Semburat merah terlihat jelas di pipi Yumna. Wanita dewasa itu melirik ke arah suaminya yang sedang tersenyum penuh makna. Ia menyipitkan mata dan rasanya ingin memanggang Abyan saat ini juga.
"Bisakah kamu jangan berbicara yang aneh-aneh di tempat umum seperti ini, Abyan?!" bisik Yumna, geram.
"Bisa!" sahut Abyan tanpa menghilangkan senyum menyebalkan itu dari wajahnya. "Asal kamu mau aku cium nanti di kamar."
Dada Yumna panas. Ia memilih tidak menghiraukan ucapan suami mudanya itu. Kemudian segera beranjak mendekat kepada bapak sopir yang telah berhasil menurunkan barang-barang mereka dari bagasi belakang mobilnya.
"Permisi, Pak. Berapa biayanya?"
"Sudah dibayar, Ning. Saya permisi."
Kening Yumna berkernyit bingung. Namun belum sempat bertanya balik pada sang sopir, pria paruh baya itu telah lebih dulu beranjak dari tempatnya dan meninggalkan area hotel.
Tubuh Yumna berbalik dan menyipitkan mata mencurigai suaminya. Sementara Abyan tersenyum seraya menggaruk-garuk tengkuk leher belakangnya yang tidak gatal.
"Bukan kamu yang~"
"Ayo Na kita masuk! Aku sangat lelah!" ajak Abyan memotong ucapan Yumna. Dan dengan cepat mengangkut barang-barangnya sendiri juga barang Yumna masuk ke dalam hotel.
Yumna menghela napas panjang. Sebaiknya ia bicarakan hal ini dengan Abyan di dalam kamar saja. Tidak enak rasanya jika membahas masalah seperti itu di hadapan publik.
Langkah Yumna cepat mengikuti suaminya. Ia mendekati resepsionis hotel lalu melakukan cek in.
Awalnya Yumna ingin mencari dua kamar. Namun seperti biasa Abyan mengancamnya lagi sehingga mau tidak mau Yumna akhirnya memilih untuk satu kamar saja dengan suami mudanya itu.
Cklek~
"Assalamu'alaina wa 'ala' ibadillahi sholihin," ucap Abyan dengan lantang.
Keduanya masuk ke dalam hotel. Yumna langsung menuju kamar mandi karena kebelet pipis sementara Abyan meletakkan barang-barang mereka di tempat yang telah disediakan.
Pandangan Abyan mengedar ke sekeliling ruangan. Kamar suite itu terlihat cukup megah. Abyan membuka pintu menuju balkon dan berdiri seraya menikmati pemandangan di sana.
Tidak lama Yumna keluar dari kamar mandi. Ia menelisik ke sekeliling ruangan dan tidak mendapati Abyan di sana. Yumna belum tahu jika ada balkon di kamar itu beserta Abyan di sana. Sehingga ia merasa jika ini kesempatan untuk mengganti pakaian.
"Mumpung enggak ada anak nakal itu. Aku ganti baju ah," gumam Yumna seraya melangkah menuju kopernya dan membukanya.
Srettt~
Ia membuka koper dengan hati yang riang seraya bersenandung. Sepasang pakaian berwarna krem keluar dari sana. Dengan pelan Yumna hendak membuka bajunya untuk berganti. Bahkan ujung pakaian atasnya telah hampir melewati perut. Namun suara pintu balkon terbuka membuat Yumna kaget setengah mati.
"Abyan!" pekik Yumna berjengit kaget. Segera menurunkan kembali bajunya dan berbalik membelakangi Abyan.
Bukannya keluar kembali menuju balkon, Abyan bahkan semakin mendekat. Membuat Yumna mendadak gugup dengan jantung berdegup kencang.
"Kenapa harus malu? Aku kan berhak melihat semuanya," bisik Abyan tepat di belakang tengkuk leher Yumna.
Rasanya merinding dan bikin deg-degan.
"Kamu tuh mesum banget sih!" keluh Yumna kesal. Namun tidak bergerak dan bahkan tidak berani berbalik karena terlalu malu.
Abyan mengulum senyum puas. Yumna terlihat seperti kucing kecil yang sangat pemalu.
Tanpa basa-basi, pria muda itu memeluk Yumna dari belakang. Menambah debar jantung Yumna semakin tidak karuan.
"Abyan! Lepasin saya!"
"Enggak mau!" tolak Abyan bahkan semakin mengeratkan pelukannya di tubuh sang istri.
"Lepasin!"
"Enggak! kecuali mati!"
Deg!
Seketika Yumna terdiam di tempatnya. Suaranya bahkan hilang dan tidak terdengar lagi. Tubuhnya juga seperti patung yang siap untuk dieksekusi. Terlebih saat Abyan mulai menggombalinya.
"Aku tidak akan melepasmu, Na. Kecuali nyawaku tidak lagi berada di dalam jasadku," ucapnya lembut dan penuh ketulusan. Dengan tangan yang semakin erat mendekap seperti tidak ingin melepaskan.
Sentuhan itu sedikit mampu menghentakkan kesadaran Yumna dan mulai menguasai dirinya, meski hanya sebentar. Karena Abyan kembali meruntuhkan ego Yumna.
"Enggak usah ngegombal. Itu tidak berpengaruh sama sekali buat saya."
"Aku tidak menggombal kok. Dan aku tidak akan mungkin melakukannya. Karena cinta itu bukan untuk dibuat main-main."
Semakin lama debaran jantung Yumna kian cepat. Abyan terlalu pintar mengambil hatinya.
"Gimana? Pasti kamu baper kan barusan?"
Mata Yumna melotot dan sekuat tenaga berusaha keluar dan menjauh dari dekapan hangat pria itu.
"Kamu ingin mempermainkan saya, ya?" tuduh Yumna mengacungkan jari telunjuknya di hadapan Abyan.
Abyan mendekat, meraih jari telunjuk istrinya yang sedang menunjuk ke arahnya. Membuka semua jemari istrinya dan menciumnya dengan lembut.
Cup!
"Kalau mau menunjuk seseorang, pakai lima jari sekalian. Karena kata Rasulullah, kalau memakai satu jari itu tidak sopan," ucap Abyan setelah berhasil mengecup jemari tangan istrinya.
Tidak bisa!
Yumna harus segera beranjak pergi dari kamar ini. Jika tidak, Abyan akan berhasil menggoyahkan pertahanannya.
"Mau lari ke mana?" tanya Abyan tatkala menangkap gelagat aneh istrinya yang hendak menarik diri pergi dari sana. Namun sesaat kemudian melepaskan tangan Yumna. "Larilah sejauh manapun yang kamu inginkan, Yumna. Karena aku akan selalu setia mengejarmu. Itulah kewajibanku sebagai suami. Memastikan kamu selalu aman bahkan jika tidak sedang berada di sisiku."
Yumna duduk menjatuhkan bokongnya ke ranjang. Menunduk menatap lantai.
"Apa sih maumu, Abyan? Apa yang kamu inginkan dari wanita berumur seperti saya?" tanya Yumna mengungkapkan isi hatinya. "Kamu itu masih muda. Dan tentunya masih banyak pria seumuran denganmu yang menginginkan kamu. Kenapa harus mengejar wanita yang berumur lebih dari kamu seperti halnya saya?"
Mendengarnya, hati Abyan tersentuh. Ia tahu dari Farhan jika sebenarnya Yumna wanita baik dan lembut. Istrinya itu selalu memikirkan perasaan orang lain dan tidak ingin menyakiti siapapun.
Sikap Yumna sejak kemarin padanya pasti begitu berat wanita itu tampakkan. Berusaha untuk membuatnya menjauh karena tidak ingin Abyan terjebak dengan dirinya.
Nyatanya, Abyan malah semakin jatuh cinta dengan Yumna.
Abyan mengambil duduk berjongkok di hadapan Yumna. Dengan satu kaki menopang tubuhnya. Sementara tangannya meraih jemari Yumna dan meletakkannya dalam dada.
"Kamu tanya aku menginginkan apa? Aku menginginkan ini, Yumna. Hatimu!" tutur Abyan seraya tersenyum.
Yumna memalingkan wajahnya dari menatap Abyan. "Maaf Abyan, saya masih mencintai pria lain. Kamu pun tahu tentang itu. Jadi tolong jangan~"
"Aku akan menunggu!" pangkas Abyan dengan cepat. Tanpa sedikitpun berpaling dari menatap wajah imut itu. "Jadi tolong jangan memintaku untuk mundur. Karena aku tidak pernah akan melakukannya. Bahkan jika kamu ingin membelah dadaku untuk membuktikan perasaan itu. Akan aku lakukan."
Ya Allah ...
Apa-apaan pria muda ini?
Itu mah gombalan receh khas anak-anak alay.
Tapi kok begitu ampuh membuat wajah Yumna merona ya?
Yumna menarik tangannya kembali dari dipegang oleh Abyan. Lalu bangkit dari duduknya dan menunduk menatap Abyan yang sedang mendongak padanya.
"Tunggulah jika kamu ingin. Saya pun tidak sabar menunggu kamu malas dan bosan kemudian pergi. Karena menurut saya, cinta anak muda sepertimu hanyalah semu belaka."
Setelah berkata demikian, Yumna mengambil pakaiannya kemudian masuk kembali ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian.
Sementara Abyan tersenyum menatap kepergian istrinya. Seraya bergumam. "Cinta biasa mungkin akan cepat berlalu, istriku. Tapi cinta karena Allah tidak akan pernah pudar kecuali masa imanmu mulai berkurang."
**
"Kamu belum tidur?" tanya Abyan saat baru saja keluar dari kamar mandi dan mendapati istrinya masih tengah sibuk mengurus berkas-berkas.
Yumna menggelengkan kepalanya tanpa memalingkan fokus dari pekerjaannya. "Belum. Kamu tidur duluan aja."
Bukannya beranjak tidur atas sarannya Yumna, Abyan malah melangkah mendekat ke arah Yumna. Bahkan kini meletakkan tangannya pada kedua bahu istrinya. Kemudian memijit pundaknya.
Yumna yang merasakan sentuhan tersebut segera menghentikkan aktivitasnya. Lalu berbalik menatap Abyan.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Yumna seraya berusaha menggerakan pundaknya untuk menepis tangan Abyan dari menyentuhnya.
"Memijit pundak istri!" sahut Abyan tanpa dosa. Bahkan semakin mengeratkan pegangannya. "Udah jangan peduliin ini. Fokus aja kerjanya."
"Gimana saya mau fokus kalau sentuhan kamu malah bikin saya~ups!" Yumna menutup mulutnya karena keceplosan. Sementara Abyan malah semakin menggoda Yumna.
"Heheh. Kamu jadi berpikir aneh-aneh, ya?" Abyan mendekatkan telinganya pada Yumna yang kini telah menatap lurus ke arah meja yang terisi banyak dokumen kerjanya. Terlalu malu untuk menatap Abyan. Lalu berbisik, "Jangan hanya dipikirkan, Na. Sebaiknya langsung eksekusi saja."
Tubuh Yumna merinding mendengarnya. Ia kesusahan menelan saliva. Belum lagi Abyan semakin lembut menyentuh tubuhnya.
"Abyan!" pekik Yumna karena hampir tergoda. Membuat Abyan terkejut. "Tolong ... Jangan!"
Suara Yumna yang terdengar memohon membuat Abyan melepaskan tangannya dari menyentuh sang istri. Ia lalu mengambil duduk di sofa samping Yumna.
"Maaf," ucap Abyan lembut disertai sedikit perasaan bersalah. "Aku seperti ini mungkin karena terlalu mencintaimu, Na."
Deg!
Keheningan malam yang cukup dingin dan juga senyap itu kini berganti dengan suara jantung Yumna yang berbunyi bagai gendang sedang ditalun.
Ungkapan cinta dari Abyan membuat Yumna bahkan tidak sanggup bergerak dari tempatnya. Hanya napasnya yang terdengar memburu karena terlalu bingung.
Setelah berkata demikian, Abyan mengubah posisi duduknya, kini menghadap ke arah Yumna.
"Aku mencintaimu karena Allah, Na. Dan aku sadar dengan konsekuensi perasaan itu. Aku hanya akan berhenti mencintaimu, jika Allah yang memintaku untuk berhenti. Begitupun sebaliknya, perasaan itu akan terus berlanjut jika Allah mengizinkanku untuk melanjutkannya. Baik kamu atau siapapun itu, tidak akan mampu untuk menghalanginya."
Ungkapan Abyan begitu tulus dan lembut. Perasaan ego Yumna retak seketika. Ia beralih melirik ke arah netra suaminya. Pria itu sedang tersenyum menatapnya.
Sungguh, Yumna tidak habis pikir jika suami yang masih di anggapnya sebagai anak kecil itu bahkan lebih dewasa darinya yang sudah berumur 27 tahun.
Tangan Abyan terulur untuk menggenggam jemari Yumna. Dan wanita itu masih belum berpaling dari menatap intens suaminya. Bisa dibilang masih syok dengan kenyataan yang seakan menamparnya.
"Tidak apa-apa jika kamu belum bisa membalas perasaanku atau bahkan belum ingin menjadi istriku yang sesungguhnya. Aku tidak akan memaksa. Namun tolong, jangan larang aku untuk menyentuhmu. Karena efek dari cinta membutuhkan sebuah sentuhan atas representasi dari perasaan itu."
Mata Yumna mengedip. Pikirannya masih buntu atas kedewasaan pria di hadapannya ini.
"Baiklah. Kalau begitu ... Kamu sebaiknya tidur. Besok kamu akan bertemu dengan klien kan? Aku akan membangunkanmu sebelum subuh agar kamu melanjutkan belajar di waktu itu, ya?"
Anggukan kepala Yumna berikan. Tanpa mengatakan apapun. Bahkan kini dengan mudah Abyan menggiringnya menuju ranjang.
**
Di sisi lain, pada waktu yang sama. Abah dan Umi masih belum tidur karena memikirkan hubungan Yumna dan Abyan.
Tadi saat makan malam mereka mendapatkan info dari anaknya Zaid jika ternyata Yumna sebelumnya pernah menjalin hubungan pacaran dengan seorang pria. Hal itulah yang menjadi sebab Yumna menerima Abyan karena takut jika Abahnya mengetahui bahwa larangannya telah dilanggar oleh putrinya.
"Berarti bisa jadi, Yumna masih mencintai mantan pacarnya itu dong ya, Bah," celetuk Umi, berbaring dengan posisi menghadap suaminya.
Abah mengangguk lemah. "Sepertinya iya. Untung saja dia mengambil keputusan untuk putus saat pria gila itu meminta tubuhnya. Kalau saja Abah tahu siapa pria itu, sudah Abah bunuh tuh anak."
"Istigfar, Bah. Jangankan Abah, Zaid aja yang polisi tidak mengetahui itu selama ini. Dia tahunya malah dari Farhan."
"Pintar juga tuh anak nyembunyiin itu selama ini dari kita. Untung si mantu lebih cerdas. Jadinya datang lamar langsung hahaha," celetuk Abah seraya tertawa puas. Kagum dengan keberanian dan sikap gentle dari Abyan.
"Iya, Bah. Alhamdulillah. Umi juga bersyukur banget. Semoga aja Yumna bisa nerima Abyan ya, Bah?"
"Aamiin."
Kedua orang tua paruh usia itu mengakhiri pembicaraan dengan doa-doa baik untuk anak-anak mereka. Kemudian akhirnya tertidur dengan posisi Abah memeluk umi dari belakang.
**
Pagi harinya Yumna bersiap-siap bertemu dengan kliennya untuk membahas lebih lanjut rencana kerja sama mereka.
Waktu satu minggu sebenarnya bukan mutlak. Melainkan disesuaikan. Jika Yumna bisa menyelesaikan semua itu sehari atau dua, dia bisa pulang dan menggunakan sisa hari itu bersama keluarga.
Setelah ungkapan cinta dari Abyan semalam, Yumna sama sekali tidak berani menatap mata suaminya itu.
Yumna memilih lebih banyak menghindar tanpa kata. Wanita itu sedang berusaha untuk menetralkan perasaannya agar tidak bercampur aduk dengan rasa cinta pada mantan kekasih yang telah memutuskan dirinya sepekan yang lalu.
Dan nyatanya, usai perpisahan itu, Yumna malah lebih disibukkan dengan memikirkan lamaran Abyan dibanding dengan meratapi hubungan mereka yang harus kandas.
Mungkin memang Yumna salah mengartikan perasaanya selama ini pada Yunus. Bisa jadi itu bukan cinta. Melainkan karena ia telah membiasakan rasa itu hanya untuk Yunus seorang.
Buktinya ia sama sekali tidak lagi kepikiran tentang pria itu. Malah kehadiran Abyan menjungkir balikkan dunianya dan menghapus rasa sedihnya.
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Abyan. Kali ini pria itu lebih berani. Ia bertanya seraya memeluk Yumna dari belakang.
Dan beruntungnya, pagi ini Yumna tidak menolak. Bahkan saat bangun sebelum subuh tadi, tangan Abyan yang biasanya merangsek masuk dalam piama, Yumna keluarkan begitu saja tanpa berteriak seperti biasa.
"Tidak ada, terima kasih. Kamu sebaiknya berganti pakaian. Saya tidak nyaman lihatnya," saran Yumna. Tidak berani berbalik badan. Sebab saat ini Abyan hanya menggunakan handuk sepinggang. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.
Abyan terkekeh mendengarnya. Yumna terlihat lebih penurut dan manis.
"Boleh minta dipakein enggak ya?" goda Abyan yang membuat wajah Yumna merona malu.
"Apaan sih, Abyan. Aneh-aneh aja. Sana ganti baju sendiri. Kamu enggak malu apa?" Yumna mencubit punggung telapak tangan suaminya dan maju ke depan untuk menghindar.
"Awww!" pekik Abyan kesakitan. "Tega banget sih sama suami!"
"Biarin! Siapa suruh nakal banget!" balas Yumna, menjulurkan lidahnya untuk mengejek Abyan. Namun hanya dibalas tawa oleh sang suami.
Beberapa saat kemudian, keduanya telah bersiap. Bahkan baru saja usai sarapan pagi.
Abyan berjalan mengekori Yumna dari belakang.
Sebelumnya Yumna sudah meminta agar Abyan sebaiknya menunggu di kamar saja atau pergi berjalan-jalan mengitari kota Surabaya. Akan tetapi pria itu menolak dengan tegas. Ia ingin menemani istrinya.
"Aku enggak mau kamu diterkam banyak serigala di sini."
Itulah jawaban Abyan saat Yumna melarangnya mengikuti dirinya. Dan mau tidak mau, Yumna harus mendengarkan ucapan suaminya. Apalagi saat Abyan sudah mengeluarkan banyak hadist.
Salah satunya, "Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata
'Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Langkah Yumna cepat saat bertemu pandang dengan kliennya yang juga baru datang. Melihat itu, Abyan juga ikut melangkah cepat mengikuti istrinya.
"Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat," sapa Yumna seraya mengulurkan tangannya. Begitupun dengan pria itu. Keduanya hendak berjabat tangan.
Tapi siapa sangka, Abyan segera meluncur di sana dan berjabat tangan dengan pria itu.
"Permisi, maaf, Pak. Saya mewakili istri untuk berjabat tangan dengan anda. Tidak masalah, bukan?" ucap Abyan seraya tersenyum tanpa dosa dan mendapat pelototan dari Yumna.
'Ya Allah, gawat ini. Bisa-bisa kerja samanya enggak jadi gara-gara Abyan,' batin Yumna khawatir sembari tersenyum canggung sebagai tanda permintaan maaf pada pria yang ada di hadapannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Noer Soleha
ha...ha....lucu banget tapi aq salut sama sikapnya Abyan
2023-12-16
0
amiamiii
sabar ya Abyan...
wong sabar tu subur lho 😄
2022-08-09
0
Nyuwita
manuuut taat ya Yumna. ma suami biar selamat dunia akhirat😀
2022-08-09
0