Suamiku Santri Idaman
"Kita putus!"
Deg!
Seketika Yumna mengangkat kepalanya demi menatap ke arah pria yang telah menjalin hubungan dengannya selama hampir lima tahun lamanya itu.
Bagaimana mungkin Yunus--sang pacar tega memutuskan hubungan dengannya hanya karena Yumna tidak ingin memenuhi permintaan pria itu agar mau berhubungan di luar nikah dengannya?
"Tap~"
"Kamu tidak mencintaiku, Yumna!Tandanya kamu bahkan tidak ingin menyerahkan dirimu padaku sebagai bukti cintamu. Lalu untuk apa kita menjalin hubungan ini? Semuanya sia-sia!" tambahnya lagi, semakin menyayat hati Yumna.
"Tapi cinta tidak harus dibuktikan dengan itu, Yunus. Kenapa kamu sangat mementingkan itu?!" balas Yumna sengit. Ia tidak habis pikir dengan alasan yang Yunus kemukakan. Baginya alasan itu sangatlah tidak masuk akal.
"Karena itu yang aku inginkan. Dan kamu sama sekali tidak bisa memberikannya. Sudahlah, kita putus saja. Aku akan mau balikan sama kamu. Kalau kamu mau memberikannya!" putus Yunus akhirnya. Meninggalkan Yumna dengan sejuta belati yang siap menyayatnya.
Apa-apaan ini? Kenapa semua pria sama saja? Ingin sekali rasanya Yumna melempari punggung Yunus yang kini meninggalkannya begitu saja di depan sebuah danau dengan batu besar di sekitar air itu.
"Dasar pria!! Semua sama aja! Mereka hanya mau itu!!" teriak Yumna kesal. Menumpahkan air matanya karena harus putus begitu saja dengan sang pacar setelah membuang percuma waktunya selama ini untuk menjalin hubungan dengan pria itu.
Sungguh, Yumna tidak pernah menyangka jika hari ini akan datang. Hari di mana dirinya berpisah dengan Yunus karena sebuah alasan yang tidak masuk dalam logika.
Tapi memang mau berlogika gimana lagi jika nafsu sudah di ubun-ubun?
Dasar pria!!
Di saat Yumna menumpahkan tangisnya sembari mengumpat sang pacar. Eh salah, mantan pacar maksudnya. Suara seorang pria aneh terdengar menyapa telinga Yumna.
"Ya jelas maunya cowok cuma itu. Tapi kan tidak semua cowok maunya yang haram! Mantan pacar kamu aja itu yang kebelet. Tapi enggak mau nikahin anak orang."
Setelah berkata demikian, pria muda berpakaian kemeja dan memakai tas sekolahan keluar dari persembunyian. Berdiri beberapa meter dari tempat Yumna duduk.
Dengan segera, Yumna menghapus air matanya. Mendelik kesal ke arah pria yang menurutnya masih anak kecil itu.
Tahu apa bocah itu? Sok ikut campur sekali urusan orang dewasa.
"Siapa kamu? Jangan ikut campur. Kamu hanya bayi baru lahir kemarin sore!" ejek Yumna. Kemudian bangkit dari duduknya. Hendak pergi meninggalkan anak muda rese itu.
Namun ucapan anak muda yang sama sekali belum Yumna ketahui namanya itu segera menghentikkan langkahnya.
"Sayang sekali. Aku harus ikut campur. Karena aku adalah pria yang telah Allah kirimkan untuk menjadi jodohmu," ujarnya seraya tersenyum nakal.
Tanpa menunggu lama lagi. Dengan segera Yumna melangkahkan kakinya beranjak pergi dari sana. Meninggalkan pria muda itu dengan sejuta senyuman menawan di wajahnya.
'Dasar anak kecil. Bahasanya sok bijak dan dewasa. Jodohku? Ya Allah, entah kenapa rasanya ingin muntah!' batin Yumna.
Wanita dewasa berhijab sedada itu melenggang pergi. Masuk ke dalam mobilnya dan segera melajukan kendaraan roda empatnya berlalu dari sana.
Sementara pria muda itu tersenyum. Kemudian ikut pergi dari tempat tersebut. Pulang untuk mempersiapkan apa yang telah ia rencanakan.
**
Malam harinya, tepatnya ba'da shalat maghrib. Yumna tengah duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya. Matanya menatap kosong ke arah makanan yang ada di hadapannya.
Ingin rasanya ia mencurahkan isi hatinya pada kedua orang tuanya tentang kesedihannya setelah putus dari sang pacar. Sayangnya, ia tidak berani. Karena selama ini ia berpacaran secara sembunyi-sembunyi. Kan tidak lucu jika anak dari salah satu tokoh agama di masyarakat menjalin hubungan dengan seorang pria yang belum halal untuknya.
"Kamu kenapa galau gitu, Nak? Apa ada masalah?" tanya sang Umi.
Yumna menggeleng tanpa ingin mengatakan apapun. Sementara sang abah menatapnya intens untuk mencari tahu sesuatu yang sedang anaknya sembunyikan darinya.
"Gimana pekerjaan kamu? Semuanya baik-baik saja?"
"Alhamdulillah baik-baik saja, Abah. Pekan depan Yumna akan pergi dinas di Surabaya."
Sejenak sang Abah terdiam. Kemudian memulai pembicaraan. "Tapi sesuai dengan perjanjian ya. Kamu harus menikah sebelum itu. Jadi jika ada laki-laki yang datang melamarmu, maka Abah akan terima. Janji agama dan akhlaknya baik. Ingat, kamu itu sudah berumur 27 tahun. Sudah waktunya untuk menikah."
Yumna menghela napas panjang. Siapa yang akan datang melamarnya coba? Sementara ia baru saja putus dari pacar rahasianya?
'Aku kan tidak punya penggemar rahasia yang akan tiba-tiba datang melamar? Abah ada-ada aja,' batin Yumna tersenyum sendu.
Tapi siapa yang akan menyangka tentang sebuah takdir yang telah Allah skenariokan?
Tak disangka, usai makan malam. Keluarga Yumna kedatangan tamu yang tidak diundang.
Dan yang lebih mengagetkan lagi ialah--kedua pasangan suami istri itu datang bersama seorang anak muda yang telah membuat mood Yumna tambah hancur tadi sore setelah diputuskan Yunus.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Pak Latif, Bu Nurma? Ayo silakan masuk," ajak Abah dengan raut sumringah.
Pria yang di panggil Pak Latif itu saling berpelukan dengan Abah. Sementara wanita yang bernama Ibu Nurma berjabat tangan dengan Umi.
Di belakang mereka, anak laki-laki itu tampak diam dengan wajah datar yang sama sekali berbeda saat bersama dengan Yumna sore tadi.
'Tuh anak sakit gigi kali, ya?' batin Yumna seraya mengulum senyum.
Sedang anak muda itu melirik kesal ke arah Yumna yang seperti sedang tersenyum mengejeknya.
'Kita lihat saja nanti, siapa yang akan tersenyum di akhir cerita ini,' tekad anak muda itu kuat. Menyeringai ke arah Yumna yang mendadak merinding melihatnya.
"Silakan duduk Pak-Bu, Nak Abyan."
Deg!
Jantung Yumna tiba-tiba berdetak hebat. Bagaimana bisa sang abah mengetahui nama anak muda itu? Apakah mereka saling kenal?
Berbagai presepsi hilang timbul di dalam benak Yumna. Namun belum sempat napas Yumna berangsur kembali. Ucapan ayah dari anak muda itu seketika membuat Yumna membeku di tempatnya.
"Mohon maaf sebelumnya, Pak Ayub. Kedatangan kami ke sini yaitu untuk melamar anak bapak, Yumna ... untuk menjadi istri dari anak kami Abyan Amru."
Mata yang semula normal di tempat. Mendadak hendak keluar dari peraduannya. Napas Yumna tercekat. Sementara anak muda yang bernama Abyan itu menundukkan kepala.
Apa-apaan ini? Kenapa malah jadi seperti ini?
Yumna melirik ke arah kedua orang tuanya. Baru saja mereka membicarakan tentang jodoh untuk dirinya, tapi sekarang anak muda itu malah datang dengan membawa orang tuanya.
Takdir macam apa ini? Yumna ingin sekali tertawa sumbang dengan permainan takdir yang membawanya saat ini.
Apa ini karma untuk dirinya yang telah menjalin hubungan di luar nikah alias pacaran dengan sang kekasih?
Jika memang iya, Yumna benar-benar bertaubat dan berharap jika bukan ini hukuman untuknya.
Sayangnya, Yumna terlalu terlambat dalam bertaubat. Kini seorang anak kecil baginya datang menjelma sebagai sebuah bentuk hukuman atas dosanya. Di tandai dengan jawaban 'iya' dari sang Abah.
**
Sebuah rasa yang harusnya menjelma dalam bentuk kata bahagia ketika seorang wanita dilamar oleh pria. Namun kini, hanya kesedihan yang melekat dalam dada.
Yumna menatap nanar ke arah sang Abah dan Umi. Rasanya ingin sekali Yumna memberontak atas keputusan yang tiba-tiba ini.
Harusnya kedua orang tuanya menanyakan dulu pendapat dirinya. Tapi ini apa? Mereka malah mengabaikan dirinya.
Padahal setahu Yumna, dalam agama mereka, seorang wanita berhak untuk memberikan pendapat. Tapi apa ini?
Ah! Yumna tidak bisa membiarkannya begitu saja. Ia harus berbicara dengan anak muda ini.
"Maaf, Pak-Bu, Umi-Abah. Apa saya boleh berbicara dulu dengan Abyan?"
Semua mata akhirnya tertuju pada Yumna. Setelah sebelumnya ia dicueki habis-habisan dan sibuk membicarakan pernikahan yang sama sekali tidak Yumna inginkan.
"Boleh. Pergilah duduk di sana." Abah menunjuk teras rumah untuk memberikan ruang agar kedua orang itu dapat berbicara.
Tidak menunggu lama, Yumna kini telah duduk di kursi teras sementara Abyan berdiri agak jauh dari wanita dewasa yang sedang memasang wajah sangar padanya.
"Jangan menatap aku horor seperti itu. Terima saja lamaranku. In syaa Allah aku akan membahagiakanmu."
Semakin Abyan berkata demikian, Yumna makin menatapnya tajam kemudian segera mengalihkan pandangan.
"Batalkan lamaran ini! Saya tidak mau menikah dengan anak kecil. Apa kata teman-teman di kantor saya jika saya menikah dengan anak muda yang masih bau kencur sepertimu?!"
Mendengar ucapan Yumna yang mengejek bau badannya. Abyan mengendus tubuhnya. "Aku tidak bau kencur kok. Aku wangi parfum. Nanti kalau kita udah nikah. Kamu bisa menciumnya sepuasnya."
Yumna mendelik geli. Apa-apaan anak muda ini? Bicaranya sok dewasa sekali.
"Saya tidak peduli dengan apapun perkataanmu. Tolong batalkan pernikahan itu. Saya tidak mau menikah dengan anak kecil."
"Aku tidak mau membatalkannya. Kamu terima aja. Lagipula itu demi kebaikanmu. Daripada kamu pacaran dengan pria tidak jelas yang memutuskanmu tadi sore hanya karena kamu tidak membiarkan dia menyentuhmu? Mending sama aku yang sudah jelas serius menikahimu."
"Saya tetap akan menolak!" putus Yumna. Bangkit dari duduknya dan hendak masuk ke dalam rumah untuk memberikan keputusannya. Namun ucapan Abyan selanjutnya membuat Yumna membeku di tempat.
"Kamu harus menerima pernikahan ini. Jika tidak, aku akan memberitahukan pada Abahmu kalau selama ini kamu telah menjalin hubungan haram itu secara sembunyi!"
Deg!
'Gila nih anak. Pakai ancam itu segala lagi. Kalau Abah tahu, bisa-bisa Abah stroke dan jantungan,' batin Yumna meringis. Merasa sudah tidak punya kesempatan lagi untuk menolak dari lamaran Abyan yang masih ia anggap sebagai anak kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
karyaku
hi kk mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
2024-10-26
0
Noer Soleha
mudah2n ceritanya seperti cerita kakak yang lain selalu mengutamakan pelajaran dan ilmu tentang agama Islam dan cara bergaul yang baik
2023-12-16
0
Noer Soleha
kayaknya bakalan seru ni ceritanya lanjut Kak.....
2023-12-16
0