Keputusan Yumna

"Jadi gimana, Nak Yumna? Apakah kamu ingin menerima Abyan untuk menjadi suamimu?" tanya Pak Latif memastikan keputusan Yumna setelah wanita itu berbicara dengan Abyan.

Ingin rasanya Yumna menolak, namun wajah Abyan mirip dengan orang yang sedang mengancamnya saat ini. Apalagi tatkala Abyan meletakkan satu jarinya di lehernya sendiri dengan posisi seperti orang yang tengah menggorok leher--layaknya dalam film thriller yang pernah Yumna tonton.

Bukan hanya Abyan yang berulah. Abah bahkan ikut-ikutan mengancam Yumna. Pria tua itu berbisik pada anak ketiganya.

"Jika kamu tidak menerima Abyan, Abah pastikan setelah ini kamu akan menyesal!"

Mata Yumna menatap horor ke arah wajah Abah Ayub.

Kenapa Abahnya malah jadi seperti ini? Apa pria paruh baya itu bahkan tidak memikirkan perasaan dirinya?

"Sudahlah, Nak. Terima saja," tambah Umi menimpali.

Yumna seakan sedang terdesak oleh keadaan. Namun sebelum ia benar-benar memberikan jawaban, terlebih dahulu Yumna bertanya.

"Maaf Pak-Bu. Apakah Abyan masih sekolah?"

Kepala kedua orang tua Abyan mengangguk. Lalu Pak Latif menjawabnya. "Benar, Nak. Saat ini dia mahasantri di salah satu pesantren yang ada di kota kita ini. Tapi Nak Yumna tenang saja. Biarpun begitu, in syaa Allah Abyan sudah siap menjadi suami dari Nak Yumna."

Hah! Yumna menghela napas panjang meski pelan. Karena takut jika ada yang tersinggung akibat perbuatannya.

Apa jawaban yang harus Yumna berikan saat ini?

Ia benar-benar buntu sekali.

"Jadi bagaimana, Nak Yumna? Ibu berharap kamu menerima anak Ibu, ya?" pinta Ibu Nurma menimpali ucapan suaminya. Hal itu semakin menambah beban di hati Yumna.

Jujur, Yumna tidak ingin menikah dengan Abyan. Anak muda itu sangat rese dan tengil menurutnya.

Tampangnya juga biasa-biasa saja. Ya, meski terlihat sangat karismatik dan berwibawa.

Tapi kan, tetap saja dia masih seorang santri, mahasantri atau apalah itu! Jelasnya anak muda itu masih sekolah.

"Maaf Pak-Bu. Apakah saya boleh meminta waktunya selama tiga hari untuk istikharah? Saya harus memantapkan hati saya dulu." Yumna mengajukan keinginannya. Meski Abah dan Umi sudah sangat menunggu jawaban dari anaknya.

Kedua orang tua Abyan melirik ke arah anaknya yang sedang menunduk sejak tadi. Tanpa mencuri kesempatan untuk menatap Yumna yang meski sudah berumur tapi damagenya layaknya gadis remaja.

"Gimana menurut kamu, Abyan? Mau di kasih waktu dulu?"

Anggukan kepala Abyan berikan seraya tersenyum lembut dan sopan kepada kedua orang tuanya.

"Baik Pip, Mim, Abyan akan kasih waktu."

Pada akhirnya mereka pun sepakat untuk menunggu keputusan dari Yumna tiga hari lagi. Tapi walau begitu, apapun jawaban dari Yumna nanti, Abah dan Umi telah bersepakat untuk menerima Abyan sebagai menantu mereka.

**

Tiga hari kemudian, Yumna akhirnya memberikan keputusannya.

Selama ia melakukan istikharah, hanya nama Abyan yang selalu terbesit dalam pikiran dan hatinya.

Yumna merasa seperti sudah di guna-guna oleh pemuda itu.

Dan kenyataannya memang iya, Abyan menyihir Yumna dengan doa-doanya di sepertiga malam terakhir tatkala manusia sedang tertidur dengan pulasnya.

"Jadi gimana, Na? Kamu sudah putuskan untuk menerima Abyan, kan?" tanya Abah saat mereka sedang sarapan pagi. Kali ini ikut bersama mereka kakak kedua Yumna yang bernama Zaid--seorang polisi yang bekerja di kota Bandung. Dan pulang saat mendengar sang adik dilamar oleh seorang pria.

"Menurut Abah gimana? Apa anak itu memang pantas untuk Yumna?"

"In syaa Allah pantas, Na. Tanya aja Mas kamu tuh, iya kan, Zaid?"

"He'em." Zaid menganggukkan kepalanya tanpa berbicara lebih. Ia sudah tahu semua informasi tentang Abyan yang telah lancang melamar adiknya yang umurnya cukup jauh dengannya itu. Jadi Zaid setuju dengan keputusan Abah dan Uminya.

Hufff!!

Yumna menghela napas panjang. Menatap ragu ke arah makanan di hadapannya saat ini.

Sepertinya Abyan memang jawaban atas doa-doanya selama ini. Bukan Yunus yang nyatanya hanya menginginkan keperawanannya. Melainkan seorang Abyan--pria muda yang berani untuk menghalalkan dirinya.

"Baiklah, Abah-Umi, Mas Zaid. Yumna terima lamaran dari anak itu."

"Alhamdulillah!!" seru semua keluarga dengan kompak.

Kemudian tanpa menunggu lama, Abah langsung menghubungi keluarga Abyan untuk memberikan jawaban atas keputusan anaknya.

**

Di sisi lain tempat, Abyan jingkrak-jingkrak kegirangan setelah usai sujud syukur saat memperoleh telpon dari kedua orang tuanya yang memberitahukan jawaban dari Yumna.

"Alhamdulillah ya Allah, aku senang banget!" serunya, membuat seorang pria satu kamar asramanya itu mendelik kesal.

"Udah ah enggak usah lebay. Biasa aja. Awas aja kalau sampai kamu nyesal karena udah nikahin Teteh aku nanti. Dia enggak sebaik yang kamu pikir," ujar seorang pria yang wajahnya cukup mirip dengan Yumna itu.

"Ah kamu tuh, Han. Padahal kamu sendiri yang mau jodohin aku sama kakakmu dari dulu. Tapi malah kamu yang bilang kayak gitu."

"Ya, memang. Itu karena aku ingin kamu dapat merubah Teteh aku menjadi lebih baik lagi."

"In syaa Allah. Tolong doakan, oke?"

"Hem."

Kedua sahabat satu kamar asrama sejak SMA itu pun akhirnya mengerjakan hal lain setelah membicarakan banyak perkara soal Yumna.

**

Waktu berlalu dengan cepat. Tiga hari setelah keputusan Yumna keluar untuk menerima lamaran dari Abyan. Kini Abyan dan keluarganya datang untuk melangsungkan akad nikah dengan di hadiri masyarakat setempat dan keluarga inti dari calon mempelai pria.

Pernikahan dilakukan dengan sangat sederhana. Mengundang anak-anak yatim dan para fakir miskin. Tidak ada pesta yang mewah. Bahkan teman Yumna juga hanya satu orang yang datang. Teman dekatnya tentu saja. Sementara teman-teman sekantornya tidak ada yang wanita itu undang selain bosnya yang juga sampai saat ini belum membaca pesan darinya.

"Kamu sudah yakin dengan pilihan kamu, Na?" tanya Ratih untuk memastikan kembali keputusan sahabatnya itu dengan menikah dengan anak yang berbeda usia dengannya.

Saat ini Yumna sedang di rias oleh MUA terbaik di kota itu. Sesuai dengan permintaan Yumna pada kedua orang tuanya.

"In syaa Allah aku yakin."

"Tapi kamu beneran udah putus kan dari pria gila itu?"

"Ya. Sudah."

"Baguslah. Pantas saja dia tidak masuk kantor beberapa hari terakhir ini. Rupanya sedang stres karena putus darimu."

"Ah sudahlah, jangan ngomongin dia lagi. Sebentar lagi aku akan menjadi istri dari seorang anak kecil. Jadi doain aku mampu untuk menghadapi tingkahnya. Karena dia benar-benar menyebalkan!!"

Mendengarnya Ratih tergelak sembari menahan sakit di perutnya.

"Awas hati-hati. Bisa-bisa dia tidak dapat membuatmu berjalan untuk dinas keluar kota esoknya."

Mata Yumna memicing menatap sahabatnya itu. Merasa sangat kesal karena Ratih malah mengatakan hal yang tidak masuk akal.

Bagaimana mungkin Yumna akan mau menyerahkan dirinya pada Abyan? Pria itu masihlah anak kecil yang tentunya belum tahu apa-apa menurutnya.

"Sudahlah. Palingan dia yang akan pingsan di malam pertama. Secara, dia kan masih anak-anak. Di kasih permen aja pasti langsung nurut tuh," sahut Yumna tersenyum mengejek.

"Hehehhe kita lihat saja nanti, aku yakin anak itu tidak akan seperti apa yang kamu pikirkan."

Terpopuler

Comments

Noer Soleha

Noer Soleha

Alhamdulillah akhirnya diterima juga lamarannya dan mudah2n dilancarkan segalanya aamiin....

2023-12-16

0

amiamiii

amiamiii

Yumna belum tau aja Abyan seperti apa, jangan salah ...
secara Abyan tu anak kecil tapi anak kecil yg bisa bikin anak kecil lho...😂😂😂

2022-08-09

4

Nyuwita

Nyuwita

Abyan tunjukan pesonamu pada Yumna🤭🤭🤭

2022-08-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!