tiba Zafana mencegat Nara. " Apa-apaan ini Nat-haa sayeng?. "Wait Sayengkoh tercinta, aku mau ngomong, diluar itu pas depan pagar sedang ada Bule kesasar yang nangkring nungguin putri tidur" ucap Zafana dengan lantang". Nara mengernyit dan bertanya dalam hati " ini ratu mellow lagi main tebak-tebakan apaan sih?". "Eits jangan bengong pura-pura gak tau arah pembicaraanku kemana" potong Zafana.
Tiba-tiba Danial dan Jio menerobos Zafana sambil ngos-ngosan. "Ehh cecurut kalau mau olahraga itu dilapangan bukan didalam kelas bego" Nara dengan mode garangnya menyambut kedua temannya. " Nar, dengar gua yah, diluar sana itu kamu sudah ditungguin sama Zafran, nah ini gua lari karna kalau kamu sampai kelamaan keluar yang dapat tonjokan Zafran yah kita berdua" balas Danial diikuti anggukan setuju dari Jio, "cepetan sana samperin dia, jangan sampai gua keburu babak belur" sambung Jio.
Dengan santai Nara menghampiri Zafran dengan raut muka terlihat letih dan masih mengenakan seragam olahraga. Dari jauh wajah Zafran berbinar kebahagiaan sedangkan di lain arah Nara berjalan begitu santai sambil memasukkan kertas-kertas ujian kedalam tasnya.
Saat sampai didepan Zafran saat itu juga Zafran merengkuh tubuh ramping Nara kedalam pelukannya dan mendaratkan 2 kecupan di kening Nara, detik itu juga Nara hanya terpaku tanpa berbicara sepatah kata pun bahkan tidak membalas pelukan Zafran, waktu seakan berhenti dan berpihak kepada Zafran karna Nara tidak memberontak sama sekali sebab selama Zafran mengenal Nara, Zafran hanya bisa menggenggam jemari Nara sehingga kali ini Zafran menikmati pelukannya. Sekarang Zafran melepaskan pelukannya lalu mengangkat dagu Nara untuk mendongak kearahnya karena postur tubuh Zafran yang begitu tinggi jadi ia perlu membuat Nara mendongak, 10 detik kemudian jarak wajah Zafran dan Nara tersisa 3 Senti saja dan tak terduga mereka sudah menjadi tontonan beberapa siswa siswi. Zafran mulai memiringkan wajahnya dan tangan kanannya sudah megusap lembut pipi Nara, saat itu juga Zafran siap mencium bibir mungil Nara. "What the ****" suara syok Zafana menggelegar, "ini aku gak salah lihat kan?, adegan di film-film akhirnya live" ucap Zafana.
Saat itu juga Nara tersadar dan melepaskan rengkuhan tangan kiri Zafran di pinggangnya. "Wah gak sopan banget dah sih Zafana, belum juga guanya nge-fly dengan adegannya, ehhh dia potong, kan gak jadi deh dapat bahan kita semua" ucap Danial. "Ehh cowok kesetanan, otak dikepalamu hanya berisi ++ yah? tanya Alleta dengan lantang sambil menjewer telinga Danial dan membuyarkan orang-orang disekeliling Zafran dan Nara.
"Ehh maaf yah teman-teman, sekali lagi maaf" Nara dengan raut muka terlihat malu dan pipinya memerah. " Lain kali jangan didepan umum yah Bro" timpal Alleta. "Iyya ini kan bukan Jerman Zafran" sambung Zafana dan dibalas kekehan kecil Zafran sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sorry guys, tadi kebawa perasaan" kata Zafran, lalu Zafran membawah Nara dengan menggenggam jemari Nara untuk pulang setelah pamit dengan teman-teman Nara.
#EnhaShahena
Ig: @enhashahena
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!